Monday, August 20, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part I


               Di dunia di mana rasa aman sudah tidak memiliki tempat bahkan di tempat tersembunyi sekalipun. Mereka datang, tanpa terlihat namun merusak semua sistem yang mereka rasuki. Ini adalah awal dari sebuah kehancuran akan keberadaan makhluk hidup, terutama manusia. Tapi selalu ada tangan tak terlihat yang menyebabkan kehancuran itu. Dan itu—entah mereka atau dia—sedang mengawasi gerak-gerik para manusia yang selamat dari ancaman kehancuran, di antara kegelapan.



I.
Klik. Aku mematikan alat navigasi milik Ayah, setidaknya ini salah satu barang peninggalannya yang masih bisa aku gunakan. Aku mematikannya karena aku rasa tempat ini cukup aman untuk aku singgahi barang sesaat. Pagi ini aku dihubungi Paman Eridanus, sahabat Ayah, yang bekerja di Biro Penelitian untuk membawakannya 20 ekor Splinter. Tentu saja itu bukan hal yang mudah mengingat tubuh Splinter cukup besar dan Paman Eridanus meminta 20 ekor. Terpaksa aku menyewa sebuah kereta Warbeast tanpa pengemudi untuk membawa Splinter-splinter tersebut. Hewan-hewan itu akan digunakan untuk kepentingan penelitian pastinya. Entah apalagi yang akan dilakukan para scientist untuk mendapatkan sebuah senjata hidup yang nantinya digunakan untuk kepentingan perang.
                Sebentar lagi aku sampai di Daratan Terang tempat para Splinter berada. Untuk sampai ke sana aku harus melewati Pantai Crimson di mana sering terlihat Boss Monster Varas beserta sekumpulan Varas Guard yang mana itu bukan tandinganku. Aku belum punya banyak pengalaman untuk membunuh monster semacam itu.
                Selama belum tahu akan melanjutkan ke mana, aku melakukan kerja part-time seperti ini; memburu monster-monster dengan tingkat kesulitan rendah. Memang aku mendapatkan pemasukan yang lumayan dari memburu seperti ini tapi lama-kelamaan aku merasa bosan. Aku ingin melakukan sesuatu yang lebih menantang dari ini. Aku ingin belajar berburu monster tingkat tinggi. Tapi untuk bisa melakukannya selain harus memiliki armor dan senjata yang lebih bagus, aku harus memiliki seorang pendamping untuk mengajariku. Belajar lewat buku tidak terlalu memiliki dampak yang besar karena pengalaman langsung itu lebih mudah dicerna dibandingkan hanya dengan membaca.
                Aku mulai dengan mencari splinter di sekitaran situ, mungkin saja di daerah ini aku sudah bisa mendapatkan seekor-dua ekor. Aku malas kalau harus pergi ke sarang para splinter itu. Tapi belum sampai seekor splinter aku dapat, aku mendengar derap beberapa ekor Warbeast sedang dipacu, aku segera mencari tempat bersembunyi di sekitar situ. Aku melihat dua orang dengan jubah hitam berhenti di dekat tempatku bersembunyi. Mereka terlihat mencurigakan.
                “Kau pikir penyusup itu akan lari ke daerah ini?” tanya seseorang.
                “Mungkin saja. Bisa saja ia membawa sebuah kapal untuk melarikan diri bersama Holystone yang dicurinya”
                “Tapi kau tahu di Pantai Crimson sering terlihat Varas bersama para Varas Guard itu berkeliaran. Mana mungkin ia melarikan diri lewat pantai”
                “Atau..mungkin saja ia sudah melakukan teleport”
                “Tidak, hanya orang Markas yang bisa mendapatkan teleport apalagi ke tempat-tempat yang bisa mengantarkannya ke markas bangsa lain”
                “Apa kau pikir orang itu adalah orang Markas?”
                “Aku tidak tahu. Yang jelas, sebaiknya kita berpencar lagi untuk menemukan orang itu”
                “Baik. Aku akan mencoba mencarinya di Pantai, kau pergi Spire. Kita bertemu lagi di sini” kata seseorang mulai memacu kudanya perlahan.
                “Hati-hati dengan Varas!!” kata seorang lagi sembari memacu kudanya ke arah yang berbeda. Lalu keduanya hilang beberapa saat kemudian. Aku mulai berani keluar dari tempat persembunyianku.
                “Ah, ternyata bukan orang asing. Tapi...sebentar, mereka sempat menyinggung masalah penyusup dan Holystone. Apa persediaan Holystone dicuri oleh seseorang? Seberapa banyak? Memang seberapa pentingnya Holystone untuk mereka? Bukankah kita bisa mendapatkannya dengan mudah dengan cara menambang?” aku hanya bisa bertanya pada diri sendiri tanpa punya jawaban yang pasti. Aku pun melanjutkan perburuan Splinter-ku.
                Baru sekitar dini hari aku sampai ke dome dengan kereta kuda yang sudah dipenuhi dengan 20 ekor Splinter. Aku memakirkan kereta Warbeast tersebut di halaman belakang dome. Aku sudah mengirimkan pesan pada Paman Eridanus bahwa barang yang dimintanya sudah aku dapatkan. Petugas dari Biro Penelitian baru akan datang besok pagi untuk mengambil barangnya.
                Aku masuk ke kamarku, melemparkan tubuhku ke ranjang lalu melihat langit-langit kamarku yang transparan, tepat memperlihatkanku pemandangan langit malam itu. Malam ini bintangnya cukup banyak terlihat. Aku jadi teringat cerita Ayah tentang legenda yang terlupakan mengenai asal muasal perang di dunia ini. Semua berasal dari sebuah bangsa yang tinggal di bintang Vega yang ada di sebuah sektor di galaksi ini. Mereka melakukan pembunuhan massal terhadap para makhluk di sektor lain. Mereka ingin menguasai dunia hanya untuk mereka saja.
Hm, padahal bintang Vega adalah salah satu bintang paling terang kesukaanku. Sayang sekali kalau legenda itu benar-benar nyata adanya. Aku berharap itu hanya sebuah legenda, karena itu akan lebih baik. Perseteruan tiga bangsa sudah cukup untukku; sudah cukup memakan banyak jiwa-jiwa tidak berdosa selama ratusan tahun lamanya. Aku tahu ini adalah keinginan Decem untuk menciptakan suatu dunia baru yang lebih beradab, yang satu padu, tapi tetap saja kematian banyak jiwa bukan jawaban yang paling tepat untuk itu—meski untuk mendapatkan sesuatu yang berharga kita memang harus melakukan pengorbanan. Apa Cora tidak berpikir kalau ini sama saja dengan mengulang sejarah lama—jika memang legenda tentang bangsa Vega itu nyata adanya?
Tapi sebenarnya, apa inti dari peperangan yang terjadi selama ini? Apa memang hanya karena tujuan Decem semata yang kami pertahankan? Atau karena ada hal lain yang kami perjuangkan? Yang kami tahu, keinginan dan semangat untuk mewujudkan keinginan Decem-lah yang selalu diturunkan dari nenek moyang kami. Dan...Holystone, apa ada hubungannya dengan sumberdaya yang satu itu? Tiba-tiba saja aku teringat kejadian tadi sore di Daratan Terang. Penyusup...mungkinkah penyusup itu seorang Cora? Karena aku yakin penjagaan di dalam Markas sangatlah ketat untuk para bangsa lain. Tapi untuk apa seorang Cora mencuri Holystone? Apa ia seorang kaki tangan dari bangsa lain? Tapi kenapa?

II.
Bila tidak sedang mendapatkan tugas untuk memburu, aku biasa membantu Tuan Shedir di Anta de Notre-nya—sebuah perpustakaan yang memiliki koleksi hampir dari semua jenis manuskrip yang pernah ada. Bahkan Tuan Shedir mempunyai sebuah museum mini yang menampung beberapa manuskrip tua yang usianya sudah ratusan tahun. Aku pernah sekali masuk ke sana saat ia meminta bantuanku untuk membersihkan beberapa manuskripnya dari debu. Sembari membantu Tuan Shedir di Anta de Notre, aku seringkali membaca manuskrip-manuskrip tersebut. Suatu hari aku menemukan sebuah potongan jurnal yang terselip di antara manuskrip tua yang belum sempat Tuan Shedir rapikan. Aku sempat membaca manuskrip itu.

                Aku cukup terkejut dengan potongan jurnal tersebut. Entah sudah berapa lama usia potongan jurnal tersebut sehingga terselip di antara manuskrip-manuskrip tua ini. Banyak istilah yang menggelitik pikiranku seperti pan-Earth Union, Herodian dan virus ARCANE. Apa pula maksud dari The New Humanity Project itu? Siapa Dr.Dohyeon? Dan di dalam jurnal ini ia juga menuliskan tentang Holimental, itu adalah Holystone...apa maksud dari semua ini?
                Aku mengantongi potongan catatan itu, berharap Tuan Shedir tidak menyadari bahwa ada sepotong manuskrip tuanya yang hilang. Aku bertekad untuk mencari tahu siapa Dr.Dohyeon dan apa yang terjadi pada planet tempat tinggalnya karena ia menyebut-nyebut Holystone dalam jurnalnya, pasti ada sesuatu di balik itu semua. Mungkin saja perang yang selama ini terjadi ada hubungannya dengan Holystone dan apa yang Dr.Dohyeon tulis. Ya, aku yakin jurnal ini adalah petunjuknya.
                Semenjak hari itu, aku giat mencari informasi sebanyak mungkin dari literatur yang ada di Anta de Notre. Berharap aku bisa menemukan petunjuk tentang siapa Dr.Dohyeon itu. Tapi dari semua literatur tua yang aku baca, aku tidak menemukan petunjuk sama sekali tentang Dr.Dohyeon. Namun, aku menemukan sedikit petunjuk mengenai The New Humanity Project yang sempat disingggung Dr.Dohyeon dalam jurnalnya. Di sana ditulis ; tujuan dari The New Humanity Project adalah untuk membuat manusia lebih kuat dari yang sudah ada, karena untuk menguasai seluruh galaksi dengan spesies dan peradaban yang berbeda, manusia harus memiliki kemampuan khusus. Dan...hanya itu yang aku dapatkan. Mungkinkah hampir sama seperti apa yang Paman Eridanus lakukan di Biro Penelitian? Tapi setahuku, mereka melakukan riset tentang lingkungan dan penelitian-penelitian lain yang berguna untuk kebutuhan perang. Mungkinkah...?
                Aku mencoba menghubungi salah seorang temanku yang kini sedang menjalani training di akademi Biro Penelitian. Namanya Laluna Servine. Setahuku ia bekera di divisi Pengawasan Laboratorium. Aku berharap aku bisa mendapatkan sesuatu darinya.
             Aku butuh bantuanmu. Bisakah aku temui kau di dorm?
                Malam harinya, setelah aku mengirimkan pesan padanya, aku mendapatkan sebuah jawaban awal yang cukup menyenangkan.
                Datanglah. Pasti ada sesuatu yang ingin kau tanyakan :)
                Aku segera berangkat keesokan harinya ke dorm Biro Penelitian untuk menemui Laluna di sana. Aku menemuinya di Lobby Dorm. Ia sama cantiknya seperti yang terakhir aku lihat, dan kali ini kacamata persegi terlihat menghiasi wajahnya. Aku membalas pelukannya ketika kami bertemu.
                “Langsung saja, aku ingin menanyakan sesuatu tentang Biro Penelitian. Apa ada penelitian tentang bagaimana memasukkan suatu kemampuan khusus pada tubuh Cora?” aku melihatnya memiringkan kepalanya.
                “Memasukkan kemampuan khusus? Seperti?”
                “Entahlah. Mungkin memasukkan suatu kemampuan khusus hm...seperti kemampuan untuk  err..terbang, mungkin?” tiba-tiba saja aku ragu untuk memberikan contoh. Aku melihat Laluna tersenyum.
                “Sejauh ini aku belum menemukan penelitian tentang hal semacam itu. Hm, sebenarnya jika kau ingin menanyakan hal ini, jujur saja, ini bukan untuk konsumsi warga sipil. Ada hal-hal yang harus kami simpan sendiri sebelum berhasil dibuktikan dengan percobaan. Boleh aku tanya alasanmu kenapa tiba-tiba kau menjadi begitu serius dan bertanya tentang hal ini? Kau terlihat berbeda, Erie” tanyanya sembari melipat tangannya,”Kita bisa bicara sembari minum kopi. Ayo!” ia menarik tanganku menuju sebuah kedai kopi yang ada di dalam dorm. Ia memilih tempat dekat jendela yang mengahadap tepat ke arah matahari terbenam—ia selalu tahu tempat kesukaanku.
                “Jadi?” ia menunggu jawabanku atas hujan pertanyaannya yang sebelumnya. Aku bahkan ragu, haruskah aku mengatakan hal yang sebenarnnya pada Laluna?
                “Aku hanya ingin tahu apa yang bisa aku lakukan di Biro Penelitian jika aku lolos seleksi akademi sepertimu. Terlebih aku sempat membaca perihal The New Humanity Project, apa kau tau tentang proyek yang satu itu?”
                “The New Humanity Project? Aku belum pernah dengar proyek yang satu itu”
                “Serius?” tanyaku sedikit kecewa. Ia mengangguk dengan yakin.
                “Apa ada hubunganya dengan penelitian tentang manusia berkemampuan khusus yang tadi kau tanyakan?” tanyanya. Aku mengangguk lemah.
                “Aku memang tidak tahu tentang proyek yang satu itu, tapi aku mungkin bisa membantumu” katanya, tersenyum. Semburat cahaya senja mengenai wajahnya. Ada suatu harapan kecil yang aku dapatkan dari kata-katanya tersebut. Aku meremas kedua tangannya.
                “Benarkah? Kau akan membantuku? Terimakasih!!! Kau tahu, ini berarti banyak untukku, Luna”
                “Tapi...aku tidak bisa janji mendapatkan informasi itu dengan mudah. Pertama, karena aku ini masih training jadi tidak semua hal bisa aku ketahui. Kedua, proyek rahasia biasanya hanya diketahui beberapa staff saja, jadi aku butuh waktu untuk mencari orang yang tepat untuk bertanya. Kau mau menunggu?” tanyanya lagi. Senyumku terkembang lebar di wajahku. Aku merasa lebih bersemangat saat ini. Aku mengangguk cepat.
                “Beruntung aku memilikimu, Luna!!! Terimakasih!!”
                Setidaknya pencarianku mengalami kemajuan saat ini. Dengan bantuan Laluna, aku berharap bisa mengetahui paling tidak sedikit tentang The New Humanity Project yang dilakukan oleh pan-Earth Union. Dr.Dohyeon bilang itu adalah sebuah kejahatan, kejahatan seperti apa yang ia maksud?


Next part : [Rising Force] The Beginning to The New World part II


disclaimer:

CCR INC Soul and Spirit
LYTO

*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition
“RF Online Indonesia”

No comments:

Post a Comment