Siapa sangka jatuh cinta bisa semelelahkan ini?
Apalagi jatuh cintanya denganku. Harusnya kalau cinta, tak perlu
merasa lelah bukan? Sesulit apapun cobaannya, semenyakitkan apapun halangan di
depan mata, kalau sudah jatuh cinta, tak akan merasa lelah bukan? Harusnya
begitu.
Kamu tahu kalau kamu wanita pertama yang aku jatuhi cinta.
Wanita yang aku rasa paling sempurna yang pernah ada, yang pernah aku punya.
Siapa sangka kamu pun bisa jatuh cinta padaku yang bukan siapa-siapa? Tak ada
yang percaya.
Kamu selalu tahu apa-apa yang baik untukku. Kamu tahu
kebiasaanku yang minum dan makan sembarangan. Benar-benar tidak sehat untuk
pola hidup manusia sehat pada umumnya. Kamu selalu marah kalau aku menyisakan
sayur di piringku. Iya, aku tidak suka sayur. Tapi kamu bersikeras kalau
tubuhku butuh asupan gizi dari sayuran. Kamu juga tahu aku jarang minum air
putih, makanya setiap kali pergi denganku, kamu selalu menyiapkan beberapa
botol air mineral untukku. Kamu bilang kamu mau aku lebih sehat lagi dengan
pola makan yang baik. Kamu seringkali cerewet dengan hal-hal kecil yang sering
luput dari perhatianku macam itu tapi selalu kamu yang membenarkannya. Aku
sadar, itu sebentuk cintamu untukku. Tanpa bermaksud merubahku, melainkan
menginginkan yang lebih baik yang bisa aku lakukan untuk diriku sendiri.
Katamu, aku harus lebih perhatian dengan diriku sendiri. Katamu, aku harus bisa
lebih mandiri lagi. Aku juga tidak tahu kalau tidak ada kamu, siapa lagi yang
akan cerewet dengan hal-hal kecil yang sering aku lewatkan? Siapa lagi yang
mengingatkanku?
Aku tahu, kamu berulang kali mengingatkanku untuk jadi
mandiri karena mungkin kamu sudah tahu kalau suatu hari kamu akan sampai pada
titik di mana kamu bosan untuk menasihatiku. Bosan mengingatkanku akan hal-hal
kecil yang sering luput dari perhatianku. Mungkin kamu tahu, kalau suatu hari
kamu akan lelah untuk jatuh cinta pada laki-laki yang belum dewasa macam
diriku. Lantas kamu bilang aku butuh waktu untuk mendewasakan diriku. Makanya
kamu bilang lebih baik kita jalan sendiri-sendiri dulu. Kamu pikir itu yang
terbaik untuk kita berdua. Kamu bilang kamu mau memberikanku waktu untuk
mendewasakan diriku lebih dulu. Aku terima. Mungkin memang aku butuh waktu
untuk belajar lebih banyak lagi. Mungkin aku memang butuh waktu untuk hidup
tanpa bergantung padamu lagi.
Mungkin memang sebaiknya kamu melanjutkan ceritamu tanpaku
di dalamnya. Aku tak akan memaksamu untuk melanjutkan hidup bersamaku yang
terlalu lambat melangkah menurutmu. Aku sadar diri, aku harus mendewasakan
diri. Mari kita sama-sama pergi melangkahkan kaki, tanpa harus ada yang
tertinggal atau ditinggal. Aku yakin, kamu sudah bisa lebih baik tanpaku.
Berbeda denganku yang mungkin sulit untuk bisa dewasa, seperti yang kamu
bilang. Tapi setidaknya aku akan berusaha. Aku mungkin yang harus minta maaf
karena masih banyak kekurangan di sana sini yang pada akhirnya memperlambat
langkahmu dan tak mampu mencapai tempat di mana kamu berdiri
saat ini. Iya, aku masih harus banyak belajar.
Kita berjanji untuk selalu bersama selamanya, dulu. Tapi kamu tahu, ‘selamanya’ tak ada untuk makhluk mortal macam kita. Tak perlu kamu berikan waktumu lagi. Kita sudah terlalu baik
bisa bersama selama ini. Sudah waktunya untuk kita saling mengucapkan perpisahan
tanpa perlu berpikir akan bersama lagi.
Selamat tinggal. Ini
sudah waktunya untukmu pergi dan aku tetap di sini. Mendewasakan diri. Untuk
belajar jatuh cinta lebih baik lagi.
2014
Inspired Song by :
A Great Big World (feat. Christina Aguilera) – Say Something
Requested by :
Tri Indah Yuliasari
NB : part ini juga terinspirasi dari cerita seorang teman tentang kisah cintanya yang nyontrek banget dengan lagu ini. Dan kisah cinta penulis, mungkin :v
NB : part ini juga terinspirasi dari cerita seorang teman tentang kisah cintanya yang nyontrek banget dengan lagu ini. Dan kisah cinta penulis, mungkin :v
No comments:
Post a Comment