Sunday, August 26, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part IV




V.
            Semenjak pertemuan kami, Four lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku ketimbang di dome-nya sendiri. Four sudah seminggu menginap di dome-ku. Ia membawa apa yang ia pelajari dari Markas dan mengajarkannya padaku, aku merasa cukup beruntung dengan yang satu ini. Ia mengajariku menggunakan berbagai macam senjata. Ia juga mengajariku berburu monster yang lebih kuat, sejauh ini daftar monster terkuat dalam list-ku berubah menjadi Villain Cannibal.
Berkat Four juga untuk pertama kalinya aku pergi dengan teleport ke wilayah lain. Untuk bisa berteleport ke wilayah selain yang ada di peta Cora Main Base, kami—warga sipil—harus pergi ke Biro Perhubungan untuk menggunakan gerbang teleport. Selain di Markas Besar, gerbang teleport hanya ada di Biro Perhubungan, itupun dengan penjagaan yang ketat. Warga sipil yang hendak menggunakannya harus mengisi semacam form tujuan dan alasan berteleport. Pantas saja sedikit sekali warga sipil yang mau repot-repot berteleport ke daerah di luar Cora Main Base. Dan beruntung, aku pergi dengan seorang prajurit, aku tidak perlu repot-repot mengisi form alasan dan tujuanku karena ia hanya memperlihatkan selembar kertas quest dan voila! Kami dipersilakan begitu saja untuk menggunakan teleport. Entah kenapa sosok seorang prajurit Cora jadi terlihat makin keren di mataku setelah kedatangan Four kembali ke desa.
Kami berteleportasi ke Numerus dan sampai ke Istana Numerus di mana gerbang teleport berada. Di Istana Numerus, aku melihat teman semasa sekolahku dulu, Neo Hazzlenuts, yang sekarang sedang menjalani pendidikannya di akademi Markas. Para siswa akademi sedang mendapatkan pengarahan dari trainer mereka di sana, mungkin itu sebagian dari pembelajaran mereka. Dan tiba-tiba saja keadaan menjadi riuh setelah kedatangan kami disadari oleh para siswa. Aku sempat bingung. Apa ada yang salah dengan kami? Aku lalu melirik Four yang sedang tersenyum lebar ke arah para siswa. Aku akhirnya menemukan apa yang membuat kerumunan itu melemparkan perhatian pada kami. Four menarikku mendekati kumpulan siswa tersebut. Banyak dari mereka meneriakkan namanya dan melemparkan puji-pujian pada Four. Aku tidak terlalu tahu apa status Four di sana tapi sepertinya ia salah satu prajurit yang paling terkenal.
“Hai hai semuanya, bagaimana kabar kalian hari ini?” ia berteriak dengan semangat dan seluruh siswa menjawabnya dengan seruan yang semangat pula,”Aku harap kalian tetap semangat dengan training kalian”
“Nona Four, kapan kau akan kembali ke Markas. Kami rindu padamu” salah seorang siswa angkat bicara dan aku lihat yang lain mengangguk.
“Untuk sementara aku ingin liburan, aku bosan dengan suasana Markas. Kalau kalian ingin bertemu denganku kalian datang saja ke Desa Lighthalzen di Spire”
“Kami ingin lihat Nona bertarung lagi dengan para petinggi Markas. Nona selalu terlihat keren”
“Hahahahah, kau bisa saja. Aku kan jadi malu~” ia tertawa sembari menggaruk-garuk kepalanya, wajahnya memerah. Entah kenapa aku kembali merasa ia bukan seorang prajurit yang berwibawa dengan aura gagah beraninya.
“Oh ya, perkenalkan semuanya ini sahabat kecilku, Valeriena Foliery” ia tiba-tiba saja menarikku lebih dekat lagi dengannya. Aku sedikit terkejut dengan tindakannya itu karena aku tidak biasa menjadi sorotan banyak orang. Aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Aku melihat Neo sedang tersenyum lebar di barisan belakang,”Katakan sesuatu” bisik Four tiba-tiba.
“Hm...salam kenal semuanya. Semangat untuk training kalian” kataku kaku sembari mengepalkan tangan. Hening. Tapi tiba-tiba semuanya terkikik dan mengucapkan salam padaku. Aku merasa amat sangat bodoh.
“Hendak pergi ke mana kau, Four?” tanya seorang trainer yang belakangan diketahui namanya Archie Stadler, namanya sedikit aneh di telingaku.
“Ah, aku hendak bermain-main saja di sekitaran sini. Hm, sebaiknya aku segera pergi sebelum mengganggu pelajaranmu lebih lama lagi. Hahah. Maaf, Archie~” ia menepuk pundak Archie,”Semuanya, aku pergi dulu ya. Tetap semangat! Bye~” ia melambaikan tangan pada semuanya sembari menarikku pergi dari tempat itu. Semuanya pun mengucapkan salam dan melambaikan tangan padanya.
Melihat sikap orang-orang itu pada Four, sepertinya Four memang orang terpandang di Markas. Buktinya ia sudah punya banyak fans dari kalangan siswa akademi. Apa ia menduduki jabatan penting di sana? Aku bingung, padahal anak yang satu ini sering bersikap konyol dan kekanakan tapi kenapa ia begitu disegani? Hm, mungkin lain kali aku bisa bertanya tentang ini pada Neo.
            Four mengajakku pergi ke beberapa tempat yang aku tidak tahu namanya. Yang jelas monster-monster yang pernah aku lihat di buku aku lihat di sini. Banyak hal baru yang aku lihat. Untuk hari ini, Four hanya mengajariku kelemahan dan apa saja item yang bisa aku dapatkan dari monster-monter tersebut. Four bilang tehnikku dalam menggunakan senjata masih belum terlalu bagus. Aku akui itu, mengingat aku belajar menggunakan pedang secara otodidak. Berburu dengan seorang prajurit memang memiliki sensasi tersendiri.
            “Kau tahu, kau cukup cepat dalam belajar, Erie. Bahkan kalau aku bandingkan dengan para siswaku, mengajarimu itu lebih mudah. Hah, sepertinya aku akan memilih pekerjaan sebagai guru privatmu saja jika aku sudah pensiun dari Markas” katanya, aku tertawa. Four memang suka bercanda.
            “Kau terlalu berlebihan, Four. Hm, melihat para siswa akademi tadi aku seperti merasa kecil sekali. Meski masih di akademi, mereka sudah terlihat keren. Aku iri...mereka akan menjadi sepertimu. Ck, pasti hebat”
            “Hei, haruskah aku membawakan sebuah cermin yang besar sekali untuk aku tunjukkan padamu? Kau punya potensi untuk itu, Erie!! Aku gemas padamu” ia mengepalkan tangannya, wajahnya seperti hendak menerkamku.
            “Hei hei..tenang, Four. Aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan tentang mereka. Kenapa kau jadi gemas padaku?” aku melihatnya mendengus lalu melipat tangannya. Pipinya ia kembungkan. Ia lucu sekali.
            “Kau selalu saja seperti itu, menganggap kau tidak memiliki apa-apa di bandingkan orang lain. Selalu saja merasa kau berada di bawah orang lain, padahal kau punya semua yang orang lain inginkan. Kau tak tahu itu? Bahkan dari dulu aku selalu iri denganmu. Kau selalu saja melakukan semua hal lebih baik dariku, tapi kau selalu saja merendahkan dirimu. Aku kesal denganmu! Kau harusnya tahu apa kelebihanmu jadi kau bisa menghargai dirimu sendiri, Erie. Tidak hanya memuji orang lain. Kau juga pantas untuk dipuji, hanya saja kau selalu malu untuk melakukan apa yang bisa membuat orang lain terpikat padamu” ia berkata dengan cepat tanpa jeda, setengah marah. Aku tertawa melihatnya. Tapi aku merasa tak ada yang salah dengan apa yang ia katakan tentangku.
            “Kalau kau mau terlihat keren lakukanlah sesuatu yang bisa membuat orang lain melihatmu dan berpikir kau keren, jangan hanya duduk di sudut dan menyimpan semuanya sendiri hanya untukmu. Kau dikaruniai kemampuan untuk bisa melakukan banyak hal. Tidak semua orang bisa seperti itu, tapi malah kau sendiri yang menjadi penghalang untuk dirimu berkembang. Mau jadi apa dirimu kalau hidupmu hanya kau habiskan untuk berburu monster tingkat rendah, ha? Selain uang, apalagi yang bisa kau dapatkan? Kesenangan? Aku pikir itu bukan sesuatu yang ‘Valerie sekali’. Kau punya potensi lebih untuk itu. Tempatmu bukan di desa. Kau pantas untuk berada di tempat yang lebih baik. Jadi pikirkan kata-kataku lagi. Segeralah membuat keputusan untuk melanjutkan ke mana lalu kabari aku. Aku tidak ingin menyimpan harapan yang besar terhadapmu terlalu lama. Kau tahu, kau selalu membuatku patah hati” wajahnya serius tapi entah kenapa aku merasa ia seperti sedang berakting. Aku mencubit pipinya. Ia pun mengaduh.
            “Iya, Four sayang....Aku akan ingat kata-katamu. Aku akan memutuskan secepatnya. Aku butuh waktu untuk itu. Karena apa yang menjadi keputusan akhirku nanti adalah penentu akhir hidupku, Four. Aku hanya tidak ingin main-main dengan keputusanku. Aku ingin bersungguh-sungguh menjalani apa yang aku pilih”
            “Bagus, itu baru Valerie yang aku kenal” Four menepuk pundakku,”tapi...” ia berhenti sejenak, ”Anggap ini hanya pernyataanku bukan permintaan. Aku masih punya cita-cita untuk berjuang bersamamu, Valerie. Aku pasti akan merasa lebih kuat dengan adanya dirimu di sisiku saat di medan perang. Huft...jadi putuskanlah. Jangan buat aku menunggumu di medan perang terlalu lama” katanya dengan wajah yang serius. Aku tersenyum tipis.
            “Ya, secepatnya aku akan memutuskan”


Next part :

disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO.Net. 

*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition
“RF Online Indonesia”

No comments:

Post a Comment