Kita hidup di dunia di mana yang berlimpah akan semakin
berlebihan dan yang kekurangan hanya tinggal menuggu mautnya menjemput. Kita
tak lagi mengenal kemanusiaan yang katanya melekat pada makhluk semacam kita.
Mungkin teori Darwin tentang yang lemah mati itu benar adanya. Dan manusia
sedang menuju tahap evolusi lainnya; menjadi manusia setengah hewan dengan
birahi yang tak terhentikan dengan insting membunuh mangsa yang entah itu
sebangsa atau bukan. Yang jelas, lemah berarti di makan.
Kita hidup dengan mereka yang meneriakkan kemerdekaan tapi
nyatanya memenjarakan.
Kita hidup dengan makhluk yang dianggap nabi lainnya di
dunia, membawa harapan lainnya dari yang selain Tuhan. Tapi kita bisa lihat,
makhluk itu sendiri yang menjual harapan kita pada yang bukan Tuhan.
Mereka yang lemah memang yang paling mudah mati karena ini;
kebodohan dan miskinnya harapan. Padahal satu-satunya yang diperlukan manusia
untuk bertahan hidup adalah harapan. MANUSIA BUKAN LAGI MANUSIA JIKA TIDAK
MEMILIKI HARAPAN. Mereka yang lemah sudah didakwa, dhilangkan haknya atas
kemanusiaan mereka karena mereka lemah. Mereka kini hanya seonggok daging yang
tinggal menunggu kapan digilas jaman. Mati begitu saja dan kehilangan harga
hidup mereka; harapan.
Kita dipimpin para makhluk suci yang bahkan tak punya
kemaluan. Mereka hidup dari harapan orang-orang yang mereka rampas
kemerdekaannya untuk maju. Yang melawan, tinggal tunggu kapan jadi bahan
ratapan keluarga yang kehilangan. Yang membantah, tinggal tunggu kapan dideportasi
ke dunia arwah. Yang menjilat, biar makin nikmat dengan berkat yang para
makhluk suci kita semat.
Di lain hari makhluk suci kita ini jadi makhluk penghisap
kehidupan. Bahkan sisa harapan di aliran darah kita pun ikut dihilangkan.
Lantas jadi apa kita ini sekarang? Seonggok daging hidup tanpa harapan?
Kepada mereka yang dijanjikan :
Selamat pada kalian yang menyembah nabi baru kita.
Ini saat di mana kalian tunggu kapan kalian akan mati dengan
kehilangan harapan.
Kepada mereka yang tak punya pilihan :
Selamat menempuh hidup baru, di negara yang indah ini.
Negara merdeka dengan rakyat yang terpenjarakan isi kepalanya. Negara merdeka
dengan rakyat yang terpenjarakan harapannya.
Dan kepada makhluk suci kita :
Selamat atas kenaikan pangkatnya, tapi keberuntungan pemula
tidak akan bertahan selamanya.
“Tunggu banjir darah pada halaman tamanmu yang indah. Kami
rakyat negara ini, kami tak akan pindah. Kami tak ingin lagi untuk kesekian
kalinya terjajah. Jadi tunggu tanggal mainnya.”
2014
Pemuda merdeka yang terpenjara harapannya.
Inspired Song by
Gazette – Leech
Requested by
Akbar Rizki
No comments:
Post a Comment