Tuesday, March 20, 2012

[Another Story of Us] A Letter for The Past part II


*
Tak terasa persahabatan itu mulai terjalin antara aku dan Saehee . Ia anak yang baik , pintar dan … cantik . Meski ia hidup di balik jendela itu , tapi ia tetap mengikuti apa yang terjadi di dunia luar . Ia pernah bercerita padaku tentang kapal karam dan kotak pos yang ada di pantai. Legenda itu … aku tak menyangka ia mempercayai legenda itu . Ia ingin sekali mengirimkan sebuah surat yang sudah ia tulis untuk orang yang amat ia cintai . Tapi tak pernah sempat dan tak pernah bisa untuk melakukannya . Saehee sangatlah lemah , aku tahu dari gerak-geriknya . Tetapi ia sering memaksakan diri untuk dapat bicara denganku setiap ada kesempatan .
Ketika aku tidak bisa datang ke rumahnya , karena suatu hal , aku menyempatkan untuk melewati jalan di depan rumahnya . Untuk melihat kamar dengan tirai hijau kuning yang membangkitkan semangat itu . Dimana biasanya Saehee menatap jalanan dengan tatapan kosongnya . Tapi aku tidak pernah melihat Saehee duduk di tempat biasanya , di belakang jendela itu untuk melihat dunia luar kecuali ketika aku datang .
Apa kedatanganku mengganggunya ? Mungkin dari kemarin aku terus mengganggu istirahatnya , tapi aku berjanji minggu ini adalah minggu terakhir aku mengganggunya . Setelah itu aku akan kembali ke dorm .
*
Beri aku waktu sedikit lagi, Tuhan . Untuk merasakan bahwa ia adalah teman . Teman . Aku sudah lama tidak mengenal kata itu .

“Kau ingin apa ?”
“Aniya . Aku tidak ingin apa-apa selain TEMAN”
“Ucapkan syukur . Karena Tuhan telah mengirimkanku ke depanmu”
“Kau tahu ? Kini aku bahagia . Ada kau di sisiku sekarang”
“Hahah … Bisa saja kau , Saehee . Selain itu , apa ada hal yang kau inginkan ?“
“Hm … mungkin satu hal . Aku ingin melihat seribu camar menghampiriku, menghilangkan segala beban yang aku punya …”
“Kau yakin ada seribu ?”
“Aku tak tahu , Dongahe-ya…”
“Aku pikir lebih . Percayalah , tak hanya manusia . Laut pun bahkan akan terpikat olehmu , Saehee . Kalau laut saja bisa terpikat , apalagi camar yang bersandar pada laut itu sendiri ?”
Dan aku ingat , aku tertawa .

*
“Donghae-ya …”
“Huh ?” aku menengok ke arah Changwan yang menatapku lekat .
“Kau kenapa ?”
“Mwo ? Apa yang kenapa ?”
“Ne , aku perhatikan kau berbeda . Berbeda apanya , Chang-ya ?” aku meneruskan menyikat bola-bola yang kotor .
“Hm … kau sedang jatuh cinta ?” katanya . Aku terhenti .
“Donghae-ya ?” tanyanya .
“Oh ya, mian Chang-ya . Kau bilang apa ?”
“Kau jatuh cinta ?”
“Kau tahu , kau bukanlah satu-satunya orang yang berkata seperti itu” kataku tersenyum sinis pada diriku sendiri .
“Tapi benar, Donghae-ya . Kau terlihat aneh . Belakangan ketika sedang bermain , kau sering kehilangan konsentrasimu . Begitu juga ketika kita sedang berbicara , kau seringkali kehilangan arah pembicaraan kita . Kau juga jadi lebih sering menyendiri ketimbang menghabiskan waktu bersama-sama kami . Bahkan , aku tak jarang memergokimu tersenyum sendiri . Tanda-tanda itu … apalagi kalau bukan jatuh cinta ?”
“Hahah … bisa saja kau , Chang-ya”
“Aku serius . Ngomong-ngomong , siapa wanita beruntung itu ?”
“Huft , sepertinya aku harus menyerah . Ia seorang wanita manis yang tinggal di sebuah kamar yang jendelanya tak pernah terbuka”
“Siapa dia ?”
“Namanya Kim Saehee . Ia anak yang baik juga pintar . Kadang aku menemukannya ketika ia sangat polos . Mungkin karena ia terjaga dari pergaulan di luar dunianya itu . Meski mempunyai dunia lain di dalam kamarnya , tapi ia tetap tahu apa yang terjadi di luar kamarnya itu. Aku kagum sekali padanya , Chang-ya” kataku . Tanpa aku sadar, aku membeberkan semuanya pada Chang-ya . Dan terlebih lagi tak hanya Chang-ya yang mendengar pengakuanku itu . Tetapi teman-temanku yang lain juga mendengarkannya . Rupanya mereka menguping pembicaraan kami sedari tadi . Sial .
“Hoaaaaahhh , teman kita sedang jatuh cinta !!!” Jin Hoo berteriak .
“Mwo ? K-kalian ?” aku kaget .
“Lho ? Ada kalian ?” Changwan ikut-ikutan heran . Tapi tidak sepanik diriku .
“Wah , Donghae … kau tidak memberitahu pada kami ya masalahmu itu . Pantas saja dari kemarin kau terlihat seperti orang sinting “ Jun menepuk bahuku .
“Di pojok . Tersenyum sendiri . Tertawa sendiri . Mengerikan “ kata Jungsu menambahkan dengan gaya dramatisnya.
“Hahaha , sudahlah kawan. Biarkan teman kita ini yang sedang jatuh cinta” kata Changwan meredakan keriuhan yang lain .
“Tapi Donghae , rasanya nama wanita itu familiar di telingaku”
“Saehee ?” tanyaku pada Jin Hoo , “siapa ?”
“Ah aku lupa . Mungkin aku salah” kata Jin Hoo lagi .
“Waktumu di sini kan tinggal sebentar lagi . Apa salahnya kau mencoba peruntunganmu dengan menyatakan cinta padanya” Jungsu menepuk bahuku . Mencoba memberikan ide gila yang tidak pernah aku pikir sebelumnya .  Tapi sialnya , yang lain mengiyakan .
*
Aku menemukan benang merah dari semua yang sempat aku alami . Aku telah melihatmu sedari dulu . Sedari kau tak mengenal siapa itu aku ; aku telah mengenalmu .
Andai suatu hari nanti kau pergi meninggalkanku , aku ingin meminta maaf padamu.
KENAPA KAU YANG MEMINTA MAAF ?
Aku melakukannya karena aku ingin ^^
-.-a AKU BINGUNG , SAEHEE…
Tidak usah kau pikirkan , Donghae-ya . Tapi berjanjilah satu hal padaku..
APA ?
Kau akan hidup bahagia dengan wanita yang kau cintai.
Aku lihat ia terdiam setelah membaca apa yang aku tulis . Lalu tersenyum .
TAUKAH KAU SESUATU ?
Apa?
AKU BAHAGIA BERSAMAMU, SAEHEE <3
Ia tersenyum jahil . Sedangkan aku ? Dengan sukses aku dibuatnya malu . Aku merasakan sesuatu menembus segala waktu yang telah hangus . Aku menemukan lentera itu . Lentera terakhir yang sedari dulu ada di dekatku , namun tak pernah aku lihat . Tapi , ketika aku sudah menemukannya , nyala lentera itu kian meredup .
DAN BERJANJILAH JUGA PADAKU SAEHEE…
Apa itu ?
Aku melihatnya menulis dengan cepat , namun lama sekali . Wajahnya yang serius sekali itu terlihat lucu sekali .
KAU AKAN HIDUP LEBIH LAMA DARI YANG KAU PIKIRKAN . KAU AKAN HIDUP LEBIH BAHAGIA LAGI DARI TIGA TAHUN YANG LALU . KAU AKAN MENGHIRUP UDARA KEBEBASAN LAGI SUATU HARI BERSAMAKU . BERJANJILAH UNTUK ITU SAEHEE …
Mataku serasa pedas sekali . Jantungku berdegup kencang (bahkan aku sempat lupa bahwa aku ini masih mempunyai jantung) . Sesuatu menusuk dadaku , tepat pada bagian yang selama ini aku kosongkan dari hal lain selain sebuah kebahagiaan .
SAEHEE ?
Donghae mengetuk jendela . Ia melihat perubahan pada wajahku .
Ahya ? Mianhae …
KAU TAK APA ?
Tidak , aku terharu , Donghae-ya … Gomawo ^^

Several days before leave…

And the worst part is
Before it gets any better
We’re headed for a cliff
And in the free fall
I will realize I’m better off
When I hit the bottom

*
Beberapa hari ini , Saehee tidak pernah menampakkan dirinya lagi . Aku sudah mengetuk jendelanya berkali-kali tapi tak pernah membawa hasil apa-apa . Tak ada sosok dirinya yang datang dari balik tirai hijau kuningnya . Padahal , sekarang ini adalah hari-hari terakhirku di sini . Aku ingin mengucapkan sesuatu padanya . Aku juga ingin meminta maaf karena tidak bisa menemaninya terus di sini .
Sempat terbesit perasaan curiga yang berlebihan hingga timbul amarah yang tak jelas datang dari mana . Marah karena ia tak menyapaku lagi . Marah karena ia tak lagi mau berbicara denganku dan marah karena aku tidak bisa bersama dengannya lebih lama lagi .

*
Terimakasih untuk waktu yang kau berikan untukku yang sebenarnya tak pernah kau tahu siapa aku ini . Walau begitu , kau tetap lelaki yang baik . Sahabatku di sisa hidupku , Donghae-ya .

“Laut”
“Kenapa dengan ‘laut’ ?”
“Itu arti namamu bukan ?”
“Ne.. kenapa ?”
“Aniya . Sudah lama aku ingin sekali berjalan-jalan di atas pasir pantai . Aku rindu dengan jejak-jejak kaki yang tertinggal , burung camar , ombak yang membisikkan ketentraman dan kehangatan matahari yang kau dapat ketika kau datang di kala fajar atau senja hari”
“Kau mau pergi ke laut ?”
“Ne, bisakah kau mengantarku ke sana ?”
“Tentu . Kenapa tidak ? Kita masukkan suratmu bersama-sama ke sana. Aku juga ingin mengirimkan suratku ke sana. Kita kirimkan bersama”

Tapi , aku tak perlu apapun lagi , ketika kau datang . Ketentraman dan kehangatan yang laut berikan sudah ada padamu . Jadi aku tak perlu untuk berjalan jauh . Karena ‘laut’ , salah satu tempat dimana kehidupan berawal , ia ada di depanku . Bahkan bisa tersenyum untukku . Terimakasih Donghae-ya .

Sahabat …
*
Aku sudah sampai di depan rumah Saehee . Kali ini aku tidak akan mengetuk jendelanya, melainkan pintu rumahnya . Aku memberanikan diri untuk itu . Ini demi Saehee , aku harus bertemu dengannya langsung , aku harus mengkonfismasi langsung padanya perihal beberapa hari ini .
Aku mengatur napasku yang tak menentu . Degupan jantungku juga semakin cepat berdetak . Tanganku mulai berkeringat. Tapi akhirnya tanganku mengetuk pintu bercat putih itu.
Aku mengetuk tiga kali , tapi tak ada sahutan sang empunya dari dalam. Aku mengetuk lagi . Lalu pintu terbuka . Seseorang menatapku sinis dari dalam .
“Permisi , Ahjumma . Apa Saehee –nya ada ?” aku bertanya taku-takut karena wajah Ahjumma itu galaka sekali . Seperti ingin mencabik-cabikku lalu memakannya .
“Sebaiknya kau pergi dari sini , sekaranga juga !” suaranya pelan namun intonasinya tegas .
“Tapi , saya ingin bertemu Saehee. Sebentar saja”
“Keluar !!!”
“Ahjumma , maafkan saya . Tapi kenapa saya tidak diperbolehkan untuk bertemu Saehee ?”
BRAAKKK !!!!
Pintu di tutup tepat di depan wajahku .
Tapi hatiku berkata lain . Aku merasakan sesuatu yang aneh telah terjadi . Aku mengetuk pintunya lagi .
“Ahjumma ! Saya ingin bertemu dengannya !! Saya ingin berpamitan padanya . Kenapa saya tidak diperbolehkan bertemu dengannya ? Saya temannya . Kenapa saya tidak diperbolehkan untuk menjenguknya untuk yang terakhir kalinya ?!”
Tiba-tiba pintu terbuka cepat …
Ahjumma itu lagi . Ia menatapku nanar . Matanya seperti memberikan suatu makna lain dalam menatapku .
“Masuklah”
Aku pun menurut dan duduk di ruang tamu.
“Kau Lee Donghae ?” tanyanya dengan suara yang sedikit serak. Aku mengangguk pelan.
“Kau teman Saehee?” tanyanya dengan wajahnya yang sama tegasnya dengan yang pertama kali aku lihat tadi . Sekali lagi aku mengangguk .
“Ada yang salah ?”
“Apa tujuanmu datang ke sini ?”
“Aku ingin meminta maaf padanya dan ingin berpamitan . Aku harus kembali ke Seoul”
“Boleh aku tahu , sejak kapan kalian berteman ?”
“Sebulan yang lalu , tepatnya”
Aku melihat Ahjumma itu mulai berkaca-kaca . Sepertinya sedang mencoba untuk menguatkan diri dari sesuatu yang sedang memaksanya menangis .
“Sayangnya , kau tertinggal satu hal , Nak”
“Apa itu ?”
“Ketahuilah …” air mata Ahjumma itu mulai menetes . Dan di setiap kata-kata yang bergulir itu nantinya akan semakin membuat matanya basah .

Kata-kata itu pun keluar begitu saja dari bibir Ahjumma , tanpa ampun. Napasku rasanya tertahan di pipa pernapasanku . Tidak keluar , tidak juga masuk udara itu . Lain halnya dengan air mataku .
“Kemarilah , aku ingin menunjukkan sesuatu padamu” katanya sembari memanduku pergi ke suatu tempat . Aku mengikutinya .
Sampailah kami di depan pintu bercat putih . Di sana aku menemukan sebuah note :
KIM SAE HEE !!! SEMANGAT . SARANGHAEYO <3
-KIM KI BUM-
Kim Kibum ? Rasanya aku pernah mendengar nama itu . Ia kekasih Saehee?
Ahjumma itu membuka pintu kamar . KLEKK . Suara derit pintu terbuka pun terdengar . Di jejakan pertamaku di kamar itu , aku merasakan sesuatu yang lain . Aku merasakan Saehee di sini , tapi nyatanya tak ada siapapun kecuali aku dan Ahjumma .
Aku melemparkan arah pandanganku ke jendela tempat Saehee biasa duduk dan bercerita tentang semua yang ia pikirkan padaku . Di sana … tempat pertama aku menuliskan namaku .
“Jangan kau sentuh apapun !” Ahjumma itu kembali menatapku tajam , namun kini matanya berkaca-kaca . Sepertinya ia sudah tak tahan menahan semuanya sendiri .
“Mianhae , Ahjumma . Apa aku boleh tahu , ini untuk apa ? Kenapa banyak sekali ?” aku mengambil sebuah burung lipat dari dalam sekotak kardus yang penuh dengan burung lipat warna-warni .
“J-jangan kau sentuh itu …” ahjumma itu mulai terisak . Ia terduduk di sisi ranjang kamar itu . Sedangkan aku segera menaruh burung lipat itu ke tempat awalnya .
“M-mianhae , Ahjumma …”
“Saehee … ia adalah peri kecilku . Ia putriku yang paling baik . Ia anak yang cantik , juga pintar . Ia selalu menurut padaku . T-tapi .. Ke-kenapa Tuhan mengambilnya dariku , kenapa ?!”
“Ahjumma , percayalah .. Saehee bahagia dianugerahi Ibu sepertimu . Ia bangga padamu. Ia sangat menyayangimu “
“Kenapa harus anakku yang mengalami ini semua ?” ahjumma makin terisak .
“Karena Saehee adalah wanita yang baik“


*
Di tempat lain , ombak lautan membuas seakan mengamuk pada karang yang tak pernah membalas amarahnya . Camar beterbangan di atas lautan . Dan di sebuah kotak pos di pinggiran pantai , sebuah surat tergeletak di sana .

Dear Tuhan ,
Ini aku , Saehee . Aku sudah menemukan jawaban dari mimpiku dan alasan mengapa aku jadi tiba-tiba menyukai lautan , tiga tahun yang lalu .
Aku sudah menemuinya . Ia memberikan kupu-kupu putih dan setoples kunang-kunang padaku. Ia sudah memberikannya , Tuhan . Kini aku bisa sebebas yang aku inginkan . Aku juga mempunyai lentera untuk menerangi jalanku di kala gelap .
Kini aku tak perlu membayangkan seribu camar mengelilingiku , tapi aku melihatnya di depan mataku . Mereka sedang bernyanyi di pinggiran karang . Indah .
Waktu yang Kau berikan sangat cukup untukku .
Dan terimakasih sudah meminjamkan seorang sahabat padaku , Tuhan .
Kim Saehee
*
Aku membawa sekardus burung lipat ke lapangan . Langkahku gontai . Aku tak percaya ini semua .
“Saehee … ia sudah pergi sebulan yang lalu”
Rasanya seperti diterjang seribu badai dan guntur menyambarku . Saehee sudah pergi . Lalu , selama ini aku …
Dari kejauhan kawan-kawanku menghampiri . Mereka bertanya-tanya apa yang terjadi padaku . Dan aku pun berkisah tentang kisahku .

The last day …

This time things will be different my love
It will be okay for me to trust you
I pray that the feelings that you have for me
will never change

*
Aku kini sedang berdiri di depan peristirahatan terakhir Saehee . Di sana terpampang fotonya yang sedang tersenyum dengan seekor burung camar bertengger di jemarinya yang lentik . Aku melihatnya sangat bahagia . Mungkinkah ia bahagia di sana ?
Saehee , ini aku Lee Donghae . Maaf , aku baru bisa menjengukmu . Aku membawakan sebuah hadiah . Mungkin aku terlambat memberikannya tapi ini hasil usahaku dengan kawan-kawan yang lain demi membuatmu hidup lebih lama lagi . Tapi aku yakin , kau tak pernah mati dan tak akan pernah mati, di hatiku . Seribu surah untukmu . Sebutkanlah permintaanmu , Saehee …
Tiba-tiba saja angin bertiup begitu kencang , hingga hampir menerbangkan burung-burung lipat itu . Burung-burung itu terbang … Mungkin ingin mencari sang empunya . Namun tiba-tiba selembar kertas mendarat di atas burung-burung lipat itu . Aku membaca tulisan di kertas itu :
Kau akan hidup bahagia dengan wanita yang kau cintai
Aku tertegun membaca kata-kata itu . Tulisan itu … aku mengenalnya . Kata-kata itu juga … Aku pernah membacanya . Saehee … Kaukah itu ?
“Kau tahu ? Kini aku bahagia . Ada kau di sisiku sekarang”
Selembar kertas lagi menghampiriku . Aku jatuh . Terduduk di depan nisannya. Aku tak kuat , aku sudah lama berpura-pura menjadi yang paling kuat . Aku lelah . Izinkan aku untuk menangis , Saehee . Aku hanya manusia biasa yang bisa menangis . Aku merindukanmu . Aku belum sempat katakan apa yang aku rasakan padamu . Kau belum mendengar pengakuanku, Saehee .


The first day of another story…

Because now I can embrace every word that you said
I’m sure that we’ll come closer to each other
I guess that’s love
Even if a tomorrow that nobody knows is waiting for us
it’s all right, don’t cry anymore
we’ll join hands
and keep walking on forever

*
Aku kembali ke kehidupan awalku . Ke kehidupan nyata yang aku punya . Aku tak pernah menyangka aku akan mengalami hal-hal yang tak pernah bisa aku cerna dengan akal sehatku . Tapi itu bagian dari kehidupan nyataku juga .
Di sini , aku mungkin jauh dari tempat peristirahatannya . Juga jauh dari laut yang mengantarkannya padaku . Tapi angin selalu menghembuskan kata-katanya padaku .

Dear ,
Aku tak tahu siapa dirimu sebenarnya . Aku hanya melihatmu dalam mimpiku .
Kau memberikan seekor kupu-kupu putih serta setoples kunang-kunang padaku . Apa maksudmu ? Tuhan tidak pernah menjawab arti mimpiku itu .
Dan kenapa kotak pos di sisi kapal karam itu juga ada di mimpiku ? Apa kau mengirimkan sesuatu padaku di sana ?
Aku ingin mengenalmu lebih jauh . Ohya , aku hampir lupa . Jika kau tahu jawabannya tolong beritahu aku : Kenapa aku jadi tiba-tiba menyukai laut , ya ?
Aku menunggu jawabanmu .
Kim Saehee
Aku melipat kertas surat itu . Tersenyum . Lalu menaruhnya di laci kamarku .

In another time when everything is started …
I ordered a cup of missing (you)
When it’s tomorrow, we can only let love pass by
Before daybreak, two persons’ smiling faces become a yellowed photograph

*
Aku sedang bermain ke pantai . Aku melihat sebuah pemandangan yang unik di pantai ini . Sebuah kapal karam dengan sebuah kotak pos di sisinya . Wow ! Tanpa ragu aku menghampiri kapal karam itu . Melihat-lihat kapal itu dengan teliti dari setiap sudut pandang . Misterius namun indah . Terlebih lagi kotak pos yang terbuat dari kayu itu tetap kokoh berdiri . Aku membuka kotak pos itu . Aku menemukan sebuah surat di sana .

Dear ,
Aku hanya ingin kau tahu , bahwa aku jatuh cinta . Ya , aku jatuh cinta . Pada seorang wanita yang tidak pernah aku kenal dan belum pernah aku temui sebelumnya . Tapi aku pernah menemukannya dalam mimpiku . Mimpi panjangku yang mengantarkanku untuk mempercayai tentang legenda kotak pos ini . Terlalu munafik bagiku awalnya , tapi aku mencobanya untuk membuktikan padanya bahwa legenda itu tidak benar .
Kau percaya legenda itu ?
Fishy

“Yoora , ayo kita pulang ! Hari mulai gelap “ Taeyeong memanggilku . Aku cepat-cepat mengambil surat itu . Aku akan membalasnya di rumah .

[Another Story of Us] A Letter for The Past end.
Disclaimer :
Paramore - Turn It off
Wonder Girls - This Time
Super Junior - Blue Tomorrow
I don't have him : Lee Donghae. I only own my story.

No comments:

Post a Comment