[PRESENT]
Kapal itu masih karam di tempatnya. Namun tetap tegar berdiri. Semuanya
masih sama dengan terakhir kali Valeriana meninggalkan tempat itu untuk
selamanya, namun hutan yang dulu ia jelajahi kini sudah berubah menjadi sebuah
pemukiman nelayan.
Kisah tentang
Valeriana dan Glorious pun menjadi cerita turun temurun di kalangan penduduk
sekitar pantai. Namun mitos hanyalah mitos. Tidak pernah ada yang menyentuh
kotak surat dan kapal karamnya. Bagi mereka,tempat itu ialah tempat yang angker.
Namun, bagiku itu adalah tempat yang indah. Tak jarang aku menghabiskan senjaku
di sana bersama kawan-kawan yang lain. Terkadang aku sendiri di sana. Menatap
kotak itu,mencoba melukis siluet dari kapal dan kotak suratnya. Kotak yang
konon bisa mempertemukan jodoh mereka yang menaruh surat di dalamnya. Ada pula
yang bilang bahwa kotak ini bisa mengirimkan surat pada orang yang jauh di sana,
yang tidak kau kenal. Tapi sampai saat ini, semua hanya bilang ‘katanya’ tanpa
mereka buktikan sendiri cerita yang mereka percaya itu.
Donghwa percaya
dengan legenda kotak surat ini. Namun berbeda denganku. Andai saja memang ada
cara semudah itu untuk mendapatkan pasangan. Hanya dengan mengirimkan sebuah
surat, bukan berarti (dan belum tentu) cinta akan datang. Bukan sebuah kotak
pos yang menentukan kita akan jatuh cinta atau tidaknya. Hanya hati kita yang
mampu, setidaknya itulah yang aku percayai hingga kini.
Another
story already begin…
I miss you
I miss you so bad
I don’t forget you
Oh It’s so sad
[Donghae POV]
Aku melipat surat di tanganku. Aku
memasukkannya ke dalam laci kamarku. Lalu mengeluarkan selembar kertas kosong
lalu menulis :
Dear,
Jika kau sendiri di sana, jangan pernah takut
sendiri.Aku juga pernah merasakan hal yang sama denganmu. Tak punya teman dan
terasingkan. Menyedihkan memang. Tapi aku yakin, Tuhan akan selalu menjagamu. Sedang apa kau di
sana?
Laut yang Kau
Sentuh
Aku tersenyum miris.
Kenyataan itu terlalu sulit untuk aku terima. Kini aku berada sangat jauh
dengannya, dan tak tahu kapan lagi bisa menemuinya. Saehee,
apa kabarmu?
The day you
slipped away
Was the day I
found
It
won’t be the same
Hari-hari
sibukku kembali di mulai. Liburan yang singkat itu tidak terasa, liburan tiga
bulan lalu. Dan kini aku dan teman-teman akan mempersiapkan penampilan untuk
acara pentas seni fakultas kami. Tiap tahun ini di adakan sebagai ajang
kreatifitas siswa, sekaligus evalusasi bagi tiap jurusan.
After the
happening day…
Acaranya
sukses. Dan teman-teman dari jurusan lain bilang penampilan dari kelompokku
bagus. Senang sekali mendengarnya. Namun kesenangan itu harus berakhir dengan
cepat ketika Donghwa meneleponku.
“Yeobseiyo”
“Donghae-ya, pulanglah …”
suaranya serak.
“Hyung, waeyo?”
“Appa, ia sudah pergi..”
“Hah? Ah, hyung bercanda saja”
“Donghae, untuk apa aku
mempermainkan hidup dan matinya Appa?”
TUT. Aku memutus panggilan itu.
Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan. Appa, ia satu-satunya
orang yang membuat aku semangat untuk meneruskan impiannya. Karenanya aku
berusaha untuk mencapai Seoul dan mewujudkan semua impian itu di sini. Namun
sekarang, siapa lagi yang akan tersenyum padaku karena impiannya itu sudah
tercapai? Appa,benarkah ini? Apa aku bermimpi.
“Yeobseiyo?”
“Yeobseiyo. Donghae, ada apa?”
“Aku izin untuk beberapa hari ke
depan, Hyukjae. Appa …”
“Appa, ada apa dengan beliau?”
“Ia, sudah tidak ada..”
“Donghae-ya?”
“Appa …” aku tidak kuat menahan
air mataku.
“Donghae-ya, tegarkan dirimu.
Aku yakin Appa sudah tersenyum sekarang. Ia sudah tenang di sisi-Nya sekarang,
Donghae-ya” suaranya mencoba menenangkanku.
Namun, duka ini tak kuasa aku tahan. Aku tak peduli apa
kata orang melihatku dengan keadaan sekacau ini, itu tidak akan sebanding
dengan kehilangan orang yang aku cintai. Kehilangan orang yang aku cintai? Apa
ini sebentuk hadiah Tuhan untukku? Appa yang sering sekali menyanyikan lagu Nam
Jin subae untukku, Appa yang hangat dengan tawanya, Appa yang bagaikan sahabat
untukku … kini ia tidak di sisiku lagi? Aku tidak percaya ini semua. Andaikan
ada jalan untuk memutar balikkan semua waktu, aku ingin berada di sisi Appa di
saat-saat terakhirnya. Appa, kenapa kau pergi ketika aku belum bisa
membawakanmu sebuah impian yang nyata? Apa tidak ada sedikit lagi waktu untukku
untuk membuktikannya padamu?
No comments:
Post a Comment