Monday, May 9, 2016

Nasihat Ibu dan sebuah Perpisahan

Ibu saya tiba-tiba aja bilang, "Mantan kamu ganti DP. Cie...". Mukanya ngeledek.
Saya nanya, "DP di mana?"
"Cie cie cie..." dilanjut lagi ngeledeknya.
Saya nggak menggubris.
"Kamu sedih?", tanyanya.
Saya cuma ngomong, "Nggak."
"Tapi waktu awal-awal sedih kan?", tanyanya lagi. Ini pertanyaan yang Ibu saya tahu jawabannya, jadi rasanya nggak perlu saya jawab.



Lantas Ibu saya meneruskan perkataannya.
"Kamu harus percaya kalau semua manusia itu diciptain dengan jodohnya masing-masing. Kamu nggak usah takut kamu nggak bakal dapet jodoh. InsyaaAllah ada orang yang lebih baik lagi nanti buat kamu"

Saya aminkan dalam hati.
Denger kata-kata itu, saya langsung terharu. Bukan karena perpisahannya tapi kata-kata Ibu saya yang menunjukkan meskipun beliau suka marah-marah sama saya, banyak pertentangan-pertentangan darinya, tapi di sisi lain beliau begitu karena mau yang terbaik untuk saya.
She worries much about me so she encourages me with those line.

Mungkin beliau takut, kalau perpisahan itu bakal ngebuat saya jadi nggak percaya dengan yang namanya takdir jodoh. No, I still believe it. Insecure? Iya. Tapi saya mencoba mendewasa dengan luka-luka, dengan perpisahan. Perpisahan itu pasti terjadi bukan? Cuma kapannya kita nggak tahu. Dan saya belajar berdamai dengan hal itu. Tapi saya bersyukur, dengan perpisahan ini, saya makin tahu orang-orang yang memang sayang sama saya. Saya belajar mengasihi dengan cara yang berbeda sekarang. Saya juga belajar kalau kasih sayang itu bentuknya macam-macam.

Dari awal, saya sudah mengikhlaskan perpisahan itu. Kalau kata Khahlil Gibran, "If you love somebody, let them go, for if they return, they were always yours. If they don't, they never were." Karena saya sayang, makanya saya lepaskan. Karena sayang, jauh pun tak apa, toh saya selalu mau yang paling baik untuknya pun untuk saya pribadi.

Mungkin akan ada yang bilang,"Kalau sayang harus diperjuangkan".
Iya, saya setuju dengan yang ini. Tapi ada satu dua hal yang kadang memaksa dua orang yang sama-sama jatuh cinta untuk nggak bersama. Entah untuk saat ini saja atau selamanya. Ada banyak faktor. Toh ketika memutuskan untuk berpisah, bukan berarti menyerah berjuang untuk bersama kembali kan? Atau mungkin itu cuma jalan memutar agar didekatkan. Masalah akhirnya ketemu atau nggak, itu urusan nanti. Allah Maha Tau segala. Kalau memang tepat, nggak usah dipaksa pun bakal dipertemukan. Sesederhana itu. Ikhtiarnya? Dari doa. Tapi pastinya tiap orang selalu punya alasannya masing-masing ketika memutuskan sesuatu dalam hidupnya. Cuma seringnya, orang lain terlalu cepat menilai tanpa tahu apa-apa.

Semoga dengan yang lalu, dia belajar untuk menyayangi lebih baik lagi. Semoga dia belajar banyak lagi. Karena saya pun begitu.

"Kita berdua akan sama-sama bertumbuh dengan baik. Semoga jatuh cinta dengan baik pula kelak. Semoga saya dan kamu selalu dalam lindunganNya. Aamiin."

Dan untuk Ibu saya, "Semoga putri Ibu ini bisa mencintai dan menyayangi lebih baik lagi kelak. Saya dalam perjalanan saya untuk jadi hamba yang baik serta manusia yang baik pula, Bu. Semoga kelak jadi perempuan setangguh Ibu. Bahkan lebih baik dari Ibu saat ini. Saya butuh waktu, Bu. Semoga dalam perjalanannya saya bisa jadi anak yang baik pula untuk Ayah Ibu. Saya sayang kalian berdua."


Regards,
Insan K.

No comments:

Post a Comment