XIII.
Tanganku
sudah membaik setelah dua minggu kemudian tapi lain halnya dengan kakiku. Aku
masih butuh waktu penyembuhan patah tulang selama kurang lebih tiga bulan.
Menyebalkan. Hanya beberapa kelas saja yang bisa aku datangi dengan keadaan
seperti ini.
Suatu
hari aku mendapat sebuah paket tanpa nama pengirim. Paket itu berisi satu pak
potion berwarna keemasan. Di sana terdapat sebuah catatan pendek yang berbunyi;
Sebuah pope mampu melakukan regenerasi
2x lebih cepat. Penggunaan pope secara berlebihan di waktu yang bersamaan tidak
akan menimbulkan efek penyembuhan yang lebih cepat.
Aku
sama sekali tidak tahu siapa yang mengirimkan ini padaku. Mungkinkah Ice?
Tidak. Ice tidak akan mengirimkan paket seperti ini tanpa nama dan dengan jasa
kurir. Ice pasti akan mengirimkannya sendiri. Ibu? Ibu juga pasti
mengirimkannya dengan nama dan tujuan yang lengkap. Lagipula Ibu tidak tahu
kalau aku terluka. Lalu siapa?
“Kepada
seluruh siswa akademi tingkat akhir, diharapkan kehadirannya di Aula Utama Dorm
Akademi pukul tiga untuk pengumuman Evaluasi Kelayakan Tingkat. Terimakasih”
Notice dari operator akademi akan terdengar di seluruh speaker-call di tiap
sudut Dorm Akademi termasuk di dalam kamar tiap siswa. Aku langsung teringat
dengan Neo.
“Hei,
Kacang. Kau akan ikut Evaluasi Kelayakan Tingkat tahun ini?” tanyaku lewat MC.
“Doakan saja aku akan segera lulus dan
diperbolehkan untuk segera berperang”
“Memang
apa yang harus dilakukan siswa tahun terakhir?”
“Kalau kau lulus Evaluasi Kelayakan Tingkat
maka kau akan ikut simulasi perang. Kau akan dibagi menjadi beberapa kelompok
untuk mempertahankan chip dan saling menghancurkan chip milik kelompok lawanmu”
“Okay,
sesuatu seperti ‘menghancurkan atau dihancurkan’ ya kan?”
“Aha, semacam itu.. Oh ya, bagaimana
keadaanmu?” tanyanya. Ia tahu apa yang terjadi padaku setelah terpisah dari
kelompok. Aku sempat bercerita banyak tentang kronologis pengejaran dan
bagaimana aku bisa kembali. Ia pun bercerita tentang bagaimana mereka bertiga
selamat saat itu. Ia bilang mereka bisa selamat karena aku juga. Waktu itu ada
sekitar lima Accretia yang mengejar tapi empat di antaranya mengejarku dan sebuah
Accretia ditinggal untuk menjaga portal menuju Hutan Buas. Neo, Homoco dan
Viren pun membunuh satu Accretia yang tersisa itu. Mereka pun dijemput oleh
pesawat dari Markas atas panggilan dari para prajurit yang sebelumnya menolong
kami waktu itu. Intinya, aku seperti ini karena menjadi tumbal mereka bertiga.
Bagus. Setidaknya, tidak ada yang mati dari kelompok kami—meski harus
mengorbankan tangan dan kakiku. Tapi tak apa, yang penting kami semua selamat.
“Tanganku
sudah membaik. Hanya saja kakiku masih butuh waktu pemulihan selama tiga bulan
lamanya. Hm, sepertinya aku harus menunda ujian kenaikan tingkatku kalau sudah
begini”
“Maaf ya, Vale. Dan terimakasih, ini semua
berkat kau juga” katanya.
“Ah
ya, tak apa. Yang penting kita semua selamat. Setidaknya aku sekarang tahu
bagaimana keadaan daerah di luar kekuasaan Alliance”
“Lekas sembuh, Vale. Lain kali kalau kau
butuh bantuan, kau bisa menghubungiku”
“Ya,
terimakasih” lalu pembicaraan selesai. Dan kini, yang tersisa di bilikku hanya
keheningan serta ngilu yang masih merambati kakiku. Aku menyuntikkan sebuah
pope yang ada di pangkuanku. Aku merasa ngilu itu semakin berkurang setelah aku
menyuntikkan potion keemasan itu. Sepertinya efek dari potion itu cepat
bekerja. Semoga dengan ini kakiku bisa cepat pulih.
Aku
merasa bilikku terlalu sempit untuk aku habiskan waktu di dalamnya sendiri. Aku
segera bangkit dari ranjangku, mencoba keluar, entah ke mana.
Aku
hendak pergi ke daratan Spire saat aku melihat kerumunan orang-orang di suatu
sisi Markas. Aku menembus kerumunan itu dengan susah payah. Terlebih aku harus
berjalan dengan tongkat selama masih dalam masa pemulihan.
“NONA
FOUR!!! AYO NONA FOUR!!”
Aku
melihat Four sedang bertarung dengan seseorang, tapi kali ini bukan dengan
salah seorang dewan melainkan seorang siswa akademi. Four…kenapa kau bertarung
dengan orang yang jelas bukan lawanmu?
“Nona
Four, jangan biarkan Lucas menang darimu” kata seseorang di sampingku. Lelaki
berkacamata yang melihat pertarungan itu dengan seksama. Lucas? Aku melihat
lawan Four. Mungkin orang itu yang dimaksud.
Di
satu kesempatan, Four tengah menangkis semua serangan dari orang bernama Lucas
itu namun malang Four saat itu karena sebuah ayunan pedang berhasil mengenai
armornya. Armornya tepat robek di bagian dadanya. Dan jelas itu mengundang riuh
yang lebih keras dari semua orang yang menonton pertarungan itu. Aku
benar-benar tidak tega melihat pertarungan ini lebih jauh lagi. Aku melihat
dadanya mengeluarkan darah. Rasanya aku ingin berlari ke sana lalu menutupi
bagian armornya yang terkoyak itu. Four….bertahanlah. Aku melihat tatapan
beberapa pria berubah ketika melihat Four dengan keadaan seperti itu. Dasar
pria-pria mesum. Lucas tersenyum sinis.
Kali
ini Four bertarung dengan menggunakan satu tangan sementara tangan satunya
menutupi dadanya yang terbuka. Darah masih bercucuran lewat sela-sela
jemarinya. Laki-laki bernama Lucas itu jelas sedang mempermalukan Four. Mataku
mulai terasa pedas, aku tidak bisa melihat Four seperti ini.
“Hei..hei,
ada apa ini?!” seseorang yang waktu itu sempat menolongku dan teman-temanku
saat berada di Outcast pun memecah keriuhan yang ada. Tapi kedua petarung yang
menjadi bintang saat itu tidak menggubris keberadaannya.
“Four!!!
Apa yang kau lakukan??!!” Ia mendekati Four tapi Four mengayunkan pedangnya ke
depan lelaki itu—tatapan Four berbeda, ia terlihat lebih menakutkan dari yang
aku tahu.
“Kalau
kau mendekat dan mengganggu, akan aku bunuh kau, Sky”
“Tapi…”
“Ini
antara aku dan Tuan yang satu ini. Kau tak usah ikut campur” ia kembali
memusatkan pandangannya pada Lucas.
“Ish,
dasar keras kepala!!” orang bernama Sky itupun berbalik, meninggalkan keduanya,
tapi kemudian berhenti beberapa saat tanpa menoleh” Four, terserah kau jika kau
hendak main-main. Yang jelas jangan terlalu lama main-mainnya. Jangan
menurunkan kemampuanmu di depan orang yang meremehkanmu. Kau salah jika
memberikan harapan menang kepada orang yang jelas sudah kalah sejak awal” katanya
sembari meninggalkan kerumunan,” Aku tahu kau bisa membunuhnya daritadi, hanya
saja kau terlalu mengasihani laki-laki menyedihkan itu”
“Tutup
mulutmu, Sky!” kata Four.
“Apa
kau bilang?!” kata Lucas sembari hendak mengayunkan pedangnya ke arah orang yang
bernama Sky itu. Tiba-tiba Four menangkis ayunan pedang Lucas.
“Lawanmu
aku, bukan laki-laki itu. Sepertinya kau harus belajar lebih fokus lagi, Tuan.
Karena kalau tidak, musuh bisa membunuhmu ketika kau lengah. Ingat itu”
“Sampah,
aku tidak butuh ceramahmu!!!” dan kali ini Lucas lebih membabi buta dalam
mengayunkan pedangnya. Ia semakin terlihat tanpa perhitungan, sepertinya kali
ini ia lebih emosi. Ah, kelemahan para lelaki…aku yakin sebentar lagi ia akan
dipermalukan oleh seseorang yang ia bilang sampah. Tapi dugaanku salah, pedang
Four malah terlempar karena elakan lelaki itu. Namun Four cepat mengeluarkan
sebilah pisau dari balik armor celananya.
"Oho,
kau masih punya senjata rupanya"
"Hanya
untuk berjaga-jaga saat keadaan di luar dugaan" Four tersenyum pada lelaki
itu. Wajah mencemooh lelaki itu berubah lagi menjadi sinis.
"Enyah
kau jalaaaaaang!!!!" kali ini Lucas menyerang dengan tempo yang lebih
cepat. Dan lebih tidak mempunyai perhitungan.
Beberapa
kali wajah Four hampir terkena tebasan pedang lelaki itu.
"Sudah
ya main-mainnya, aku mulai letih. Daritadi gerakanmu begitu-begitu saja,
sepertinya kau harus kembali belajar menggunakan pedang dari awal" Four
menangkis tebasan pedang Lucas dengan kaki kanannya lalu menendang pergelangan
tangan lelaki itu sehingga pedangnya terlempar. Dengan satu kaki ia menendang
Lucas berkali-kali hingga terjatuh. Serangan Four tanpa celah.
"Tuan
Lucas, minta maaf sekarang pada teman-temanmu lalu enyahlah dari tempat ini. Selamanya" Four menginjak dada Lucas dengan satu kakinya. Lalu ia sedikit
membungkuk sembari terus menutupi dadanya. Membisikkan sesuatu pada Lucas. Lalu
Four menyisipkan kembali pisaunya, mengambil pedangnya yang tergeletak dan
berbalik masuk ke dalam markas. Di sana ada Nona Arabelle yang dengan segera
menutupi tubuh Four dengan mantel.
Orang-orang
yang berkerumun pun mulai berhamburan, meninggalkan sekelompok siswa tahun
terakhir yang masih duduk di situ menatap salah seorang temannya yang sudah
direnggut harga dirinya dalam hitungan detik oleh seseorang yang dipanggilnya
'Jalang' dan 'Sampah'. Menyedihkan sekali laki-laki itu.
Next part:
[Rising Force] The Beginning to The New World part XVI - coming soon
disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO
PS.
When you think you know something. You know nothing —D.C.
No comments:
Post a Comment