Thursday, January 24, 2013

[Rising Force] The Beginning to The New World part XV



XIII.
            Tanganku sudah membaik setelah dua minggu kemudian tapi lain halnya dengan kakiku. Aku masih butuh waktu penyembuhan patah tulang selama kurang lebih tiga bulan. Menyebalkan. Hanya beberapa kelas saja yang bisa aku datangi dengan keadaan seperti ini.
            Suatu hari aku mendapat sebuah paket tanpa nama pengirim. Paket itu berisi satu pak potion berwarna keemasan. Di sana terdapat sebuah catatan pendek yang berbunyi; Sebuah pope mampu melakukan regenerasi 2x lebih cepat. Penggunaan pope secara berlebihan di waktu yang bersamaan tidak akan menimbulkan efek penyembuhan yang lebih cepat.
            Aku sama sekali tidak tahu siapa yang mengirimkan ini padaku. Mungkinkah Ice? Tidak. Ice tidak akan mengirimkan paket seperti ini tanpa nama dan dengan jasa kurir. Ice pasti akan mengirimkannya sendiri. Ibu? Ibu juga pasti mengirimkannya dengan nama dan tujuan yang lengkap. Lagipula Ibu tidak tahu kalau aku terluka. Lalu siapa?
            “Kepada seluruh siswa akademi tingkat akhir, diharapkan kehadirannya di Aula Utama Dorm Akademi pukul tiga untuk pengumuman Evaluasi Kelayakan Tingkat. Terimakasih” Notice dari operator akademi akan terdengar di seluruh speaker-call di tiap sudut Dorm Akademi termasuk di dalam kamar tiap siswa. Aku langsung teringat dengan Neo.
            “Hei, Kacang. Kau akan ikut Evaluasi Kelayakan Tingkat tahun ini?” tanyaku lewat MC.
            “Doakan saja aku akan segera lulus dan diperbolehkan untuk segera berperang”
            “Memang apa yang harus dilakukan siswa tahun terakhir?”
            “Kalau kau lulus Evaluasi Kelayakan Tingkat maka kau akan ikut simulasi perang. Kau akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mempertahankan chip dan saling menghancurkan chip milik kelompok lawanmu”
            “Okay, sesuatu seperti ‘menghancurkan atau dihancurkan’ ya kan?”
            “Aha, semacam itu.. Oh ya, bagaimana keadaanmu?” tanyanya. Ia tahu apa yang terjadi padaku setelah terpisah dari kelompok. Aku sempat bercerita banyak tentang kronologis pengejaran dan bagaimana aku bisa kembali. Ia pun bercerita tentang bagaimana mereka bertiga selamat saat itu. Ia bilang mereka bisa selamat karena aku juga. Waktu itu ada sekitar lima Accretia yang mengejar tapi empat di antaranya mengejarku dan sebuah Accretia ditinggal untuk menjaga portal menuju Hutan Buas. Neo, Homoco dan Viren pun membunuh satu Accretia yang tersisa itu. Mereka pun dijemput oleh pesawat dari Markas atas panggilan dari para prajurit yang sebelumnya menolong kami waktu itu. Intinya, aku seperti ini karena menjadi tumbal mereka bertiga. Bagus. Setidaknya, tidak ada yang mati dari kelompok kami—meski harus mengorbankan tangan dan kakiku. Tapi tak apa, yang penting kami semua selamat.
            “Tanganku sudah membaik. Hanya saja kakiku masih butuh waktu pemulihan selama tiga bulan lamanya. Hm, sepertinya aku harus menunda ujian kenaikan tingkatku kalau sudah begini”
            “Maaf ya, Vale. Dan terimakasih, ini semua berkat kau juga” katanya.
            “Ah ya, tak apa. Yang penting kita semua selamat. Setidaknya aku sekarang tahu bagaimana keadaan daerah di luar kekuasaan Alliance”
            “Lekas sembuh, Vale. Lain kali kalau kau butuh bantuan, kau bisa menghubungiku”
            “Ya, terimakasih” lalu pembicaraan selesai. Dan kini, yang tersisa di bilikku hanya keheningan serta ngilu yang masih merambati kakiku. Aku menyuntikkan sebuah pope yang ada di pangkuanku. Aku merasa ngilu itu semakin berkurang setelah aku menyuntikkan potion keemasan itu. Sepertinya efek dari potion itu cepat bekerja. Semoga dengan ini kakiku bisa cepat pulih.
            Aku merasa bilikku terlalu sempit untuk aku habiskan waktu di dalamnya sendiri. Aku segera bangkit dari ranjangku, mencoba keluar, entah ke mana.
            Aku hendak pergi ke daratan Spire saat aku melihat kerumunan orang-orang di suatu sisi Markas. Aku menembus kerumunan itu dengan susah payah. Terlebih aku harus berjalan dengan tongkat selama masih dalam masa pemulihan.
            “NONA FOUR!!! AYO NONA FOUR!!”
            Aku melihat Four sedang bertarung dengan seseorang, tapi kali ini bukan dengan salah seorang dewan melainkan seorang siswa akademi. Four…kenapa kau bertarung dengan orang yang jelas bukan lawanmu?
            “Nona Four, jangan biarkan Lucas menang darimu” kata seseorang di sampingku. Lelaki berkacamata yang melihat pertarungan itu dengan seksama. Lucas? Aku melihat lawan Four. Mungkin orang itu yang dimaksud.
            Di satu kesempatan, Four tengah menangkis semua serangan dari orang bernama Lucas itu namun malang Four saat itu karena sebuah ayunan pedang berhasil mengenai armornya. Armornya tepat robek di bagian dadanya. Dan jelas itu mengundang riuh yang lebih keras dari semua orang yang menonton pertarungan itu. Aku benar-benar tidak tega melihat pertarungan ini lebih jauh lagi. Aku melihat dadanya mengeluarkan darah. Rasanya aku ingin berlari ke sana lalu menutupi bagian armornya yang terkoyak itu. Four….bertahanlah. Aku melihat tatapan beberapa pria berubah ketika melihat Four dengan keadaan seperti itu. Dasar pria-pria mesum. Lucas tersenyum sinis.
            Kali ini Four bertarung dengan menggunakan satu tangan sementara tangan satunya menutupi dadanya yang terbuka. Darah masih bercucuran lewat sela-sela jemarinya. Laki-laki bernama Lucas itu jelas sedang mempermalukan Four. Mataku mulai terasa pedas, aku tidak bisa melihat Four seperti ini.
            “Hei..hei, ada apa ini?!” seseorang yang waktu itu sempat menolongku dan teman-temanku saat berada di Outcast pun memecah keriuhan yang ada. Tapi kedua petarung yang menjadi bintang saat itu tidak menggubris keberadaannya.
            “Four!!! Apa yang kau lakukan??!!” Ia mendekati Four tapi Four mengayunkan pedangnya ke depan lelaki itu—tatapan Four berbeda, ia terlihat lebih menakutkan dari yang aku tahu.
            “Kalau kau mendekat dan mengganggu, akan aku bunuh kau, Sky”
            “Tapi…”
            “Ini antara aku dan Tuan yang satu ini. Kau tak usah ikut campur” ia kembali memusatkan pandangannya pada Lucas.
            “Ish, dasar keras kepala!!” orang bernama Sky itupun berbalik, meninggalkan keduanya, tapi kemudian berhenti beberapa saat tanpa menoleh” Four, terserah kau jika kau hendak main-main. Yang jelas jangan terlalu lama main-mainnya. Jangan menurunkan kemampuanmu di depan orang yang meremehkanmu. Kau salah jika memberikan harapan menang kepada orang yang jelas sudah kalah sejak awal” katanya sembari meninggalkan kerumunan,” Aku tahu kau bisa membunuhnya daritadi, hanya saja kau terlalu mengasihani laki-laki menyedihkan itu”
            “Tutup mulutmu, Sky!” kata Four.
            “Apa kau bilang?!” kata Lucas sembari hendak mengayunkan pedangnya ke arah orang yang bernama Sky itu. Tiba-tiba Four menangkis ayunan pedang Lucas.
            “Lawanmu aku, bukan laki-laki itu. Sepertinya kau harus belajar lebih fokus lagi, Tuan. Karena kalau tidak, musuh bisa membunuhmu ketika kau lengah. Ingat itu”
            “Sampah, aku tidak butuh ceramahmu!!!” dan kali ini Lucas lebih membabi buta dalam mengayunkan pedangnya. Ia semakin terlihat tanpa perhitungan, sepertinya kali ini ia lebih emosi. Ah, kelemahan para lelaki…aku yakin sebentar lagi ia akan dipermalukan oleh seseorang yang ia bilang sampah. Tapi dugaanku salah, pedang Four malah terlempar karena elakan lelaki itu. Namun Four cepat mengeluarkan sebilah pisau dari balik armor celananya.
            "Oho, kau masih punya senjata rupanya"
            "Hanya untuk berjaga-jaga saat keadaan di luar dugaan" Four tersenyum pada lelaki itu. Wajah mencemooh lelaki itu berubah lagi menjadi sinis.
            "Enyah kau jalaaaaaang!!!!" kali ini Lucas menyerang dengan tempo yang lebih cepat. Dan lebih tidak mempunyai perhitungan.
            Beberapa kali wajah Four hampir terkena tebasan pedang lelaki itu.
            "Sudah ya main-mainnya, aku mulai letih. Daritadi gerakanmu begitu-begitu saja, sepertinya kau harus kembali belajar menggunakan pedang dari awal" Four menangkis tebasan pedang Lucas dengan kaki kanannya lalu menendang pergelangan tangan lelaki itu sehingga pedangnya terlempar. Dengan satu kaki ia menendang Lucas berkali-kali hingga terjatuh. Serangan Four tanpa celah.
            "Tuan Lucas, minta maaf sekarang pada teman-temanmu lalu enyahlah dari tempat ini. Selamanya" Four menginjak dada Lucas dengan satu kakinya. Lalu ia sedikit membungkuk sembari terus menutupi dadanya. Membisikkan sesuatu pada Lucas. Lalu Four menyisipkan kembali pisaunya, mengambil pedangnya yang tergeletak dan berbalik masuk ke dalam markas. Di sana ada Nona Arabelle yang dengan segera menutupi tubuh Four dengan mantel.
            Orang-orang yang berkerumun pun mulai berhamburan, meninggalkan sekelompok siswa tahun terakhir yang masih duduk di situ menatap salah seorang temannya yang sudah direnggut harga dirinya dalam hitungan detik oleh seseorang yang dipanggilnya 'Jalang' dan 'Sampah'. Menyedihkan sekali laki-laki itu.



Next part:
[Rising Force] The Beginning to The New World part XVI - coming soon

disclaimer:
CCR INC Soul and Spirit
LYTO

*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition

PS.
When you think you know something. You know nothing —D.C.
“RF Online Indonesia”

No comments:

Post a Comment