Monday, September 10, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part VIII




IX.
            Ibu sayang,
            Aku pergi ke tempat yang benar-benar ingin aku tuju. Maafkan aku sudah mengecewakanmu, tapi untuk sekali ini saja aku ingin memilih jalan hidupku sendiri. Aku tak akan meminta persetujuan Ibu akan keputusanku, itu hak Ibu untuk setuju atau tidak. Tapi pada akhirnya aku yang menjalani semua itu, Bu. Aku mohon doa Ibu. Aku akan berusaha lebih keras di sana.
            Aku akan sering-sering mengirimkan surat untuk Ibu supaya Ibu tahu kabarku. Supaya Ibu tahu jika aku masih hidup jadi Ibu tidak usah khawatir. Maafkan aku kalau selama ini aku sering menyusahkan Ibu. Tapi aku berjanji akan membuat Ibu bangga padaku, suatu hari nanti.
            Jaga diri Ibu baik-baik. Dan tolong sampaikan maafku pada Loreina dan Reginsha karena tidak sempat berpamitan. Aku sayang kalian.
Valeriena

            Itu surat yang semalam aku tinggalkan di meja belajarku. Entah apa yang akan dilakukan Ibu setelah membacanya. Aku harap Ibu masih mau mengakuiku sebagai anaknya meski aku sudah mengecewakannya seperti ini.
            Saat ini aku berada di antara rombongan pedagang yang hendak pergi ke Stasiun Cartella dengan kereta Splinter. Aku menumpang pada mereka saat mereka melewati gerbang Desa Lighthalzen. Aku pergi dari rumah sekitar dini hari tadi dan saat ini aku lihat langit sudah memperlihatkan semburat jingga kebiruannya, pertanda sebentar lagi kami semua akan sampai di Stasiun Cartella.
            Sesampainya di stasiun, aku memisahkan diri dari rombongan setelah sebelumnya aku mengucapkan terima kasih pada mereka. Dari sana, gerbang menuju tempat yang aku tuju sudah dekat. Aku menghirup napas panjang sebelum memasuki pintu masuknya. Aku tetapkan hatiku bahwa ini adalah tempat terakhirku.

X.
            Dua hari sudah aku berada di tempat ini untuk melaksanakan ujian—ujian ketahanan fisik dan kemampuan dasar bertarung. Beruntung sebelumnya Four sudah mengajarkanku bagaimana menggunakan senjata lain selain pedang dan cara bertarung yang benar. Terima kasihku juga pada Tuan Shedir yang sudah mengajarkanku langkah awal menggunakan Force. Karena semua yang mereka ajarkan tepat menjadi bahan ujianku di hari terakhir. Aku salah satu orang yang mendapat nilai tertinggi dalam test Force. Beruntung aku sudah berlatih seperti apa yang Tuan Shedir katakan. Dan pengalaman berburuku selama bertahun-tahun mengambil andil yang besar dalam tes ketahanan fisik. Tanpa aku sadari hal yang selama ini aku alami—tanpa disengaja—menjadi bekal untukku datang kemari. Mungkin aku harus berterimakasih pada Hidup.
            Selama pengumuman siapa yang akan menjadi siswa akademi belum diumumkan, para calon siswa akademi tinggal di dorm akademi. Aku sebilik dengan seorang wanita pesolek, namanya Spadona—persis seperti nama sebuah pedang. Aku heran kenapa wanita seperti itu bisa berpikir untuk ikut training di tempat seperti ini. Aku rasa tak ada yang peduli dengan riasannya di medan perang nanti. Aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih jauh.
            Aku sempat bertemu dengan Neo di sana, tapi ia sedang asik berbicara dengan teman-temannya, aku jadi segan untuk menyapanya. Tapi aku ingin sekali berkeliling dan bertanya banyak hal tentang training yang dilakukan di akademi, hm...mungkin lain kali.
Akhirnya, aku memutuskan untuk berkeliling sendiri. Aku menemukan perpustakaan di lobby utama, dekat pintu masuk menuju dorm akademi, tapi terkunci. Apa ada jam-jam tertentu untuk berkunjung? Aku pun mengubah rencanaku untuk pergi keluar saja, berkeliling di sekitar Markas mungkin.
Di lobby dorm, aku sempat melirik lagi Wall of Fame yang terpampang lebar di salah satu sisi lobby. Aku belum sempat memperhatikannya lebih teliti ketika masuk ke sini. Beberapa calon siswa pun sedang melihat-lihat dinding tersebut. Di sana terpampang foto para pejuang yang sempat menjabat sebagai Archon. Dan ada juga foto para petinggi Markas yang saat ini sedang menjabat. Aku memperhatikannya dari ujung ke ujung, memang hanya sekilas-sekilas tapi tiba-tiba aku menemukan foto seorang wanita bernama Corsesca Covenant di sana. Aku memperhatikannya lebih jeli lagi. Wanita itu berambut coklat kemerahan, bermata hijau—kontras dengan warna rambutnya—dan menggunakan anting berwarna biru kemerahan.  Ia cantik sekali. Inikah Corsesca yang Tuan Shedir maksud? Di sana tertera lama periode ia menjabat sebagai Archon. Di sana tertulis 9145-9148 dan 9150. Aku jadi ingin tahu lebih banyak tentang wanita bernama Corsesca itu, sepertinya ia memang wanita yang mengagumkan.
"Perhatian, kepada seluruh peserta ujian masuk akademi dimohon untuk segera mempersiapkan diri di ruangan masing-masing. Para panitia akan mendatangi kalian untuk memberitahukan hasil yang sudah kalian capai di ujian masuk kemarin. Kepada seluruh panitia diharap bersiap di tempat. Terima kasih"
Aku dan para peserta lain pun kembali ke ruangan masing-masing. Aku merasa pengumuman ini terlalu cepat. Dan kenapa harus panitia yang mendatangi kami? Apa ada sesuatu yang harus disampaikan pada masing-masing peserta yang sifatnya rahasia?
Ketika aku masuk ke bilikku, aku sudah menemukan Spadona ada di sana, sedang mengepak barang-barangnya.
"Mau ke mana kau?" tanyaku. Ia tersenyum penuh arti.
"Hanya formalitas meski aku sudah tau hasilnya" katanya ringan. Aku mengangkat alisku sebelah. Sudah tau hasilnya?
"Maksudmu....hasil ujian?" aku masih menebak dan ia mengangguk. Senyumnya lebar sekali. Sebersit perasaan iri hadir di benakku. Tapi dari mana ia tahu?
"Hm...senang mendengarnya. Oh ya, kenapa mereka yang mendatangi kita? Apa ada sesuatu yang sifatnya individu yang harus disampaikan?"
"Aha. Untuk mereka yang dirasa kemarin memiliki kemampuan di atas rata-rata akan mendapatkan pelatihan khusus dan itu akan dijelaskan nanti" katanya sembari memainkan pisau lipatnya,"Saranku, sebaiknya kau segera mengepak barangmu. Jadi kalau nanti kau harus pulang, kau sudah tidak repot lagi" Entah kenapa kata-katanya barusan terdengar sinis sekali. Seakan ia yakin sekali kalau aku akan pulang. Aku mulai kurang respek dengan wanita yang satu ini. Lihat saja nanti, aku pasti bisa lolos. Akan  aku buktikan pada orang-orang sepertinya bahwa aku punya sesuatu untuk diperhitungkan. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu bilik kami.
"Aku panitia" aku segera membukakan pintu.
"Permisi, bilik ini atas nama Valeriena Foliery dan Spadona. Benarkah?" tanya wanita berseragam itu. Aku mengangguk.
"Baiklah, pertama aku akan memberikan ini pada Spadona" wanita itu mengeluarkan sebuah surat dari dalam ransel yang ia bawa. Spadona pun mengambilnya dengan senyum yang merekah. Sedikit sinis melirikku,"lalu ini untuk Valeriena" aku mengambil surat itu dengan perasaan yang campur aduk, antara senang, resah, bingung, was-was dan galau.
"Aku ingin memberikan sedikit evaluasi dari ujian kemarin. Untuk Spadona, perhitungan dan prediksimu tentang lawan sudah cukup baik, kemampuan seperti itu akan sangat berguna saat pertarungan satu lawan satu. Baik dalam melakuan penyerangan dan pertahanan akan lebih mudah dilakukan. Dan kau Valeriena..." ia sejenak menatapku lekat lalu tersenyum,"aku rasa, harusnya kau tau class apa yang harus kau pilih jika kau lulus"
"Oh wow, aku lulus" tiba-tiba terdengar suara Spadona dari belakangku.
"Selamat datang di Markas" wanita itu tersenyum lalu melirikku,"Apa kau tidak ingin membukanya?"
Aku pun melirik surat itu sekali lagi. Lebih dari siapapun di dunia ini, akulah yang paling ingin mengetahui apa yang tertulis di dalamnya. Aku pun membuka amplop dan membaca isi surat di dalamnya. Aku pun mencerna kata demi kata yang tertulis sampai pada akhirnya aku melihat ada kata 'lulus' di dalamnya. Senyumku merekah. Reflek, aku memeluk wanita itu.
"Terima kasih karena sudah membawakan kabar baik ini untukku" hampir-hampir aku menangis. Ia mengusap pundakku.
"Selamat datang juga untukmu, Valeriena. Dan semoga kau bisa menjadi kabar baik untuk Markas" bisiknya. Aku pun melepas pelukanku, tersenyum mendengar kata-katanya barusan.
"Nah, untuk kalian berdua, kalian bisa mengepak barang kalian terlebih dahulu untuk kemudian menghadap Race Manager. Nanti akan ada instruksi lebih lanjut tentang akademi dan tentunya tentang pembagian bilik tetap di sana" ia tersenyum,"Hm, aku rasa aku harus terus berkeliling. Aku undur diri ya. Sekali lagi selamat untuk kalian"
Beberapa saat setelah wanita itu keluar, hening panjang terjadi di antara kami berdua.
"Aku duluan. Selamat untuk kelulusanmu, Vale. Dan… semoga berhasil" ia meninggalkan bilik dan menoleh di kalimat terakhirnya. Tapi aku menangkap maksud lain dari nada bicaranya. Dan kemudian hanya hening di sana yang tersisa setelah ia meninggalkanku. Hm, sepertinya aku harus menyudahi perasaan gembira ini karena sebentar lagi aku harus berusaha lebih keras di akademi. Aku rasa, harusnya kau tau class apa yang harus kau pilih jika kau lulus, kata-kata itu kembali terngiang di kepalaku. Ia seperti ingin memberitahuku bahwa aku memiliki potensi untuk salah satu class. Aku pun mulai mengepaki barang-barangku untuk segera menghadap Race Manager.

Next part:
[Rising Force] The Beginning to The New World part IX

disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO

*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition “RF Online Indonesia”

No comments:

Post a Comment