Wednesday, December 31, 2014

Hari ke 2

Aku tidak pernah mengira kalau rindu bisa sememilukan ini.

Ini catatan ketiga ratus delapan puluh enam yang aku tulis untukmu. Semoga perasaan yang aku tuliskan ini bisa sampai padamu.

Mungkin untuk kesekian kalinya aku akan menanyakan kabarmu. Apa kabar? Apa rindu sudah menjalar di nadimu? Kalau aku sudah. Jauh sebelum aku menuliskan catatan ketiga ratus delapan puluh enam ini untukmu. Aku tidak sedang ingin mengeluh tentang hal-hal yang aku lewati seperti hari-hari kemarin. Hari ini aku ingin cerita bagaimana aku merasa bahagia sekaligus kehilangan akan seseorang yang jauh di belahan bumi lainnya.

Tuesday, December 30, 2014

Hari ke 1

Siapa sangka jatuh cinta bisa semelelahkan ini?

Apalagi jatuh cintanya denganku. Harusnya kalau cinta, tak perlu merasa lelah bukan? Sesulit apapun cobaannya, semenyakitkan apapun halangan di depan mata, kalau sudah jatuh cinta, tak akan merasa lelah bukan? Harusnya begitu.

Kamu tahu kalau kamu wanita pertama yang aku jatuhi cinta. Wanita yang aku rasa paling sempurna yang pernah ada, yang pernah aku punya. Siapa sangka kamu pun bisa jatuh cinta padaku yang bukan siapa-siapa? Tak ada yang percaya.

Thursday, January 2, 2014

Akhir yang Mengawali

Perpisahan mengajarkan banyak hal, memang. Karena di akhir, kita menemukan kesimpulan dari suatu hal. Setelah merangkum cerita singkat tapi cukup panjang itu, saya pikir saya mendapatkan banyak pelajaran dari apa yang saya jalani sebelum perpisahan.

Bukan melulu tentang cinta, tapi tentang keluarga dan persahabatan.

Nyatanya, sebelum perpisahan, kita menjalani suatu proses di mana sadar tidak sadar kita mendewasa bersama waktu. Ketika kita melakukan banyak kesalahan, itu mengajarkan kita untuk menjadi lebih baik lagi esoknya. Sekecil apapun pelajaran yang di dapatkan dari sebuah perpisahan, kita tetap belajar dari sana.

Saya memaknai perpisahan itu sendiri seperti anugerah Tuhan untuk saya. Karenanya, saya bertemu dengan orang-orang hebat yang mana saya bisa belajar dari mereka tentang banyak hal. Saya juga pernah (atau bahkan masih) berbagi kebahagiaan dengan mereka. Saya juga sadar bahwa perpisahan tidak selamanya menghilangkan apa-apa yang pernah ada, melainkan meninggalkan banyak hal untuk disimpan. Tidak melulu kesedihan yang dirasa, melainkan bahagia. Karenanya saya mendewasa lebih baik lagi. Karenanya saya belajar lebih banyak dari sebelumnya; seperti tentang ikhlas dan sabar. Yang ditinggalkan dari perpisahan itu yang sebenarnya lebih berharga daripada pertemuan yang mengawalinya, sebenarnya. Toh, setiap pertemuan pasti punya perpisahannya sendiri. Cepat atau lambat.

Dan kesimpulannya dari perpisahan yang saya punya adalah; pernghargaan atas setiap perpisahan yang sebenarnya tidak boleh berakhir selamanya. Karena perpisahan sendiri melahirkan pertemuan lainnya. Dan perpisahan juga yang membuat manusia terus bergerak melaju, tak terhentikan. Tidak diam saja merenungi nasib dan mati. Karena perpisahan kadang mencambuk lebih keras dengan luka khasnya atau pelajarannya. Yang mana yang hendak dirasa, tergantung kita.


29 Desember 2013
Insan Kamalia