Monday, February 6, 2012

[Another Story of Us] A Letter for The Past part I


“Hidup tanpa teman bagaikan kematian tanpa saksi.” 
-Pepatah Spanyol-

I scraped my knees while I was praying
And found a demon in my safest heaven
Seems like it’s getting harder to believe in anything
Than just to get lost in all my selfish thoughts
I wanna know what it’d be like
To find perfection in my pride
To see nothing in the light
I’ll turn it off, in all my spite
In all my spite, I’ll turn it off

*
Bisakah kita menyatukan serpihan ingatan yang tak lagi melekat di bagian cerebrum kita ? Bisakah kita membalikkan lagi waktu yang sempat terlewat sia-sia ?
Bisakah kita menemukan diri kita yang lain di suatu tempat ketika kita mati nanti ?
Dan sampai kapan aku akan bertanya “bisakah” pada diriku sendiri , sementara tak ada jawaban yang aku tau , ataupun orang lain yang akan menjawab ?

Aku ingin kembali ke tiga tahun yang lalu . Ketika semuanya adalah kehidupan . Kehidupan nyata yang waras , menurutku . Dan kini aku hanya bisa menunggu kapan Tuhan akan mengirimkan lentera itu ke dalam gelapku …


*
“Hei , sedang apa kau ?” seseorang dari kamar ganti menepuk pundakku pelan . Itu Hyuk Jae . Dia adalah sahabatku semenjak aku pindah ke kota besar ini .
“Ah kau ini mengagetkanku saja , Hyuk “ kataku sembari meninju bahunya .
“Kau , apa yang kau lamunkan, huh ?”
“Tidak , aku hanya ingin pulang saja ke Mokpo . Aku rindu hyung . Appa .Juga Eomma. Ia sedang sakit , aku ingin menjenguknya” kataku menerawang .
“Sudahlah , Donghae . Jika kau terus seperti ini kau akan sakit . Jangan terlalu banyak pikiran dulu . Kita kan akan menghadapi ujian semester . Jika pikiranmu terbagi , bagaimana nilaimu nanti . Kau bisa melewati ujian dulu , setelah semuanya selesai , kau bisa saja pulang ke Mokpo . Apa salahnya menunggu sedikit lebih lama ?” Hyukjae menepuk bahuku . Begitulah . Ia selalu berusaha menghiburku . Menasihatiku . Ya , ia sahabatku .

*
“Saehee , makan dulu “
“Nanti saja bu , aku belum selesai “
“Saehee …” aku mendekati Saehee yang terduduk lemah di ranjangnya . Ia tetap asyik dengan burung kertasnya .
Hari demi hari tubuhnya makin melemah . Aku tak tahan melihat senyumnya. Karena pada saat seperti itulah aku membohongi diriku sendiri , bahwa putriku masih bisa tersenyum di balik kelemahan jiwa dan raganya yang makin hari makin memburuk . Aku ingin sekali bisa membuatnya benar-benar seperti sedia kala . Dimana ia bisa bermain dengan teman-teman sebayanya . Membicarakan idolanya dengan teman-temannya . Belajar di sekolah . Menjadi anak yang berprestasi . Dan bercerita tentang lelaki yang ia sukai padaku . Kapan aku bisa menemukan saat-saat seperti itu lagi ?

*
Aku berusaha mendapatkan nilai terbaik untuk semester ini . Aku ingin menunjukkannya pada Appa dan Eomma . Aku ingin membanggakan mereka . Aku ingin membuktikan pada mereka bahwa aku—meski seorang anak dari pinggiran Korea dari ayah yang bekerja sebagai nelayan—bisa menjadi yang terbaik .

*
Sudahkah aku menyelesaikan ini ?
Kapan ini semua akan terselesaikan ?
Aku ingin pulang , ke tiga tahun yang lalu . Dimana semuanya adalah kehidupan untukku .

Aku ingin menghirup udara kebebasan lagi . Aku ingin melihat langit yang biru . Bukan dari balik jendela yang seakan memenjarakan dimensiku dengan dunia luar . Bukan lagi titik hujan yang tampias di kaca jendela . Bukan matahari yang semu kehangatannya , atau cahayanya yang merambat lewat jendela itu . Dan bukan senja yang aku lihat dalam lukisan , melainkan kenyataan yang senyata-nyatanya ingin ku lihat .

Andai Tuhan ada di depanku sekarang , aku ingin sekali menyerahkan surat yang sudah aku tulis tiga tahun yang lalu padaNya .

Aku ingin teman .

*
“Sudah berapa buah yang kau dapatkan , Sayang ?”
“Baru 715 buah , Eomma”
“Wow , sudah banyak ! Kau hebat , Saehee” kataku menyemangatinya . Tetapi ia terdiam setelah mendengar kata-kataku tadi .
“Eomma …”
“Kenapa , Saehee ?” aku duduk di sisinya ,sembari mengusap rambut hitamnya yang makin hari merontokkan diri dari tempatnya berdiri kokoh .
“Aku kembali berpikir tentang ini , Eomma . Kapan aku bisa menyelesaikan ini semua ? Aku takut tidak bisa menyelesaikannya ..” katanya sembari menunduk . Malaikat kecilku mulai kehilangan cahaya hidupnya . Tuhan , apa Kau tega melihatnya seperti ini ? Ia sungguh mengharapkanMu  untuk mendengarkannya . Apa salahnya hingga ia menderita seperti ini , Tuhan ? Akankah kau mendengarkan doanya , satu kali saja ?

“Kau pasti bisa , Periku . Hei , Saehee yang aku kenal tidak akan menyerah bukan ketika ada sesuatu yang menghalanginya ? Ia tidak akan menyerahkan masa depannya pada nasib . Ia yang akan menentukan takdirnya sendiri , dengan tangannya sendiri” hatiku perih . Aku mengutip kata-kata yang pernah ia katakan dulu .

“Eomma , lagi-lagi anak-anak itu menjahiliku”
“Apa kau pernah berbuat salah pada mereka ?”
“Tidak . Aku tidak pernah merasa berbuat sesuatu yang salah pada mereka . Aku baik-baik saja “
“Lalu , apa yang akan kau lakukan ?”
“Lihat saja , aku akan membuktikan pada mereka bahwa aku tidak selemah yang mereka pikirkan . Aku boleh saja tercipta dengan tubuh wanita , tapi aku tak akan menyerahkan takdirku pada nasib . Suatu hari mereka akan tahu siapa Kim Saehee”

“Itu dulu , Eomma . Kini keadaanku berbeda . Aku lemah . Aku tidak punya teman . Saehee juga jelek . Tidak punya teman . Dan Saehee tidak punya waktu yang lama untuk tinggal bersama Eomma dan Oppa “ ia meneteskan air matanya . Hatiku makin perih dengan kata-katanya . Perih sekali . Aku ingin sekali berbuat sesuatu yang bisa membuatnya melupakan apa yang sedang ia hadapi saat ini . Tapi , aku masih belum mampu untuk itu . Andai … andai saja ada satu cara untuk membuatnya lupa akan waktu yang ia miliki , aku akan berusaha untuk melakukan cara itu untuk membuatnya menghabiskan sisa waktunya itu dengan senyum .

*
Tuhan , semalam aku bermimpi tentang seseorang .
Ia yang memberikan seekor kupu-kupu putih dan setoples kunang-kunang padaku .
Ia juga yang tersenyum padaku . Siapakah lelaki itu , Tuhan ?
Aku ingin mengenalnya . Aku rasa ia anak yang baik .

Ia berdiri di samping kotak pos .

Tunggu , apa itu kotak pos yang sama dengan yang berada di pantai ?

Tuhan , apa yang ingin kau sampaikan padaku ?

*
“Kau serius ingin pulang ?”
“Ne , aku ingin pulang , Hyuk . Aku rindu Donghwa dan kedua orang tuaku”
“Tapi , libur semester akan kita gunakan untuk persiapan acara tahunan fakultas kita , Donghae … “
“Tenang saja , aku tak akan lama di sana . Aku akan segera kembali “
Hyukjae menatapku . Ada perasaan sanksi di matanya . Juga khawatir . Aku mengerti . Ia satu-satunya sahabatku di sini yang dekat denganku . Juga kehidupan lamaku di Mokpo . Ia sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri . Meskipun para mahasiswa yang tinggal di dorm juga berbuat baik dan dekat padaku , tapi hanya ia yang sering berada di dekatku . Ya , ia sahabatku .

*
Aku harap ini adalah mimpi . Hanya mimpi buruk yang akan menghilang dari pikiranku ketika aku terbangun dari tidurku . Aku kehilangan cahaya hidupku .

Weeks later ….

The tragedy, it seems unending
I’m watching everyone I looked up to break and bending
We’re taking shortcuts and false solutions
Just to come out the hero
Well, I can see behind the curtain
(I can see it now)
The wheels are cranking, turning
It’s all wrong, the way we’re working
Towards a goal that’s non-existent
It’s not existent, but we just keep believing

*
“Donghae-ya , tolong ambilkan bolanya !”
Hari itu , aku sedang bermain bola dengan kawan-kawan lamaku . Mereka tak banyak berubah dari yang terakhir kali aku lihat . Kecuali Changwan , ia terlihat lebih kurus dari sebelumnya . Mungkin kini ia sudah memiliki kekasih . Hihihi ….
Aku berlari menghampiri bola yang menggelinding masuk menuju ke halaman rumah orang yang pagarnya terbuka . Lalu bola itu berhenti tepat di bawah jendela .
“Permisi , ada orang ? Permisi … Maaf , aku ingin mengambil bola yang menggelinding “
Tak ada yang menjawab . Aku pikir tak ada orang di rumah itu . Mungkin sedang ditinggalkan pemiliknya . Jadi , dengan perasaan takut-takut-nekat , aku memasuki rumah itu . Maaf Tuhan , aku tidak bermaksud jelek . Aku hanya ingin mengambil bola saja . Aku tak akan berbuat jahat .
Aku memasuki halaman rumah orang itu , pagarnya terbuka . Aneh . Tapi aku masuk saja . Aku mengambil bola yang tergeletak di dekat tembok . Ketika aku menegakkan badanku …
BOFF !!!
Aku melihat seseorang di jendela menatapku . Hampir saja jantungku lepas dari tempatnya . Aku kira hantu . Aku segera membungkukkan tubuhku . Minta maaf karena masuk tanpa izin . Tapi kemudian ia tersenyum .
Ia adalah sesosok wanita berambut hitam panjang dengan baju bunga-bunganya yang ternyata daritadi memperhatikanku . Di luar dari apa yang ku pikir akan terjadi , ia tersenyum padaku . Ia berkata sesuatu padaku . Tapi aku tak bisa mendengarnya dari balik jendela . Jendela itu tertutup , hingga suaranya tidak terdengar .
“Buka saja jendelanya “ kataku sembari menunjuk jendela . Ia menggeleng . Lalu memberikan isyarat padaku agar aku menunggunya sebentar . Ia ternyata menuliskan sesuatu di sebuah kertas .
TEMAN.
Ia menuliskan sebuah kata . Teman ?
“Iya , aku teman . Aku bukan penjahat “ kataku dengan isyarat tanganku . Wanita itu mengangguk .
Aku tahu.
Aku tersenyum .
Siapa namamu ?
“Donghae , Lee Donghae”
Ia tidak mengerti . Aku kebingungan harus menulis dimana . Tiba-tiba aku memiliki ide. Aku mendekati kaca lalu menghembuskan nafasku yang menghasilkan titik-titik uap di kaca lalu menuliskan namaku.
AKU LEE DONGHAE. KAU ?
Ia pun menuliskan namanya .
Kim Saehee.
Aku menghembuskan nafas lalu menulis lagi.
NAMAMU CANTIK , SEPERTI ORANG YANG MEMILIKI NAMA ITU :)
Ia tersenyum , lebih manis dari senyumnya yang pertama kulihat .
Kamsahamnida ^^
Tiba-tiba …
“Hoi, Donghae-ya ! Lama sekali kau . Kami menunggumu “
“Ahya , aku segera ke sana …”
Aku cepat-cepat menuliskan sesuatu lagi .
AKU HARUS PERGI SEKARANG.
Ia menuliskan sesuatu cepat-cepat.
Kenapa ?
Wajahnya melukiskan kekecewaannya .
BESOK AKU AKAN MENEMUIMU LAGI.
Ia tidak menuliskan apa-apa lagi . Ia tersenyum padaku . Tapi kali ini rasanya senyum itu berat untuk diberikan padaku , karena aku akan meninggalkannya .

*
Teman.
Inikah rasanya memiliki teman ?
Kau bisa tersenyum tulus untuknya tanpa beban . Lalu apalagi yang kau inginkan bila kesenangan itu telah kau dapatkan ?
Tidak ada . Karena teman adalah kebahagiaan itu sendiri , yang Tuhan berikan untukmu . Untuk menjadi lentera ketika hidupmu padam .

*
Keesokan harinya , aku lewat di depan rumah itu . Tapi lagi-lagi , aku tidak melihat adanya tanda-tanda kehidupan di rumah itu . Tidak juga di kamar tempat Saehee berada . Huft , sudahlah mungkin lain kali .
Aku terhenti seketika . Aku terhenti bukan karena di depanku terjadi kecelakaan atau ada bangkai hewan yang mati terlindas . Tapi aku merasa seperti ada yang memperhatikanku . Aku menoleh ke arah rumah Saehee .
Dan yang aku temukan …
DONGHAE , KAPAN KAU DATANG ? AKU MENUNGGUMU.
Tulisan itu tepat berada di jendela . Rasanya tulisan itu belum ada sebelumnya . Tapi aku tersenyum .
Aku membuka pagar rumah Saehee lalu berlari kecil menuju depan jendela kamar Saehee . Aku mengetuk jendelanya . Tirainya bergoyang . Lalu aku melihatnya dari balik tirai itu, lagi-lagi tersenyum padaku . Aku balas tersenyum .
Kenapa baru datang ?
Aku mengeluarkan note kecil dan pensil untuk menulis . Aku sudah mempersiapkannya untuk ini . Aku sudah berjanji pada Saehee untuk menemuinya hari ini . Jadi untuk bisa berkomunikasi dengannya , aku harus membawa alata tulis (rasanya seperti akan pergi sekolah…)
MIANHAE , TADI AKU LIHAT TIDAK ADA ORANG. AKU PIKIR KAU PERGI.
Ia menggeleng lalu menulis.
Aku tidak pergi dan tak akan pernah pergi dari kamar ini.
Aku mengangkatkan alisku.
KENAPA ?
Karena penyakitku.
SAKIT APA ?
Aku tak tahu.
PASTI MENYEDIHKAN.
Tidak sedih  , karena aku memiliki teman sepertimu sekarang ^^
Aku tersenyum . Saehee adalah anak yang menyenangkan . Aku sudah nyaman berada di dekatnya (meski dihalangi oleh sebuah tembok dengan jendela yang tidak bisa terbuka) ketika pertama kali berbicara dengannya .
PASTI JUGA KESEPIAN… -.-
Tidak ^^
KARENA ADA AKU ?
^^
Lagi-lagi aku tersenyum dibuatnya.
KAPAN KAU AKAN SEMBUH ?
Secepatnya.
NE, CEPAT SEMBUH YA. AKAN AKU TUNJUKKAN SESUATU.
Mwo ? Tunjukkan apa ?
KAU AKAN TAHU KETIKA KAU KELUAR DARI BENTENG PERTAHANANMU INI ^^
Haa… kau jahat X(
HAHAHA…

Dan begitulah pembicaraan kami . Aku belum pernah melakukan pembicaraan seperti ini . Tapi aku sedih . Aku seperti berbicara pada seorang tahanan . Padahal anak itu anak yang baik . Tapi kenapa ia tidak diperbolehkan untuk menghirup udara yang sama dengan yang aku hirup saat ini ? Sepertinya ia kesepian .

*
“Donghae , kau akan tinggal berapa lama ? Apa selama liburan semestermu ?”
“Ne, Hyung . Aku di sini selama liburan semester”
“Ngomong-ngomong , beberapa hari ini aku perhatikan , kau tampak sedikit aneh , Donghae … Ada apa denganmu ?”
“Jjinja ?”
“Aha .. ada apa , Donghae ?” Hyung masuk ke dalam , mengambilkan minum untukku dan untuknya . Jarang-jarang kami bisa duduk bersama seperti ini . Sembari menunggu hyung , aku memikirkan jawaban yang tepat .
“Jadi  …?” lanjutnya, menagih jawaban .
“Aku bahkan tak tahu aku ini kenapa ,Hyung”
“Mwo ? Bagaimana bisa seperti itu ?” hyung mencibir sembari meninju bahuku .
“Ya .. bagaimana ya , aku sendiri tak tahu apa yang terjadi padaku . Ohya , memang aku ini aneh kenapa , hyung ?”
“Tunggu , Donghae . Aku ingat kau pernah berlaku seperti ini .. Sebentar” hyung sepertinya mencoba mengingat-ingat .
“Ahya , kau bersikap seperti ini ketika kau sedang menyukai seorang wanita . SKAKMAT!“ hyung heboh sendiri .
“Hyung tahu dari mana ? Itu masih perkiraan hyung saja “
“Hahahah , memang apa yang salah kalau dongsaengku jatuh cinta , hah ?” hyung mencolek bahuku dengan telunjuknya , ia menggodaku .
“Sudahlah , Hyung . Aku lelah , aku tidur duluan ,ya . Jaljaeyo~”
“Curang kau , Donghae . Kau lari dari pertanyaanku…” katanya sembari tersenyum . Mungkin merasa menang karena telah membuatku malu setengah mati.

*
Aku membaringkan tubuhku di ranjangku . Ranjang lamaku . Lalu menatap pemandangan malam di luar jendela . Rasanya hampa . Semua yang ada di sini .. rasanya tak senyata dengan yang aku lihat di luar sana . Aku menyentuh kaca jendela yang dirambati cahaya rembulan malam itu . Apa ini ,yang selama ini Saehee rasakan ? Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya . Perasaan terkungkung oleh istana yang kau pikir adalah tempat teramanmu dari dunia luar . Padahal sekejam-kejamnya dunia di luar sana , alam selalu menjaga kita . Mengajarkan kita akan sesuatu yang tak akan kita temukan di rumah . Tak akan kita temukan dari balik jendela ini . Kapan aku bisa memberikanmu harum kebebasan itu , Saehee ?

No comments:

Post a Comment