Saturday, April 14, 2012

Imperial Mammoth - Requiem on Water (Indonesia translation)

Belakangan saya lagi seneng banget sama Imperial Mammoth yang Requiem on Water

Lagu ini saya tau dari adik saya, yang dari kemaren akustikan lagu ini terus. Otomatis, saya jadi hafal banget nih lagu -__- padahal saya gak tau ini lagu apaan. Dan pas kemaren tanya-tanya, saya baru tau kalo ini OST Breaking Dawn #manusiagoa
Gosh, filmnya aja saya belom nonton, norak banget saya (mungkin karena kurang tertarik juga sih ya -_-)

Balik ke lagu...
Jadi saya berusaha mencari si lirk yang dari kemaren menari-nari di telinga saya itu...Sialnya, saya nemuin itu lirik. In case, liriknya sedikit perumpamaan kalau diartikan dari bahasa inggris, jadi saya iseng translate ke bahasa indonesia supaya lebih gampang dimengerti. Happy sing a song~ ^^

REQUIEM ON WATER - IMPERIAL MAMMOTH

Slowly paddle through the lake 
Straight to the very center 
Of the darkest water 
Where we can embrace the shadows on the surface 
The eyes that look up lifeless 
From our twins below

And though your arms and legs are under 
Love will be the echo in your 
Ears when all is lost in plunder 
My love will be there still

True its chilling to behold 
Up close we stumble backwards 
Laughing in our boats till 
The image sinks away to someplace far for certain 
A land of new suspension 
Where someday we must go

And though your arms and legs are under 
Love will be the echo in your 
Ears when all is lost is plunder 
My love will be there still


And though your arms and legs are under 
Love will be the echo in your 
Ears when all is lost is plunder 
My love will be there still

dan ini untuk Indonesian translationnya

Perlahan mengayuh melewati danau
langsung menuju pusat dari bagian air tergelapnya
Dimana kita bisa mendekap bayangan pada permukaannya
Mata yang menatap hampa di sana
dari bayangan diri kita di permukaan air gelap ini

Meskipun tangan dan kakimu berada di bawah sana
Cinta akan menjadi gema di telingamu
Saat semuanya hilang dirampas
Cintaku tetap ada di sana

Memang benar adanya, ini mengerikan untuk dilihat dari dekat
Kita terantuk ke belakang
Kita tertawa di perahu kita,
sampai gambaran di air itu tenggelam ke suatu tempat yang jauh karena alasan tertentu
Sebuah pulau yang baru saja terbentuk itu
adalah kemana kita harus pergi suatu hari nanti

Meskipun tangan dan kakimu berada di bawah sana
Cinta akan menjadi gema di telingamu
Saat semuanya hilang dirampas
Cintaku tetap ada di sana

Wednesday, April 11, 2012

[Another Story of Us] The Stranded Ship and The Letter Box part II


[PRESENT]

Kapal itu masih karam di tempatnya. Namun tetap tegar berdiri. Semuanya masih sama dengan terakhir kali Valeriana meninggalkan tempat itu untuk selamanya, namun hutan yang dulu ia jelajahi kini sudah berubah menjadi sebuah pemukiman nelayan.
Kisah tentang Valeriana dan Glorious pun menjadi cerita turun temurun di kalangan penduduk sekitar pantai. Namun mitos hanyalah mitos. Tidak pernah ada yang menyentuh kotak surat dan kapal karamnya. Bagi mereka,tempat itu ialah tempat yang angker. Namun, bagiku itu adalah tempat yang indah. Tak jarang aku menghabiskan senjaku di sana bersama kawan-kawan yang lain. Terkadang aku sendiri di sana. Menatap kotak itu,mencoba melukis siluet dari kapal dan kotak suratnya. Kotak yang konon bisa mempertemukan jodoh mereka yang menaruh surat di dalamnya. Ada pula yang bilang bahwa kotak ini bisa mengirimkan surat pada orang yang jauh di sana, yang tidak kau kenal. Tapi sampai saat ini, semua hanya bilang ‘katanya’ tanpa mereka buktikan sendiri cerita yang mereka percaya itu.
Donghwa percaya dengan legenda kotak surat ini. Namun berbeda denganku. Andai saja memang ada cara semudah itu untuk mendapatkan pasangan. Hanya dengan mengirimkan sebuah surat, bukan berarti (dan belum tentu) cinta akan datang. Bukan sebuah kotak pos yang menentukan kita akan jatuh cinta atau tidaknya. Hanya hati kita yang mampu, setidaknya itulah yang aku percayai hingga kini.

Another story already begin…
I miss you
I miss you so bad
I don’t forget you
Oh It’s so sad
 [Donghae POV]
Aku melipat surat di tanganku. Aku memasukkannya ke dalam laci kamarku. Lalu mengeluarkan selembar kertas kosong lalu menulis :
Dear,
Jika kau sendiri di sana, jangan pernah takut sendiri.Aku juga pernah merasakan hal yang sama denganmu. Tak punya teman dan terasingkan. Menyedihkan memang. Tapi aku yakin, Tuhan akan selalu menjagamu. Sedang apa kau di sana?

Laut yang Kau Sentuh

                Aku tersenyum miris. Kenyataan itu terlalu sulit untuk aku terima. Kini aku berada sangat jauh dengannya, dan tak tahu kapan lagi bisa menemuinya. Saehee, apa kabarmu?

The day you slipped away
Was the day I found
It won’t be the same

Hari-hari sibukku kembali di mulai. Liburan yang singkat itu tidak terasa, liburan tiga bulan lalu. Dan kini aku dan teman-teman akan mempersiapkan penampilan untuk acara pentas seni fakultas kami. Tiap tahun ini di adakan sebagai ajang kreatifitas siswa, sekaligus evalusasi bagi tiap jurusan.
After the happening day…
Acaranya sukses. Dan teman-teman dari jurusan lain bilang penampilan dari kelompokku bagus. Senang sekali mendengarnya. Namun kesenangan itu harus berakhir dengan cepat ketika Donghwa meneleponku.
                “Yeobseiyo”
                “Donghae-ya, pulanglah …” suaranya serak.
                “Hyung, waeyo?”
                “Appa, ia sudah pergi..”
                “Hah? Ah, hyung bercanda saja”
                “Donghae, untuk apa aku mempermainkan hidup dan matinya Appa?”
                TUT. Aku memutus panggilan itu. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan. Appa, ia satu-satunya orang yang membuat aku semangat untuk meneruskan impiannya. Karenanya aku berusaha untuk mencapai Seoul dan mewujudkan semua impian itu di sini. Namun sekarang, siapa lagi yang akan tersenyum padaku karena impiannya itu sudah tercapai? Appa,benarkah ini? Apa aku bermimpi.
                “Yeobseiyo?”
                “Yeobseiyo. Donghae, ada apa?”
                “Aku izin untuk beberapa hari ke depan, Hyukjae. Appa …”
                “Appa, ada apa dengan beliau?”
                “Ia, sudah tidak ada..”
                “Donghae-ya?”
                “Appa …” aku tidak kuat menahan air mataku.
                “Donghae-ya, tegarkan dirimu. Aku yakin Appa sudah tersenyum sekarang. Ia sudah tenang di sisi-Nya sekarang, Donghae-ya” suaranya mencoba menenangkanku.
Namun, duka ini tak kuasa aku tahan. Aku tak peduli apa kata orang melihatku dengan keadaan sekacau ini, itu tidak akan sebanding dengan kehilangan orang yang aku cintai. Kehilangan orang yang aku cintai? Apa ini sebentuk hadiah Tuhan untukku? Appa yang sering sekali menyanyikan lagu Nam Jin subae untukku, Appa yang hangat dengan tawanya, Appa yang bagaikan sahabat untukku … kini ia tidak di sisiku lagi? Aku tidak percaya ini semua. Andaikan ada jalan untuk memutar balikkan semua waktu, aku ingin berada di sisi Appa di saat-saat terakhirnya. Appa, kenapa kau pergi ketika aku belum bisa membawakanmu sebuah impian yang nyata? Apa tidak ada sedikit lagi waktu untukku untuk membuktikannya padamu?