Monday, September 17, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part IX



XI.
                Aku sudah merasakan minggu-minggu awalku di dorm akademi. Harusnya aku sudah memiliki seorang teman dekat tapi nyatanya belum. Dan yang lebih parah adalah aku tidak memiliki seorang teman satu bilik—aku tidak tahu harus senang atau tidak untuk hal yang satu ini—karena jumlah siswi yang lolos tahun ini ganjil. Otomatis kamarku berada di lantai terakhir untuk lantai yang dihuni siswa baru, meski sebenarnya masih banyak lagi lantai di bawah lantaiku untuk siswa akademi tahun sebelumnya. Oh ya, dorm dan semua fasilitas lain yang diperlukan untuk para prajurit berada tepat di bawah Markas. Jadi jika ada warga sipil yang berkata bahwa Markas Utama itu kecil untuk ukuran markas yang memiliki ribuan prajurit, mereka salah. Jujur saja, aku juga baru tahu bentuk bangunan bawah tanah Markas ketika aku melihat denahnya di perpustakaan. Bangunan ini seperti kota kecil di bawah tanah, hampir semua kegiatan dilakukan di bawah sini—kecuali latihan fisik tentunya.

                Minggu pun akhirnya berganti bulan. Aku sudah merasakan minggu-minggu dimana aku rindu rumah. Hampir setiap bulan aku mengirim surat pada Ibu. Dan aku baru mendapatkan balasan di bulan keempatku. Dari surat pertamanya, sepertinya Ibu sudah mengikhlaskan pilihanku meski masih ada sedikit nada penyesalan di beberapa baris kalimatnya, tapi aku memakluminya.
                Sejauh ini, aku sudah belajar pengetahuan dasar tentang senjata yang akan aku pakai nantinya. Aku juga sudah belajar tentang berbagai macam potion dan makanan yang bisa memberikan efek pada tubuh. Kebanyakan potion sudah dijual di NPC jadi aku tidak perlu meramunya lagi dan sisanya harus dibeli dengan Gold—mata uang yang berlaku di seluruh Novus. Selain itu, aku belajar tentang berbagai jenis armor. Tiap kali kami dirasa sudah memenuhi kriteria untuk naik tingkatan, kami diperbolehkan untuk mengenakan armor baru, tapi lagi-lagi, barang-barang semacam itu harus di beli di NPC dengan uang kami sendiri. Kenapa Markas menguras pelan-pelan siswanya, hah? Kenapa mereka tidak membagikannya secara gratis? Payah. Dan yang terakhir adalah kelas Force. Seperti yang di ajarkan Tuan Shedir, mereka mengajarkan hal yang sama di sini. Ini salah satu kelas kesukaanku selain kelas sejarah peperangan. Oh ya aku lupa, ada satu kelas yang paling membosankan yaitu kelas yang mempelajari tentang monster-monster. Monster-monster di Novus terlalu banyak jenisnya dan kebanyakan dari mereka adalah hasil gagal Biro Penelitian yang tidak bisa dijinakkan. Kami seringkali di ajak keluar markas hanya untuk bertemu dengan monster-monster tersebut. Monster-monster tersebut mempunyai hunting item yang bisa di ambil ketika mereka sudah dikalahkan. Beberapa dari mereka mempunyai hunting item berupa senjata dan armor yang bisa di pakai, potion dan barang-barang mahal yang bisa dijual di NPC. Setidaknya kami para siswa bisa meghasilkan satu-dua disena dengan menjual hunting item yang kami dapatkan dari mengalahkan para monster itu. Dan satu-satunya yang aku sukai dari kelas ini hanya ketika trainer memberikan tantangan memburu monster dengan hunting item terbanyak dan pemenangnya akan mendapatkan poin tertinggi di kelas.
            Suatu hari, selepas kelas terakhir, aku melihat ada keramaian di luar Markas. Dari kejauhan terlihat sedang ada pertandingan Gravity Core. Temanku bilang itu seperti permainan rugby. Dari sistematika yang aku lihat memang seperti itu, tapi bentuk Gravity Stone yang diperebutkan aneh sekali, itu lebih pantas aku sebut sebagai ‘bola’ di pertandingan ini. Terlebih mengalahkan satu orang pemain lawan bisa mendapatkan satu poin. Kalau begitu caranya bukankah lebih baik saling mengalahkan saja, bola(aneh)nya jadi tidak begitu berarti lagi bukan?
            Aku keluar untuk melihat pertandingan itu lebih dekat. Sudah banyak yang duduk di pinggiran Markas hanya untuk melihat pertandingan itu. Aku berusaha mencari teman-temanku yang lainnya untuk bergabung, tapi rasanya sulit di tengah massa yang sebanyak ini. Aku melihat Four di sana. Ah ya, Four…beberapa bulan di sini belum bisa mempertemukanku dengan Four. Padahal jarak kami sekarang sudah sebegitu dekatnya tapi kami masih belum juga bisa bertemu—mungkin aku yang masih belum ingin Four tahu keberadaanku di sini, tepatnya. Saat ini, Four yang sedang membawa bola aneh itu menuju ke sebuah tempat—mari kita sebut tempat itu dengan ‘gawang’—untuk membuat angka. Teman-teman setimnya pun ikut memberikan assist padanya, sementara dari tim lawan mencoba untuk menghalangi Four untuk membuat angka. Tapi Four berhasil mencetak angka, meski dengan susah payah dan beberapa temannya mengalami cedera karena serangan-serangan yang dikenakan oleh lawan. Para penonton pun bersorak tepat ketika Four melakukannya. Ia melakukannya dengan gaya yang keren. Aku hanya bisa melipat tangan dan melihat tingkahnya yang seperti anak-anak itu ketika berhasil mencetak angka.
            “Nona Four, kau yang terhebat!!!” dan lagi-lagi aku mendengar panggilan itu di elu-elukan para penonton. Nona Four, sepertinya aku harus belajar memanggilnya seperti itu.
            “Anak muda bernama Four itu sepertinya bisa menjadi angin segar untuk Holy Alliance. Aku sudah lihat track record-nya. Untuk seorang prajurit muda, ia patut untuk diperhitungkan. Kemampuannya sangat menakutkan. Sepertinya ia tidak memiliki celah. Andai saja ada seratus remaja sepertinya yang masuk ke akademi, pasti Cora bisa menghalau para Accretia dan Bellato di setiap pertarungan”
            “Kau sudah lihat caranya mengatur pasukan? Ia tidak terlihat seperti seorang remaja berusia delapan belas tahun yang sedang memimpin sebuah batalion inti. Hah…seharusnya kita waspada pada anak muda seperti itu . Karena semakin tahun semakin banyak anak muda tangguh yang lolos akademi ketimbang usia seperti kita ini. Remaja seperti mereka bisa menggeser prajurit berusia lanjut seperti kita ini. Untuk bisa seperti sekarang saja, aku harus mati-matian” salah seorang dari mereka tertawa.
“Tapi peringkat dua ratus besar belum ada apa-apanya dibandingkan dengan selamat di medan perang sampai detik ini, Corvey”
“Ah ya, kau benar” aku mendengar pembicaraan orang-orang di belakangku. Mereka tertawa.
            Sepertinya untuk bisa menjadi seorang prajurit dengan peringkat tinggi memang sangat sulit. Kira-kira berapa ya usia orang-orang di belakangku ini? Aku menoleh ke belakang, mencuri pandang sosok mereka yang berbicara tadi. Aku pikir mereka masih berusia tigapuluh tahunan. Tiba-tiba terdengar suara sorakan penonton lagi. Ah, rupanya kali ini salah seorang dari tim lawan berhasil membuat angka. Aku melewatkan detik-detik itu karena tadi aku sibuk mendengarkan pembicaraan orang-orang di belakangku ini.
            “Hei, Valerie! Aku pikir tadi kau bilang hendak pergi ke perpustakaan” tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh, itu Elyon, teman sekelasku.
“Oh hey, kau, El!” kataku setengah kaget,”tadi aku baru saja membeli persedian potion di NPC lalu melihat pertandingan ini, jadi aku pikir tidak ada salahnya untuk mampir barang sebentar” aku tersenyum lebar.
            “Oh…siapa jagoanmu?” tanyanya sembari melemparkan pandangan kembali ke lapangan.
            “Hm…Four—eh, maksudku Nona Four” Elyon melirikku.
            “Rupanya kau penggemar Nona Four juga ya?” tanyanya sembari tersenyum. Aku melemparkan pandanganku pada Four yang sedang memberikan assist pada teman satu timnya. Ingin rasanya bilang ‘Ia sahabat kecilku’, tapi aku urungkan. Aku pikir itu bukan sesuatu yang harus diketahui banyak orang. Kalau ditanya seperti itu, aku ingin sekali menjawab bahwa aku adalah penggemarnya sejak awal. Jauh sebelum Four dikenal banyak orang seperti sekarang, saat ia masih hanya seorang gadis kecil yang senang mencari kupu-kupu di Padang Spire. Aku sudah mengaguminya sejak Four baru pertama menggunakan pedang. Sejak Four berhasil mengalahkan Ratmoth pertamanya ketika usianya lima tahun. Dan masih banyak ‘sejak’ yang akan aku gunakan sebagai alasan kenapa aku mengaguminya.
            “Nona Four patut untuk dikagumi. Ia adalah spirit-mechine para pemuda untuk bisa menjadi lebih hebat setiap harinya, jadi wajar saja kalau kebanyakan dari penggemarnya adalah siswa akademi yang masih berusia belasan tahun”
            “Kau tahu, bahkan banyak dari prajurit lama yang sudah menyatakan cinta padanya”
            “Benarkah? Lalu, apa ada dari mereka yang Four terima?”
            “Aku rasa selalu dikalahkan harga dirinya lewat pertarungan”
            “Maksudmu?”
            “Mereka yang ingin mendapatkan cintanya harus mampu mengalahkannya terlebih dahulu lewat pertarungan satu lawan satu. Dan sejauh ini, belum ada dari lelaki itu yang bisa mengalahkannya” kata Elyon,”Ah, aku jadi kurang percaya diri setelah mendengar hal itu dari temanku. Bisa tidak ya, aku memenangkan hati Four?” gumamnya. Aku meliriknya, tersenyum.
            “Aku pikir Nona Four bukan wanita seperti itu. Ia hanya tidak bisa berkata tidak pada orang lain jadi ia mengatakannya lewat pertarungan. Hm, lebih dari itu, ia sangat menginginkan pria yang benar-benar mencintainya. Bukan hanya karena ia memiliki sesuatu untuk dicintai. Ia hanya ingin dicintai dengan tulus” kataku, tatapanku lekat pada Four yang masih terus bertahan.
            “Kenapa bicaramu seperti kau sudah kenal dekat dengannya?” tanya Elyon tiba-tiba.
            “Benarkah? Ahahaha, aku sebenarnya hanya menebak-nebak saja. Kau tahu kan aku senang mempelajari psikologis seseorang, hahaha” aku menggaruk kepalaku, berusaha menyembunyikan bahwa aku memang benar-benar mengenal Four.           
            Pertandingan hari itu dimenangkan oleh tim lawan dengan gelar MVP jatuh pada prajurit bernama Lung—ia salah satu prajurit yang berada dalam peringkat lima belas teratas. Dan saat ini ia sedang menjabat sebagai seorang wakil Archon I. Jadi pantas saja jika gelar itu jatuh padanya. Dia orang hebat.

            Aku hanya ingin bilang:
Aku rindu kau. Kau yang terhebat.
Semangat, Four!!! <3

            Aku mengirim sebuah email padanya. Aku harap itu bisa menghiburnya.
            Aku pun pergi ke perpustakaan seperti rencana awalku. Ada yang harus aku tulis tentang Ore langka—karangan ilmiah memang selalu menarik untukku tapi sepertinya tidak dengan yang berbau barang tambang.
            Sesampainya di perpustakaan, aku segera menuju rak buku yang aku maksud. Aku sudah tahu buku apa yang harus aku baca, karena aku pernah mencari tahu tentang Holystone sebelumnya di sini. Bicara tentang Holystone ternyata batu yang satu itu bisa memancarkan suatu gelombang aneh dan bisa bereaksi sesuai dengan perubahan pikiran dari para makhluk berpikir—tentu saja manusia ada dalam daftar makhluk berpikir itu. Semua peralatan yang dibuat dengan campuran Holystone bisa menghasilkan kekuatan yang lebih besar daripada armor yang dibuat dari bahan lainnya. Belum lagi kegunaannya dalam berbagai penelitian yang berguna untuk kemajuan peradaban. Pantas saja sumberdaya yang satu ini diperebutkan tiga bangsa hingga menimbulkan pertumpahan darah.
            Tiba-tiba suara email masuk mengganggu pencarianku.

            AAARRGGHHH ERIEE!!!
AKU JUGA RINDUUUU!!
NB: Hari ini aku kalah bertanding dalam Gravity Core, jadi aku rasa aku bukan yang terhebat :(

            Aku tersenyum melihat email yang masuk. Dari Four. Andai saja ia tahu kalau tadi sore aku melihatnya bertanding. Aku pun membalas lagi email darinya.

           Four sayang, apapun yang terjadi, di mataku Four tetap yang terhebat.Jadi, AYO SEMANGAT!! \(^_^)/

            Selang beberapa menit kemudian, email balasan dari Four masuk
.
            Andai saja kau punya Massive Communicator,
aku pasti akan menghubungimu saat ini juga. Detik ini juga :’(


            Aku tersenyum miris membaca kalimatnya. Ingin rasanya aku menulis, ‘Ya, aku punya MC yang kau maksud. Nick MC-ku Valerie. Hubungi aku sekarang’. Tapi aku urungkan karena sepengetahuannya aku masihlah warga sipil.
Massive Communicator atau yang biasa kami sebut MC itu adalah alat komunikasi jarak jauh khusus untuk para penghuni Markas. Alat ini memungkinkan kami berkomunikasi langsung dengan operator Markas apabila terjadi sesuatu di tempat para prajurit melakukan patroli. Selain untuk berkomunikasi dengan operator Markas, kami juga bisa melakukan komunikasi private dan komunikasi dengan sesama anggota grup. Bentuknya seperti earphone portable yang diselipkan didaun telinga, dan ada tiga tombol navigasi di sana: tombol untuk berkomunikasi dengan operator, grup dan private. Dan seperti halnya sa-phone (satellite phone) yang dimiliki warga sipil dengan harta berlebih, ini bisa menaruh kontak tapi tidak menggunakan nomor sa-phone,melainkan dengan kode identitas Markas atau nickname MC orang yang dimaksud.
            Selesai mencari referensi dan menyelesaikan karangan ilmiahku itu, aku pun hendak kembali ke dorm. Namun aku mendapat panggilan private dari Shawn.
            “Kak Valy, bantu aku!!!” katanya panik dari seberang sana.
            “Kau kenapa, Shawn?! Kau ada di mana sekarang?!!”
            “Aku ada di Sette, ada sebuah MAU sedang mengejarku!!”
            “Aiiisshh, kau mau apa ke sana?” aku segera bergegas dari rak buku tempatku menyimpan buku referensi. Tapi aku menabrak seseorang.
            “Maaf” aku membungkuk kecil pada orang itu lalu kembali berbicara pada Shawn,”Shawn, hubungi operator sekarang juga!!”
            “Tombol navigasi operatorku rusaaaakk!! Kak cepat!!! Aku tidak mau mati muda!!! Aaarrggghh!!”
            “Shawn?! Shawn!! Kau masih di sana?” aku berteriak. Seisi perpustakaan melempar pandangan ke arahku. Aku hanya bisa tersenyum malu kepada semuanya lalu berlari keluar perpustakaan.
            “Tolong, ada seorang siswa akademi sedang diserang MAU di daerah Sette” aku menghubungi operator Markas.
            “Bantuan segera dikirim” kata operator.
            “Valerie? Itu benar kau?” seseorang memanggilku dari belakang. Aku menoleh. Aku melihat orang itu terkejut melihatku,”Kau…Valerie? Kau sungguh Valerie?” ia mendekatiku perlahan.
            “Ice?” perasaanku masih antara khawatir dengan Shawn dan senang bertemu dengannya.
            “Valerie…kau..” ia meremas pundakku,”Kau ikut training?” tanyanya, aku mengangguk.
            “Astaga, aku hampir saja tak percaya ini” ia memelukku. Sepertinya ia tidak tahu tempat yang tepat untuk melakukan ini.
            “Ice…ice…” aku mencoba melepaskan pelukannya perlahan,”tolong, bukan tempat yang tepat” aku melihat orang-orang yang melewati kami tersenyum penuh arti.
            “Aku…aish, aku…aku masih belum bisa percaya penglihatanku, Vale” ia seperti kehilangan kata-katanya. Dan ia hendak memelukku lagi tapi ia malah mencubit pipiku—ia salah tingkah.
            “Ice…tolong. Kau menyakitiku~~” tapi ia masih mencubitku.
            “Ayo, aku traktir kau minum kopi!” ia menarik lenganku yang repot mengampit buku-buku dan perkamen-perkamen tugas.
            Aku menghabiskan malam bersama Ice di cafeteria dorm prajurit. Sedikit malu. Aku tidak mengenali mereka yang keluar-masuk dari tempat itu. Mungkin hanya beberapa yang aku kenali sebagai penduduk desaku tapi aku tidak begitu mengenal mereka dekat.
            “Ice, sudah malam. Aku harus kembali ke dorm”
            “Ayo, aku antar kau!” ia dengan semangat berdiri dari tempat duduknya.
            Selama di perjalanan menuju lantai tempat lorong bilikku berada, kami hanya diam. Aku sepertinya kehabisan bahan pembicaraan, begitupun Ice. Di lift hanya ada aku, dia dan seorang siswa akademi dari kelas lain.
            “Ssstt, sebenarnya, kau tak perlu mengantarku seperti ini, Ice”
            “Tidak apa” ia tersenyum,”aku ingin tahu bilikmu, siapatahu lain kali aku bisa mampir” ia tersenyum nakal padaku. Aku menyikutnya. Ia mengantarku sampai di depan bilikku.
            “Terima kasih untuk malam ini”
            “Aku yang harusnya berterima kasih padamu, Wanitaku” ia mengacak-acak rambutku. Wajahku berubah galak padanya. Ia tertawa lalu merapikan rambutku,”setidaknya mulai saat ini aku memiliki life-support yang begitu dekat denganku. Aku akan berusaha selamat dari peperangan demi bisa bertemu denganmu lagi di Markas”
            “Sudah seharusnya seperti itu, Ice”
            “Ya sudah, masuklah” katanya. Aku pun memasukkan lock-code ke gagang pintu bilikku lalu masuk.
            “Mana temanmu?” tanyanya.
            “Sayangnya, aku adalah orang yang berada di urutan terakhir tanpa teman sekamar” tawaku miris dari balik pintu.
            “Wah, bagus kalau begitu” katanya, aku mengangkat alisku sebelah,”Aku bisa sering-sering bermain ke bilikmu, hm…menemanimu semalaman suntuk pun tak masalah ahahaha~~” ia tertawa nakal, tatapan itu…mesum sekali. Aku ingin meninjunya tepat di muka saat ini kalau saja tanganku tidak membawa buku dan perkamen tugasku.
            “Enyah kau dari hadapanku!!” aku mendobrak pintu.
            “Hei, mana salam perpisahannya?” aku mendengarnya masih setengah tertawa.
            “Aku bilang, enyah kau, Ice!!!” aku kesal dengannya.
            “Selamat malam, Valerie” katanya. Aku bersandar ke pintu kamarku setelah aku rasa ia sudah pergi dari sana. Hm, aku makin dekat dengan orang yang aku sayangi tapi…,”Aku mencintamu, Valerie” suaranya pelan tapi aku bisa mendengarnya dari balik pintu. Ah, sialan. Kata-kata itu. Kenapa harus kata-kata itu yang keluar dari mulutnya? Ia sepertinya tahu bagaimana cara mengacaukan pikiranku malam ini. Yang aku pikirkan saat melihatmu hanya…apa aku bisa tahan melihat punggungmu lebih dekat dari sebelumnya? Bayang-bayang saat kau pergi…dan kabar yang mungkin akan terdengar lebih cepat daripada saat aku ada di desa jika sesuatu terjadi padamu. Aku sepertinya harus belajar untuk lebih tegar lagi, Ice. Bukan hanya dalam masalah bertarung dengan musuh yang nyata tapi bertarung dengan pikiranku sendiri bahwa kau akan baik-baik saja—kita akan baik-baik saja.
            Ini pertemuanku yang pertama dengan salah satu teman dekatku di desa. Aku harap aku bisa bertemu yang lainnya di sini. Dan yang paling aku harapkan adalah…semoga aku bisa memberanikan diriku untuk menyapamu, Four.

disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO

*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition

NB:
thanks for Okky Yurisal, Imam Tauhid, Kak Randy dan Hari buat part yang satu ini :) buat Gravity Stone-nya~
You're ROCK, guys!!! XD

“RF Online Indonesia”

No comments:

Post a Comment