FF (fanfiction) seperti jamur di musim hujan
sekarang."Wanna-be Writer" yang baru pertama kali nulis terus punya
karya, seneng banget kalo karyanya diterbitin. Tapi, FF yang ditulis...
ampuuuun maaakkk!!! Nah, OJ mau berbagi tips nih untuk "wanna-be
writer" yang lagi nulis FF. Berikut tipsnya.
Tips menulis fanfiction
Fanfiction merupakan jenis cerita berdasarkan karakter, setting, atau ide-ide
dari karya yang sudah ada, seperti buku, film, acara TV, kartun, dan
sebagainya. Ini ditulis terutama oleh para penggemar karya tersebut dengan
mengedepankan karakter, setting, atau ide-ide dalam situasi yang didesain oleh
mereka (penulis) sendiri. Meskipun fanfiction menjadi outlet yang popular untuk
para penggemar ceria kreatif, untuk membacanya jauh lebih simpel dibanding
menuliskannya. Nah, kira-kira tips di bawah ini dapat menjadi panduan ketika
kita ingin menulis sebuah cerita fanfiction. Fancfiction apapun yang kita
pilih.
1. Jangan membunuh karakter sebagai efek. Pembunuhan
karakter merupakan bentuk manipulasi emosi pembaca kita sebagai efek jelek.
Jadi sangat dihindari. Dan itu bukan sebagai bentuk kedalaman keterampilan
menulis. Menjaga skala dan intensitas cerita setidaknya mendekati kenyataan.
Itu artinya provokasi kepada pembaca akan semakin kuat.
2. Tulislah cerita dengan panjang tidak lebih dari 1000 kata dengan pilihan
kata-kata yang baik dan berkualitas. Semua itu akan bermuara pada keterampilan
dan bakat yang dimiliki penulis dalam menerjemahkan karakter ke dalam bentuk
tulisan. Keterampilan itu dapat diajarkan dan diasah.
3. Tunjukkan, jangan hanya dikatakan. Sebaiknya, segera menulis ketika kita
mendapat ide. Tunjukkan ke orang yang mengerti terhadap penulisan terutama
penokohan/karakter.
4. Jauhkan karakter yang sudah umum dari tulisan kita. Karena karakter umum
yang ditulis akan membuat bosan. Buat karakter lebih spesifik dan hal ini akan
menjadi semacam keunikan baru bagi pembaca.
5. Jangan menulis cerita secara terpisah, tetapi buat dalam satu kesatuan.
Cerita yang dibuat terpisah akan membingungkan pembaca. Jika akan membuat
trilogi cerita, buatlah plot yang sesuai dengan menjaga karakter dari
masing-masing tokoh, konflik yang dibuat lebih hidup, dan plot yang dapat
diidentifikasi dan selesai di akhir segmen. Membawa subplot lebih dari satu ke
bagian cerita berikutnya, sah-sah saja, tetapi, jika berakhir di tengah-tengah
cerita dan menggantung, sangat keliru dan tidak dianjurkan.
6. Cerita harus memiliki plot. Plot ini setidaknya memiliki aksi yang dapat
meningkat, klimaks, dan kemudian antiklimak. Sebaiknya dibuat secara
terstruktur. Jika tidak, apa yang kita tulis hanya sebagai adegan atau fragmen
dan bukan jalan cerita.
7. Apabila penulis melakukan riset mengenai topik tertentu, sebaiknya penulis
menciptakan lansekap solid dalam cerita untuk pembaca.
8. Jika penulis menuliskan perjalanan waktu, harus dipastikan penulis
benar-benar paham apa yang sedang dialami. Jika penulis tidak tidak paham apa
yang ingin disampaikan, bagaimana pembaca dapat mengerti apa yang
ditulis.
9. Jangan terburu-buru untuk menyelesaikan cerita hanya karena ingin cepat
selesai dan ingin dipublikasi. Berikan perhatian lebih terhadap cerita yang
akan dibuat.
10. Jangan pernah menerbitkan cerita yang belum tuntas ditulis. Hal itu akan
menyita pikiran dan tenaga karena harus menyambung tulisan yang belum sempurna.
Waktu kita akan tersita ketika harus merevisi, mengedit, dan bahkan menulis
ulang. Jika hal ini terjadi, justru penulis “membuang” pembacanya sendiri
secara tidak langsung.
11. Jangan menulis cerita berpanjang-panjang dan bertele-tele. Hal itu akan
membosankan pembaca. Tulislah cerita dengan ide-ide segar dan kreatif yang kita
miliki. Hanya ketika cerita yang kita buat mendapat respons baik, tidak berarti
kita harus menulis atau membuat cerita sekuel. Cerita yang bertele-tele akan
memperburuk plot dan kehilangan arah.
12. Sebelum dipublikasi, sebaiknya kita baca kembali cerita yang dibuat dengan
mengeluarkan suara. Hal itu dipergunakan untuk memoles dialog yang mungkin
masih terlihat canggung atau berat. Membaca dengan mengeluarkan suara menjadi
salah satu cara untuk menemukan kesalahan ketik dan kesalahan yang mungkin kita
tidak sadar terlewat begitu saja.
13. Dialog dalam sebuah cerita sangat penting. Karena dialog mampu menangkap
“Suara” dari karakter yang sangat sulit sekalipun. Setiap karakter berbicara
secara spesifik atau tertentu, kepekaan, dan perilaku. Baca dialog yang kita
buat, dan tanyakan pada diri kita,”Apakah, dialog ini benar-benar menjadi
sesuatu (begitu dan begitu?). Berikan perhatian khusus terhadap pilihan kata
dan bahasa sehari-hari.
14. Jika akan berhenti menulis cerita untuk sementara waktu, boleh saja.
Memang, tidak setiap ide cerita yang kita buat mampu menghasilkan cerita untuk
dibaca. Jangan berkecil hati saat kita menemukan ide, lantas dibuat tulisan,
dan tulisan itu belum mampu bercerita. Coba cari ide lain atau luangkan waktu
untuk refreshing sejenak. Simpan seluruh fragmen cerita yang kita punya. Kita
tidak akan pernah tahu, kapan kita menemukan cara lagi untuk memulai potongan
cerita yang baru.
15. Dekatkan notebook atau block note dengan kita.Hal itu berguna ketika kita
harus memulai menuliskan potongan dialog atau ide saat datang secara tak
disengaja. Bisa saja saat kita berada di kelas, kantor, atau perbelanjaan, di
tempat tidur. Kita tidak pernah tahu, kapan inspirasi itu datang
menyerang.
16. Apabila kita ingin menulis oneshot (artinya, cerita selesai dengan berapa
halamanpun) Pastikan, bahwa kita menceritakan seluruh cerita.
2014