Ketika
tetes membelah langit, semua kehidupan menepi, bersembunyi.
Kecuali mereka yang harus bertahan.
Ketika tetes membelah langit, saat itulah kutahu
bahwa ada kesenduan
Mungkin ia di balik seloroh cabul para remaja,
mungkin ia di balik gairah para pecinta, atau mungkin di balik imaji mereka
yang memejam.
Ya, akan selalu ada kesenduan di sana.
Selalu ada tempat untuk kesenduan dan selalu ada
waktu yang dipinjamkan ketika tetes membelah langit
Seperti kesenduan di balik pelupuk matamu-yang
bertahan di tengah tetesan
Dan kau biarkan mengalir
Meski terdampar di sana sini, namun akan jatuh juga.
Kau biarkan deras, kuyup, gemuruh membasahi kakimu -
seperti kesenduan yang membilas hatimu.
Tapi tetap, sebagaimana tetesan yang membelah langit
- yang menyapu semua kering - seperti itulah kesenduanmu
Yang akan membasuh rindu dan luka dibalik pelupuk
tipis itu
Kau nikmati, kau peluk suaranya lekat-lekat,
bagaikan sapaan dari dirinya yang kau rindukan atau bahkan sang Lelaki Hujan
yang kau puja.
Dan hingga tetesan itu berhenti dan berganti
membentuk rona terindah di muka bumi, dan seperti itulah dirimu bangkit
Seperti tetesan membelah langit, aku ingin menjadi
dia
Yang akan menghapus keringmu, menyamarkan tetesan
airmatamu, dan mengalir bersamamu
Hingga kau yakin bahwa kau akan baik-baik saja :)
2013
Untuk Insan Kamalia Rahman, sang Penikmat Hujan
"karena jatuh cinta lantas patah hati
untuk kesekian kalinya, akan selalu mengingatkanku pada mu dan hujan sehingga
kita bisa mengulang sebait lagu bersama-sama - hanya untuk kita kenang"
No comments:
Post a Comment