IX.
Ibu sayang,
Aku pergi ke tempat yang benar-benar
ingin aku tuju. Maafkan aku sudah mengecewakanmu, tapi untuk sekali ini saja
aku ingin memilih jalan hidupku sendiri. Aku tak akan meminta persetujuan Ibu
akan keputusanku, itu hak Ibu untuk setuju atau tidak. Tapi pada akhirnya aku
yang menjalani semua itu, Bu. Aku mohon doa Ibu. Aku akan berusaha lebih keras
di sana.
Aku akan sering-sering mengirimkan
surat untuk Ibu supaya Ibu tahu kabarku. Supaya Ibu tahu jika aku masih hidup jadi
Ibu tidak usah khawatir. Maafkan aku kalau selama ini aku sering menyusahkan
Ibu. Tapi aku berjanji akan membuat Ibu bangga padaku, suatu hari nanti.
Jaga diri Ibu baik-baik. Dan tolong
sampaikan maafku pada Loreina dan Reginsha karena tidak sempat berpamitan. Aku
sayang kalian.
Valeriena
Itu surat
yang semalam aku tinggalkan di meja belajarku. Entah apa yang akan dilakukan
Ibu setelah membacanya. Aku harap Ibu masih mau mengakuiku sebagai anaknya
meski aku sudah mengecewakannya seperti ini.
Saat ini
aku berada di antara rombongan pedagang yang hendak pergi ke Stasiun Cartella
dengan kereta Splinter. Aku menumpang pada mereka saat mereka melewati gerbang
Desa Lighthalzen. Aku pergi dari rumah sekitar dini hari tadi dan saat ini aku
lihat langit sudah memperlihatkan semburat jingga kebiruannya, pertanda
sebentar lagi kami semua akan sampai di Stasiun Cartella.
Sesampainya
di stasiun, aku memisahkan diri dari rombongan setelah sebelumnya aku
mengucapkan terima kasih pada mereka. Dari sana, gerbang menuju tempat yang aku
tuju sudah dekat. Aku menghirup napas panjang sebelum memasuki pintu masuknya.
Aku tetapkan hatiku bahwa ini adalah tempat terakhirku.
X.
Dua hari
sudah aku berada di tempat ini untuk melaksanakan ujian—ujian ketahanan fisik
dan kemampuan dasar bertarung. Beruntung sebelumnya Four sudah mengajarkanku
bagaimana menggunakan senjata lain selain pedang dan cara bertarung yang benar.
Terima kasihku juga pada Tuan Shedir yang sudah mengajarkanku langkah awal
menggunakan Force. Karena semua yang mereka ajarkan tepat menjadi bahan ujianku
di hari terakhir. Aku salah satu orang yang mendapat nilai tertinggi dalam test
Force. Beruntung aku sudah berlatih seperti apa yang Tuan Shedir katakan. Dan
pengalaman berburuku selama bertahun-tahun mengambil andil yang besar dalam tes
ketahanan fisik. Tanpa aku sadari hal yang selama ini aku alami—tanpa
disengaja—menjadi bekal untukku datang kemari. Mungkin aku harus berterimakasih
pada Hidup.
Selama
pengumuman siapa yang akan menjadi siswa akademi belum diumumkan, para calon
siswa akademi tinggal di dorm akademi. Aku sebilik dengan seorang wanita
pesolek, namanya Spadona—persis seperti nama sebuah pedang. Aku heran kenapa
wanita seperti itu bisa berpikir untuk ikut training di tempat seperti ini. Aku
rasa tak ada yang peduli dengan riasannya di medan perang nanti. Aku memutuskan
untuk tidak memikirkannya lebih jauh.
Aku sempat
bertemu dengan Neo di sana, tapi ia sedang asik berbicara dengan
teman-temannya, aku jadi segan untuk menyapanya. Tapi aku ingin sekali
berkeliling dan bertanya banyak hal tentang training yang dilakukan di akademi,
hm...mungkin lain kali.
Akhirnya, aku memutuskan untuk
berkeliling sendiri. Aku menemukan perpustakaan di lobby utama, dekat pintu
masuk menuju dorm akademi, tapi terkunci. Apa ada jam-jam tertentu untuk
berkunjung? Aku pun mengubah rencanaku untuk pergi keluar saja, berkeliling di
sekitar Markas mungkin.
Di lobby dorm, aku sempat melirik
lagi Wall of Fame yang terpampang lebar di salah satu sisi lobby. Aku belum
sempat memperhatikannya lebih teliti ketika masuk ke sini. Beberapa calon siswa
pun sedang melihat-lihat dinding tersebut. Di sana terpampang foto para pejuang
yang sempat menjabat sebagai Archon. Dan ada juga foto para petinggi Markas
yang saat ini sedang menjabat. Aku memperhatikannya dari ujung ke ujung, memang
hanya sekilas-sekilas tapi tiba-tiba aku menemukan foto seorang wanita bernama
Corsesca Covenant di sana. Aku memperhatikannya lebih jeli lagi. Wanita itu
berambut coklat kemerahan, bermata hijau—kontras dengan warna rambutnya—dan
menggunakan anting berwarna biru kemerahan.
Ia cantik sekali. Inikah Corsesca yang Tuan Shedir maksud? Di sana
tertera lama periode ia menjabat sebagai Archon. Di sana tertulis 9145-9148 dan
9150. Aku jadi ingin tahu lebih banyak tentang wanita bernama Corsesca itu,
sepertinya ia memang wanita yang mengagumkan.
"Perhatian, kepada seluruh peserta
ujian masuk akademi dimohon untuk segera mempersiapkan diri di ruangan
masing-masing. Para panitia akan mendatangi kalian untuk memberitahukan hasil
yang sudah kalian capai di ujian masuk kemarin. Kepada seluruh panitia diharap
bersiap di tempat. Terima kasih"
Aku dan para peserta lain pun kembali
ke ruangan masing-masing. Aku merasa pengumuman ini terlalu cepat. Dan kenapa
harus panitia yang mendatangi kami? Apa ada sesuatu yang harus disampaikan pada
masing-masing peserta yang sifatnya rahasia?
Ketika aku masuk ke bilikku, aku sudah
menemukan Spadona ada di sana, sedang mengepak barang-barangnya.
"Mau ke mana kau?" tanyaku.
Ia tersenyum penuh arti.
"Hanya formalitas meski aku sudah
tau hasilnya" katanya ringan. Aku mengangkat alisku sebelah. Sudah tau
hasilnya?
"Maksudmu....hasil ujian?"
aku masih menebak dan ia mengangguk. Senyumnya lebar sekali. Sebersit perasaan
iri hadir di benakku. Tapi dari mana ia tahu?
"Hm...senang mendengarnya. Oh ya,
kenapa mereka yang mendatangi kita? Apa ada sesuatu yang sifatnya individu yang
harus disampaikan?"
"Aha. Untuk mereka yang dirasa
kemarin memiliki kemampuan di atas rata-rata akan mendapatkan pelatihan khusus
dan itu akan dijelaskan nanti" katanya sembari memainkan pisau
lipatnya,"Saranku, sebaiknya kau segera mengepak barangmu. Jadi kalau
nanti kau harus pulang, kau sudah tidak repot lagi" Entah kenapa
kata-katanya barusan terdengar sinis sekali. Seakan ia yakin sekali kalau aku
akan pulang. Aku mulai kurang respek dengan wanita yang satu ini. Lihat saja
nanti, aku pasti bisa lolos. Akan aku
buktikan pada orang-orang sepertinya bahwa aku punya sesuatu untuk diperhitungkan.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu bilik kami.
"Aku panitia" aku segera
membukakan pintu.
"Permisi, bilik ini atas nama
Valeriena Foliery dan Spadona. Benarkah?" tanya wanita berseragam itu. Aku
mengangguk.
"Baiklah, pertama aku akan
memberikan ini pada Spadona" wanita itu mengeluarkan sebuah surat dari
dalam ransel yang ia bawa. Spadona pun mengambilnya dengan senyum yang merekah.
Sedikit sinis melirikku,"lalu ini untuk Valeriena" aku mengambil
surat itu dengan perasaan yang campur aduk, antara senang, resah, bingung,
was-was dan galau.
"Aku ingin memberikan sedikit
evaluasi dari ujian kemarin. Untuk Spadona, perhitungan dan prediksimu tentang
lawan sudah cukup baik, kemampuan seperti itu akan sangat berguna saat
pertarungan satu lawan satu. Baik dalam melakuan penyerangan dan pertahanan
akan lebih mudah dilakukan. Dan kau Valeriena..." ia sejenak menatapku
lekat lalu tersenyum,"aku rasa, harusnya kau tau class apa yang harus kau
pilih jika kau lulus"
"Oh wow, aku lulus" tiba-tiba
terdengar suara Spadona dari belakangku.
"Selamat datang di Markas"
wanita itu tersenyum lalu melirikku,"Apa kau tidak ingin membukanya?"
Aku pun melirik surat itu sekali lagi.
Lebih dari siapapun di dunia ini, akulah yang paling ingin mengetahui apa yang
tertulis di dalamnya. Aku pun membuka amplop dan membaca isi surat di dalamnya.
Aku pun mencerna kata demi kata yang tertulis sampai pada akhirnya aku melihat
ada kata 'lulus' di dalamnya. Senyumku merekah. Reflek, aku memeluk wanita itu.
"Terima kasih karena sudah
membawakan kabar baik ini untukku" hampir-hampir aku menangis. Ia mengusap
pundakku.
"Selamat datang juga untukmu,
Valeriena. Dan semoga kau bisa menjadi kabar baik untuk Markas" bisiknya.
Aku pun melepas pelukanku, tersenyum mendengar kata-katanya barusan.
"Nah, untuk kalian berdua, kalian
bisa mengepak barang kalian terlebih dahulu untuk kemudian menghadap Race
Manager. Nanti akan ada instruksi lebih lanjut tentang akademi dan tentunya
tentang pembagian bilik tetap di sana" ia tersenyum,"Hm, aku rasa aku
harus terus berkeliling. Aku undur diri ya. Sekali lagi selamat untuk
kalian"
Beberapa saat setelah wanita itu
keluar, hening panjang terjadi di antara kami berdua.
"Aku
duluan. Selamat untuk kelulusanmu, Vale. Dan… semoga berhasil" ia
meninggalkan bilik dan menoleh di kalimat terakhirnya. Tapi aku menangkap
maksud lain dari nada bicaranya. Dan kemudian hanya hening di sana yang tersisa
setelah ia meninggalkanku. Hm, sepertinya aku harus menyudahi perasaan gembira
ini karena sebentar lagi aku harus berusaha lebih keras di akademi. Aku rasa, harusnya kau tau class apa yang
harus kau pilih jika kau lulus, kata-kata itu kembali terngiang di
kepalaku. Ia seperti ingin memberitahuku bahwa aku memiliki potensi untuk salah
satu class. Aku pun mulai mengepaki barang-barangku untuk segera menghadap Race
Manager.Next part:
[Rising Force] The Beginning to The New World part IX
disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO
*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition “RF Online Indonesia”
No comments:
Post a Comment