Friday, August 31, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part VII



VIII.
            Ibu memberikan kabar tentang penerimaan siswa akademi baru untuk Biro Penelitian. Aku melihatnya begitu semangat ketika membangunkanku pagi-pagi buta. Di tangannya sudah ada selembar kertas form untuk diisi. Aku masih setengah sadar saat Ibu menjelaskan apa-apa saja persyaratannya. Entah dari mana ia mendapatkan info sepagi ini.
            Belakangan Ibu sibuk mempersiapkan persyaratan yang harus aku kirimkan. Sebenarnya, yang akan ikut training itu aku atau Ibu? Kenapa jadi ia yang begitu berapi-api mempersiapkan semuanya. Ia pun sudah menyuruhku mengepak barang dari jauh-jauh hari. Aku hanya bisa menurut dan mengikuti apa yang Ibu inginkan. Lagipula aku tidak memiliki pilihan lain—tidak diberikan kesempatan untuk memilih tepatnya. Tapi aku terima saja, tujuanku adalah membuat Ibu bangga. Setidaknya saat ini hanya aku yang memiliki potensi untuk masuk Biro Penelitian. Kedua adikku masih meneruskan sekolahnya. Sepertinya mereka tidak memiliki niatan untuk bekerja di pemerintahan, kalaupun iya, pasti bukan Biro Penelitian.

Thursday, August 30, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part VI




VII.
            Selang beberapa hari setelah kepergian Ice, Four pun berpamitan padaku. Masa liburannya sudah habis, yang belakangan aku tahu bahwa dalam setahun prajurit hanya boleh pulang sekali dengan lama waktu sebulan. Four baru memutuskan untuk pulang di tahun keempatnya dan Ice baru pulang di tahun keenamnya. Mereka berdua sama anehnya. Apa mereka tidak rindu rumah? Tapi...mungkinkah aku seperti itu jika aku menjadi seorang prajurit?
            Suatu pagi, aku mendapati sebuah pesawat kertas di dekat jendelaku. Aku menengok ke arah luar, tidak ada siapa-siapa. Aku buka kertas itu. Alangkah herannya aku membaca kertas di tanganku; sebuah form pendaftaran akademi Markas. Siapa orang yang sengaja menerbangkannya ke kamarku? Four? Ice? Aku rasa tidak mungkin mereka berdua. Tapi siapa? Hm...Neo? Ah, anak itu lagi, pasti ia masih menjalani training di Markas.

Monday, August 27, 2012

Tentang yang Datang

Kalau ditanya apa ingin lari, pasti aku jawab : Ya
Tapi sayangnya aku pilih diam di tempat; menunggu
Padahal aku benci dengan hal yang satu itu
Atau hanya untuk sekedar mendengarnya ketika aku dijanjikan sesuatu
Sial
Aku bahkan tidak tahu siapa dirimu
Dari mana asal atau tujuanmu datang kemari, menemuiku
Tapi tiba-tiba saja berkata : aku suka kamu.
Aku rasa kau tahu bagaimana cara melumpuhkan sistematika otakku untuk sesaat
tapi di saat yang bersamaan kau memaksa jantungku bekerja lebih cepat dari sebelumnya
Lebih cepat...lebih cepat...
Kalau aku hentikan tiba-tiba, aku mungkin bisa mati
Jadi aku hanya bisa menunggu semua sistem di tubuhku kembali seperti sedia kala,
seperti saat sebelum kau datang

Semuanya memang kembali
Tapi tak sama lagi :
           detakannya
           iramanya
           bahkan tiap aliran darahnya

Aku rasa aku tak perlu mencari tahu siapa yang buat
Aku rasa aku tak perlu merubah apa yang berubah
mungkin sudah saatnya ada yang berubah seperti itu
Seperti saat kau datang

Tentang siapa lagi yang bisa meracuni seluruh bagianku dengan hanya tiga patah kata terkutuk yang indah itu?
Mungkin kalau di tanya siapa, aku pasti jawab : kau.


Depok, 27 Agustus 2012
Malam. Saat aku ingat, aku benci detik-detik itu. Mungkin sedang menyesalinya.

Sunday, August 26, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part V




VI.
            Hari itu Four pulang ke dome-nya, dan kamarku kembali sunyi seperti biasanya. Siang-siang begini biasanya Four sedang melakukan eksperimen membuat resep masakan baru yang bisa ia praktekan di Markas, “Aku butuh yang sederhana, sehat, bergizi, mengenyangkan dan murah” selalu seperti itu kata-katanya. Tapi kebanyakan dari resep-resep yang ia buat adalah sebuah kegagalan besar. Aku rasa ia memang tidak berbakat di dapur. Mungkin keputusan untuk menjadi seorang pejuang Cora yang turun ke medan perang memang yang paling baik untuknya. Ia terlihat lebih hebat dengan armor marun dan Hora Sword-nya ketimbang dengan sebuah apron.

[Rising Force] The Beginning to The New World part IV




V.
            Semenjak pertemuan kami, Four lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku ketimbang di dome-nya sendiri. Four sudah seminggu menginap di dome-ku. Ia membawa apa yang ia pelajari dari Markas dan mengajarkannya padaku, aku merasa cukup beruntung dengan yang satu ini. Ia mengajariku menggunakan berbagai macam senjata. Ia juga mengajariku berburu monster yang lebih kuat, sejauh ini daftar monster terkuat dalam list-ku berubah menjadi Villain Cannibal.
Berkat Four juga untuk pertama kalinya aku pergi dengan teleport ke wilayah lain. Untuk bisa berteleport ke wilayah selain yang ada di peta Cora Main Base, kami—warga sipil—harus pergi ke Biro Perhubungan untuk menggunakan gerbang teleport. Selain di Markas Besar, gerbang teleport hanya ada di Biro Perhubungan, itupun dengan penjagaan yang ketat. Warga sipil yang hendak menggunakannya harus mengisi semacam form tujuan dan alasan berteleport. Pantas saja sedikit sekali warga sipil yang mau repot-repot berteleport ke daerah di luar Cora Main Base. Dan beruntung, aku pergi dengan seorang prajurit, aku tidak perlu repot-repot mengisi form alasan dan tujuanku karena ia hanya memperlihatkan selembar kertas quest dan voila! Kami dipersilakan begitu saja untuk menggunakan teleport. Entah kenapa sosok seorang prajurit Cora jadi terlihat makin keren di mataku setelah kedatangan Four kembali ke desa.

Saturday, August 25, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part III




IV.
            Hari itu aku hendak menjenguk Ayah. Aku sudah lama tidak menemuinya. Tadinya aku hendak mengajak kedua adikku tapi aku urungkan karena tahu mereka paling malas untuk pergi menemui Ayah. Mungkin itu sebuah ungkapan rasa kesal mereka pada Ayah karena semasa hidupnya Ayah terlalu memikirkan pekerjaannya di Biro Penelitian. Ayahku adalah salah seorang peneliti lapangan di sana. Ayah sering sekali pergi ke tempat-tempat yang jauh. Bahkan karena penelitiannya tentang keefisiensian tower, ia pernah pergi ke medan perang untuk meng-upgrade semua tower yang ada, tentu saja dengan bantuan para  Artist dan teman-teman satu timnnya. Ayah di mataku adalah orang yang hebat, sama hebatnya dengan para pejuang Cora, tapi mungkin ia belum cukup hebat menjalankan tugasnya menjadi seorang Ayah. Mungkin itu satu hal yang aku sesali tentang Ayah.

Wednesday, August 22, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part II




III.
                Pandanganku masih kosong ke langit siang itu. Pikiranku mengawang jauh ke medan perang dan daerah-daerah konflik. Di belahan dunia ini pasti ada saudara-saudaraku yang sedang bertahan dari gempuran bangsa lain. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Daratan Spire—desaku—menjadi daerah konflik karena perang.
                Aku ingat cerita para pejuang selamat yang kembali ke desa ini, mereka membawa cerita dari medan perang untuk dibagi, meski bagiku beberapa cacat yang mereka alami sudah cukup bercerita banyak tentang kekejaman perang merenggut semuanya. Andai saja ada cara lain untuk bisa mewujudkan keinginan Decem, aku ingin memilih pilihan lain jika pilihan itu ada. Tapi jika memang harus, aku akan pasang badan untuk melindungi mereka yang aku sayangi. Keluargaku, desaku dan bangsaku. Ini tanah kelahiranku, aku tidak akan menyerahkannya pada siapapun—meski itu nyawa taruhannya.

Tuesday, August 21, 2012

Warna Rindu di Antara Waktu

Berdiri di bawah bentangan hijau
Menghindari siratan cahaya yang menyusup di antara dedaunan pohon yang menghalau
Menyisipkan  sebuah rindu di antara gesekan rerumput yang melayu
Hilang kemudian di antara jejakan kakiku
Aku hanya ingin pastikan bahwa kau tahu :
                            hilang sudah jemari raguku
Dan sudah kutitipkan pada rindu yang memburu itu; bahwa hanya kau yang kumau


Bogor, 21 Agustus 2012
Di antara rimbunnya pohon, angin semilir dan langit yang biru itu; aku ingat dirimu

Monday, August 20, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part I


               Di dunia di mana rasa aman sudah tidak memiliki tempat bahkan di tempat tersembunyi sekalipun. Mereka datang, tanpa terlihat namun merusak semua sistem yang mereka rasuki. Ini adalah awal dari sebuah kehancuran akan keberadaan makhluk hidup, terutama manusia. Tapi selalu ada tangan tak terlihat yang menyebabkan kehancuran itu. Dan itu—entah mereka atau dia—sedang mengawasi gerak-gerik para manusia yang selamat dari ancaman kehancuran, di antara kegelapan.