IV.
“Dan…terimakasih
sudah mengoyak armorku…juga harga diriku. Anda puas melihatnya, Tuan?
Terimakasih juga untuk waktu bermainnya. Kau lebih buruk dari yang aku
bayangkan” bisikku.
Akhirnya, selesai.
Kakiku rasanya lemas sekali. Aku
melihat Nona Arabelle berada di mulut gerbang Markas—menungguku. Wajahnya
khawatir, mungkin melihatku dengan keadaan yang menyedihkan seperti ini.
Bodohnya aku sampai bisa seperti ini. Aku tidak menghiraukan darah yang
mengalir deras dari dadaku. Ini memalukan. Bukan karena aku seorang jenderal
batalion, melainkan karena aku wanita.
Aku membuka mataku. Bau obat. Dan
beberapa detik kemudian aku baru sadar kalau aku sedang berada di rumah sakit.
Kepalaku masih pening saat mendengar sebuah intercom dari Pusat Pengawasan.
"Attention. Holystone Keeper has been appeared. Attention. Holystone Keeper has been appeared"
Ah, tugas
sudah memanggilku.
“Hei, bocah!”
tiba-tiba seseorang menarik tubuhku, memaksaku untuk kembali berbaring. Itu
Nald,”Pulihkan dulu tubuhmu. Kau masih terluka!”
“Aku sudah
tidak apa-apa. Kau tidak tahu kalau dadaku ini salah satu tameng paling kokoh
yang pernah ada” kataku sembari menyentuh dadaku yang sudah dibebat. Nald
melirikku dengan tatapan sanksi.
“Err…dadamu..”
“Apa?”
“Hm…dadamu…masih
ada dua kan?” tanyanya ragu dengan wajah bodoh. Tawaku meledak. Aku menampar
pelan wajahnya.
“Bodoh, tentu
saja masih dua!! Mana mungkin tebasan pedang macam itu bisa menghilangkan salah
satu dari dadaku, hah!! Sebuah tembakan siege pun tidak mampu melukainya lebih
dari ini. Sudah aku bilang, dadaku itu tameng paling kokoh yang pernah ada” aku
menepuk-nepuk dadaku.
“Four,
bisakah kau tidak sefrontal itu menyentuh dan menepuk-nepuk bagian sensitifmu
di depanku? Kau sudah lupa ya aku ini lelaki?”
“Ah, iya…aku lupa kalau kau lelaki.
Yang suka wanita” Aku melipat tanganku dan menjadikannya sandaran kepala.
Hening sesaat.
“Nald…”
“Hm?”
“Ia tahu siapa yang khianat. Siapa yang
melapangkan dadanya dan siapa yang bersembunyi. Ia tidak pernah memejamkan
mataNya” Aku mengutip sebait sajak terkenal penyair kuno Edda.
“Dan Aku akan menurunkan bantuan dari sisi-sisi”
kali ini Nald mengutip sepenggal ayat dalam kitab Decem. Aku tersenyum sinis.
“Pernahkah
terbesit tentang keraguanmu atas apa yang kau lakukan selama ini? Kedamaian
yang diinginkan, akankah ada? Rasanya aku makin apatis dengan ini semua”
“Kau sudah terjerat
terlalu dalam untuk keluar dari semua ini. Memang baru lima tahun, tapi dengan
apa yang sudah kau dapatkan hingga saat ini…sudah terlalu banyak yang kau
korbankan untuk putus asa sekarang” Nald mengacak-acak rambutku,”Istirahatlah.
Lalu kembali untuk bertempur lagi. Aku menunggumu” Nald pergi meninggalkanku.
“Hei, Nald!”
aku melihatnya berhenti di mulut pintu,”Aku sedang menunggu seseorang untuk
pergi ke sana. Menurutmu..apa ia akan datang?”
“Hanya orang
bodoh yang rela menukar hidupnya demi sesuatu yang belum pasti kapan dan
seperti apa akhirnya, apalagi demi seseorang” Nald menutup pintu kamar tanpa
menoleh ke arahku.
Hm, orang
bodoh ya? Kalau begitu kita semua orang bodoh bukan? Apa tidak ada pilihan
untuk mereka yang sudah terlanjur bodoh untuk kembali?
Holystone
Keeper sudah dapat dideteksi keberadaannya. Ini tinggal menghitung hari untuk
bisa mendeteksi keberadaan Holimental itu sendiri. Batalion Penyerangan—baik
tim I maupun tim II—sudah siap untuk dikirim ke medan perang. Kali ini aku
harus bisa melakukan last hit pada chip Empire. Persetan dengan chip
para kerdil, itu urusan Nald. Jangan sampai tugasku di ambil alih lagi oleh
Nona Arabelle seperti pada pertempuran terakhir hanya karena kesalahanku tidak
memperhatikan. Ini memang kali kedua aku diangkat menjadi Pemimpin Batalion
Penyerangan dan aku bersumpah, apapun caranya Alliance harus bisa merebut
kemenangan.
Ini masa-masa
kritis untuk Alliance. Serangan dari dalam dan luar bisa menghabisi Alliance
sedikit demi sedikit. Belum lagi para pembelot yang menginginkan persatuan
antara ketiga ras. Perdamaian tidak akan pernah ada untuk ras dengan ego
seperti manusia. Itu hanya ada saat manusia mau mati untuk manusia lainnya. Ego
itu tumbuh, menguasai diri dan membuatnya menjadi sebuah racun yang menyebabkan
semua pertempuran yang ada selama ini terjadi. Semuanya ingin bertahan hidup
dari krisis sumberdaya. Semua ingin memajukan rasnya. Dan hanya dengan
Holimental, kita semua bisa melakukan itu semua. Bahkan jika ada kemungkinan
paling menggiurkan, siapapun yang bisa menguasainya, otomatis bisa menguasai
dunia. Dan kita semua tengah merangkak menuju titik itu—menguasai—dengan menghalangi
jalan satu sama lain tentunya. Lalu bagaimana dengan akhir dari semua ini?
Belum bisa ditebak. Karena ego dari semua ras masih mendominasi satu sama lain.
Semuanya masih haus akan kemenangan.
Entah untuk
akhir yang bagaimana kami berjuang. Yang aku tahu, aku ingin melindungi semua
yang aku cintai. Bangsa ini. Aku tidak ingin Alliance punah dengan menyedihkannya
seperti ras lainnya. Aku harus berada di garis terdepan untuk melindungi mereka
yang menjadi penyangga kelangsungan Alliance. Aku harus tetap hidup sampai
akhir. Aku tidak akan mati. Tidak di medan perang.
Next part:
disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO
Thanks to someone named Nald, for keep supporting me -writer
“RF Online Indonesia”
Lanjutan Nya Kapan Kakak
ReplyDeleteCerita Nya Keren
Meskipun Buat Seorang Accretian :D
Aku jga anak cora, dlanjutin dong..
ReplyDeleteLanjut gan (y) ini baru yg namanya cerita
ReplyDeleteMakasih ya kakak-kakak sekalian sudah mampir ^^ ceritanya lagi dalam tahap renovasi nih~ Doain ya cerita buat accretia sama bellato-nya bisa cept dirilis~~~~~
ReplyDelete