Kita sempat
melewati beberapa bagian hidup bersama. Menjejakkan kaki di tempat fana lainnya
di Bumi dengan riangnya, tanpa sadar detik kita kian habis dimakan waktu. Tanpa
takut kita akan terburu-buru. Untukku, kamu itu sebuah buku. Pengingat serta
pencatat waktuku. Yang aku baca isi kepalanya di serangkaian waktu dan
seringkali mengingatkan kalau-kalau lupa menyerang otakku. Lantas kamu juga
jadi kapsul waktu untukku. Di dalam kepalamu itu, ada banyak perjalanan dan
pelajaran yang kita lewati bersama. Kamu cermin yang bisa menunjukkanku sudah
seberapa jauh aku bertumbuh dan belajar.
Kini kita
mendewasa dengan cara yang berbeda. Masing-masing dari kita sedang melakukan
perjalanan yang bercabangan jalannya, sesekali berpapasan kalau diizinkan Tuhan.
Kadang tersandung kerikil atau menemukan tebing tinggi untuk disusuri hingga
puncaknya. Kadang kehabisan suplai semangat untuk meneruskannya. Tapi aku
selalu ingat suaramu yang menguatkanku. Aku ingat gambaran waktu kita merasa
suka cita ketika kita baru saja berhasil melewati cobaan berat nan panjang.
Banyak air mata serta luka-luka, waktu itu. Tapi kita bahagia karena bisa melewatinya
bersama, karena kita mendewasa bersamanya. Lantas kita memulai perjalanan kita
yang tertunda. Lagi dan lagi.
Tapi kini
kita mendewasa dengan cara yang berbeda. Duka dan suka yang berepetisi di
beberapa potongan waktu. Tapi semua ragu dan kecewa pada akhirnya bisa kita
jadikan harapan baru lainnya di lain waktu. Acap kali aku buta, aku lupa dunia.
Tapi harapan-harapan di hari kemarin yang membuatku terus bertahan hingga saat
ini. Aku harap kamu pun begitu. Meski kita berbeda jalan menuju kedewasaan,
tapi ketika kamu merasa sendiri, tenang saja, aku ada untukmu. Karena kita
pernah mendewasa bersama di jalan yang sama. Menua tidak akan membuat kita jadi
manusia yang berbeda dari hari kemarin, kita hanya belajar lebih banyak tentang
hidup. Itu saja yang berbeda. Tapi kita akan selamanya seperti ini. Kita akan
selalu terhubung meski kita mendewasa dengan cara yang berbeda, di jalan yang
berbeda pula.
Dan kini
kita mendewasa dengan cara yang berbeda. Kalau nanti aku lupa, ingatkan aku
bahwa tak perlu sempurna langkahku untuk maju atau kalau aku salah
memperhitungkan waktu. Kamu juga tak perlu takut, kalau-kalau kamu nantinya
gagal di tengah jalan. Karena kita sedang mendewasa untuk bisa jadi lebih baik
dari hari kemarin.
Lihat, kini
kita mendewasa dengan cara yang berbeda. Tapi kita tetap bersama di dalamnya.
Semoga luka-luka di hari kemarin akan selalu jadi harapan yang akan menguatkan
kita di esok harinya.
Selamat
mendewasa, Sahabatku.
2015
Inspired
Song by
Daichi
Miura – It’s the Right Time
Requested
by
M.Aldo
Prahajanto
No comments:
Post a Comment