V.
Semenjak
pertemuan kami, Four lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku ketimbang di
dome-nya sendiri. Four sudah seminggu menginap di dome-ku. Ia membawa apa yang
ia pelajari dari Markas dan mengajarkannya padaku, aku merasa cukup beruntung
dengan yang satu ini. Ia mengajariku menggunakan berbagai macam senjata. Ia
juga mengajariku berburu monster yang lebih kuat, sejauh ini daftar monster
terkuat dalam list-ku berubah menjadi Villain Cannibal.
Berkat Four juga untuk pertama
kalinya aku pergi dengan teleport ke wilayah lain. Untuk bisa berteleport ke
wilayah selain yang ada di peta Cora Main Base, kami—warga sipil—harus pergi ke
Biro Perhubungan untuk menggunakan gerbang teleport. Selain di Markas Besar,
gerbang teleport hanya ada di Biro Perhubungan, itupun dengan penjagaan yang
ketat. Warga sipil yang hendak menggunakannya harus mengisi semacam form tujuan
dan alasan berteleport. Pantas saja sedikit sekali warga sipil yang mau
repot-repot berteleport ke daerah di luar Cora Main Base. Dan beruntung, aku
pergi dengan seorang prajurit, aku tidak perlu repot-repot mengisi form alasan
dan tujuanku karena ia hanya memperlihatkan selembar kertas quest dan voila!
Kami dipersilakan begitu saja untuk menggunakan teleport. Entah kenapa sosok
seorang prajurit Cora jadi terlihat makin keren di mataku setelah kedatangan
Four kembali ke desa.
Kami berteleportasi ke Numerus dan
sampai ke Istana Numerus di mana gerbang teleport berada. Di Istana Numerus,
aku melihat teman semasa sekolahku dulu, Neo Hazzlenuts, yang sekarang sedang
menjalani pendidikannya di akademi Markas. Para siswa akademi sedang
mendapatkan pengarahan dari trainer mereka di sana, mungkin itu sebagian dari
pembelajaran mereka. Dan tiba-tiba saja keadaan menjadi riuh setelah kedatangan
kami disadari oleh para siswa. Aku sempat bingung. Apa ada yang salah dengan
kami? Aku lalu melirik Four yang sedang tersenyum lebar ke arah para siswa. Aku
akhirnya menemukan apa yang membuat kerumunan itu melemparkan perhatian pada
kami. Four menarikku mendekati kumpulan siswa tersebut. Banyak dari mereka
meneriakkan namanya dan melemparkan puji-pujian pada Four. Aku tidak terlalu
tahu apa status Four di sana tapi sepertinya ia salah satu prajurit yang paling
terkenal.
“Hai hai semuanya, bagaimana kabar
kalian hari ini?” ia berteriak dengan semangat dan seluruh siswa menjawabnya
dengan seruan yang semangat pula,”Aku harap kalian tetap semangat dengan
training kalian”
“Nona Four, kapan kau akan kembali
ke Markas. Kami rindu padamu” salah seorang siswa angkat bicara dan aku lihat
yang lain mengangguk.
“Untuk sementara aku ingin liburan,
aku bosan dengan suasana Markas. Kalau kalian ingin bertemu denganku kalian
datang saja ke Desa Lighthalzen di Spire”
“Kami ingin lihat Nona bertarung
lagi dengan para petinggi Markas. Nona selalu terlihat keren”
“Hahahahah, kau bisa saja. Aku kan
jadi malu~” ia tertawa sembari menggaruk-garuk kepalanya, wajahnya memerah.
Entah kenapa aku kembali merasa ia bukan seorang prajurit yang berwibawa dengan
aura gagah beraninya.
“Oh ya, perkenalkan semuanya ini
sahabat kecilku, Valeriena Foliery” ia tiba-tiba saja menarikku lebih dekat
lagi dengannya. Aku sedikit terkejut dengan tindakannya itu karena aku tidak
biasa menjadi sorotan banyak orang. Aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
Aku melihat Neo sedang tersenyum lebar di barisan belakang,”Katakan sesuatu”
bisik Four tiba-tiba.
“Hm...salam kenal semuanya.
Semangat untuk training kalian” kataku kaku sembari mengepalkan tangan. Hening.
Tapi tiba-tiba semuanya terkikik dan mengucapkan salam padaku. Aku merasa amat
sangat bodoh.
“Hendak pergi ke mana kau, Four?”
tanya seorang trainer yang belakangan diketahui namanya Archie Stadler, namanya
sedikit aneh di telingaku.
“Ah, aku hendak bermain-main saja
di sekitaran sini. Hm, sebaiknya aku segera pergi sebelum mengganggu
pelajaranmu lebih lama lagi. Hahah. Maaf, Archie~” ia menepuk pundak
Archie,”Semuanya, aku pergi dulu ya. Tetap semangat! Bye~” ia melambaikan
tangan pada semuanya sembari menarikku pergi dari tempat itu. Semuanya pun
mengucapkan salam dan melambaikan tangan padanya.
Melihat sikap orang-orang itu pada
Four, sepertinya Four memang orang terpandang di Markas. Buktinya ia sudah
punya banyak fans dari kalangan siswa akademi. Apa ia menduduki jabatan penting
di sana? Aku bingung, padahal anak yang satu ini sering bersikap konyol dan
kekanakan tapi kenapa ia begitu disegani? Hm, mungkin lain kali aku bisa
bertanya tentang ini pada Neo.
Four
mengajakku pergi ke beberapa tempat yang aku tidak tahu namanya. Yang jelas
monster-monster yang pernah aku lihat di buku aku lihat di sini. Banyak hal
baru yang aku lihat. Untuk hari ini, Four hanya mengajariku kelemahan dan apa
saja item yang bisa aku dapatkan dari monster-monter tersebut. Four bilang
tehnikku dalam menggunakan senjata masih belum terlalu bagus. Aku akui itu,
mengingat aku belajar menggunakan pedang secara otodidak. Berburu dengan
seorang prajurit memang memiliki sensasi tersendiri.
“Kau tahu,
kau cukup cepat dalam belajar, Erie. Bahkan kalau aku bandingkan dengan para
siswaku, mengajarimu itu lebih mudah. Hah, sepertinya aku akan memilih
pekerjaan sebagai guru privatmu saja jika aku sudah pensiun dari Markas”
katanya, aku tertawa. Four memang suka bercanda.
“Kau
terlalu berlebihan, Four. Hm, melihat para siswa akademi tadi aku seperti
merasa kecil sekali. Meski masih di akademi, mereka sudah terlihat keren. Aku
iri...mereka akan menjadi sepertimu. Ck, pasti hebat”
“Hei,
haruskah aku membawakan sebuah cermin yang besar sekali untuk aku tunjukkan
padamu? Kau punya potensi untuk itu, Erie!! Aku gemas padamu” ia mengepalkan
tangannya, wajahnya seperti hendak menerkamku.
“Hei
hei..tenang, Four. Aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan tentang mereka.
Kenapa kau jadi gemas padaku?” aku melihatnya mendengus lalu melipat tangannya.
Pipinya ia kembungkan. Ia lucu sekali.
“Kau selalu
saja seperti itu, menganggap kau tidak memiliki apa-apa di bandingkan orang
lain. Selalu saja merasa kau berada di bawah orang lain, padahal kau punya
semua yang orang lain inginkan. Kau tak tahu itu? Bahkan dari dulu aku selalu
iri denganmu. Kau selalu saja melakukan semua hal lebih baik dariku, tapi kau
selalu saja merendahkan dirimu. Aku kesal denganmu! Kau harusnya tahu apa
kelebihanmu jadi kau bisa menghargai dirimu sendiri, Erie. Tidak hanya memuji
orang lain. Kau juga pantas untuk dipuji, hanya saja kau selalu malu untuk
melakukan apa yang bisa membuat orang lain terpikat padamu” ia berkata dengan
cepat tanpa jeda, setengah marah. Aku tertawa melihatnya. Tapi aku merasa tak
ada yang salah dengan apa yang ia katakan tentangku.
“Kalau kau
mau terlihat keren lakukanlah sesuatu yang bisa membuat orang lain melihatmu
dan berpikir kau keren, jangan hanya duduk di sudut dan menyimpan semuanya
sendiri hanya untukmu. Kau dikaruniai kemampuan untuk bisa melakukan banyak
hal. Tidak semua orang bisa seperti itu, tapi malah kau sendiri yang menjadi
penghalang untuk dirimu berkembang. Mau jadi apa dirimu kalau hidupmu hanya kau
habiskan untuk berburu monster tingkat rendah, ha? Selain uang, apalagi yang
bisa kau dapatkan? Kesenangan? Aku pikir itu bukan sesuatu yang ‘Valerie
sekali’. Kau punya potensi lebih untuk itu. Tempatmu bukan di desa. Kau pantas
untuk berada di tempat yang lebih baik. Jadi pikirkan kata-kataku lagi.
Segeralah membuat keputusan untuk melanjutkan ke mana lalu kabari aku. Aku
tidak ingin menyimpan harapan yang besar terhadapmu terlalu lama. Kau tahu, kau
selalu membuatku patah hati” wajahnya serius tapi entah kenapa aku merasa ia
seperti sedang berakting. Aku mencubit pipinya. Ia pun mengaduh.
“Iya, Four
sayang....Aku akan ingat kata-katamu. Aku akan memutuskan secepatnya. Aku butuh
waktu untuk itu. Karena apa yang menjadi keputusan akhirku nanti adalah penentu
akhir hidupku, Four. Aku hanya tidak ingin main-main dengan keputusanku. Aku
ingin bersungguh-sungguh menjalani apa yang aku pilih”
“Bagus, itu
baru Valerie yang aku kenal” Four menepuk pundakku,”tapi...” ia berhenti
sejenak, ”Anggap ini hanya pernyataanku bukan permintaan. Aku masih punya cita-cita
untuk berjuang bersamamu, Valerie. Aku pasti akan merasa lebih kuat dengan
adanya dirimu di sisiku saat di medan perang. Huft...jadi putuskanlah. Jangan
buat aku menunggumu di medan perang terlalu lama” katanya dengan wajah yang
serius. Aku tersenyum tipis.
“Ya,
secepatnya aku akan memutuskan”
Next part :
disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO.Net.
*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition
“RF Online Indonesia”
CCR INC Soul and Spirit
LYTO.Net.
*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition
No comments:
Post a Comment