Tuesday, December 25, 2012

[Rising Force] The Beginning to The New World part XII - Four POV




III.
            Sebulan menuju pelantikan para prajurit junior, seisi akademi sudah riuh membicarakan hasil akhir mereka. Menerka-nerka siapa yang lulus, siapa yang harus mengulang dan siapa yang harus dikeluarkan. Banyak juga spekulasi tentang siapa yang nantinya memiliki perkembangan yang pesat dan meneruskan jejakku, Hervie-Hervy dan para prajurit muda lainnya.
            Dan suatu hari, aku mendapat surat penugasan untuk menggantikan Archie yang dalam rangka pelantikan itu menjabat sebagai pembina salah satu kelas senior di akademi. Aku sebenarnya senang jika disuruh mengajar dan berinteraksi dengan para siswa itu. Rasanya seperti berkomunikasi dengan teman-teman seusiaku meski nyatanya banyak dari mereka yang berusia lebih tua dariku, tapi aku tak pernah mempermasalahkan usia untuk jadi halangan dalam berteman dan berbagi pengalaman. Dan yang paling sulit ialah berbagi dengan mereka yang merasa usia adalah segala-galanya, baik dalam ilmu dan pengalaman hidup. Ini selalu menjadi masalah untukku yang notabene adalah seorang dewan termuda saat ini. Tidak sedikit prajurit senior yang kurang suka denganku. Mereka seringkali menilai aku masih terlalu labil untuk memimpin suatu pasukan batalion. Dan yang membuat sulit adalah mereka yang tidak bersedia melakukan instruksi dariku lalu melakukan semuanya berdasarkan kehendak sendiri namun pada akhirnya membahayakan diri mereka pula. Ujung-ujungnya, aku yang menghandle akibat dari kecerobohan mereka.
            Kali ini, orang-orang seperti itu ada di antara para siswa akademi itu. Aku tengah memberikan instruksi pada mereka tentang tes terakhir sebelum pelantikan saat beberapa di antara mereka berdiri lalu pergi dari barisan begitu saja.
            "Hei, kalian yang di sana, mau ke mana kalian? Aku sedang menjelaskan. Tidak bisakah kalian menghargai seseorang yang berada di depan kalian?" tanyaku sembari melipat tangan. Mereka tertawa lalu seseorang di antara mereka berbicara sembari menghampiriku.
            "Oho, Nona Muda kita...aku takut padamu." Katanya sembari mencemoohku,”Tanya atasanmu, apa ada yang lebih pantas untuk menjadi Pembina kami selain dirimu. Aku tidak suka ada anak kecil yang sok tua dan sok hebat menyuruh-nyuruhku begitu saja”
            “Aku menyesal kalau aku harus bilang hanya ada aku untukmu, Tuan” kataku sembari tersenyum sinis padanya.
            “Bah, aku rasa Markas punya banyak orang hebat di sini. Kenapa Markas tidak berlaku profesional dengan menugaskan bocah sepertimu untuk hal-hal riskan seperti ini? Mereka pikir ujian ini main-main? Nyawa yang nantinya dipertaruhkan di medan perang…kalau masalah seperti ini saja diserahkan pada bocah labil sepertimu, mau jadi apa Alliance, hah?!” orang itu dengan congkaknya berbicara. Aku pikir orang-orang seperti ini yang malah bisa menghancurkan Alliance dari dalam.
           “Hm, maaf. Apa Tuan sudah selesai bicaranya?” tanyaku berusaha bicara dengan nada yang sesopan mungkin. Ia dengan cepat menarik pedangnya dan mengarahkannya tepat didepan wajahku. Siswa lain terperanjat namun beberapa di antara mereka yang sejenis dengan lelaki di depanku ini malah tertawa.
            “Kau…anak muda congkak. Apa Ayah Ibumu mengajarkanmu sopan santun? Baru jadi dewan saja kepalamu sudah besar sekali. Jangan hanya bicara, tunjukkan padaku kalau kau memang sebesar kepalamu itu, hah!” katanya. Siswa lain makin terkejut dengan sikap orang itu. Mungkin mereka sedang berharap kalau kejadian saat ini adalah suatu lelucon—tapi sayang apa yang mereka harapkan tidak bisa jadi kenyataan.
            “Tuan, anda bisa terkena sanksi karena berlaku seperti itu pada Nona Four” kata seseorang. Dan siswa yang lainnya mengiyakan anak itu.
            “Alaaahhh, diam kalian semuaaa!!! Apa karena bocah ini seorang dewan, kalian jadi takut padanya??? Kalian hanya dibutakan wajahnya yang polos!!!” lelaki itu mengacung-acungkan pedangnya ke udara. Aku kurang suka dengan kelakuannya. Ia memperlakukan pedangnya seperti sebuah alat. Ia bisa saja melukai siswa lain saat ini dengan mengayun-ayunkan pedang seenaknya seperti itu. Itu sebuah pedang, bukan mainan.
            “Hajar saja, Lucas!! Hajar!!!” dari barisan paling belakang di mana teman-teman dari lelaki itu berada mereka mulai riuh. Membuat keadaan semakin panas.
            “Nona Four Larryneth, dewan termuda kita, aku tantang kau untuk bertarung denganku. Satu lawan satu”
            “Tuan sebaiknya berpikir lagi dengan apa yang Tuan katakan. Salah-salah itu malah berbalik menjadi senjata makan tuan bagimu” kata seorang siswa lagi.
            “Lucas, hentikan perbuatan bodohmu ini. Kita semua di sini bukan untuk adu kehebatan tapi untuk berjuang bersama. Hentikan, Lucas” seseorang dari barisan belakang bangkit dari duduknya. Lelaki berkacamata yang baru pertama kali aku lihat.
“Diam kau, Jin!! Tahu apa kau tentang berjuang bersama?!” lagi-lagi ia mengayunkan pedangnya seenaknya. Siswa lain mulai ketakutan dengan tingkahnya yang sedikit radikal itu dan mulai menggeser posisi duduk mereka lebih mundur ke belakang.
            “Tenang semuanya. Aku akan menerima tantangannya dengan senang hati” kataku kepada semua siswa yang ada disitu, tersenyum, termasuk pada lelaki berkacamata yang baru saja angkat bicara,” Anggap saja ini pemanasan untuk ujian kalian, bukan begitu Tuan Lucas?” aku memiringkan kepalaku, tersenyum padanya.
            “Kalau aku menang, aku sendiri yang akan mengoyak armormu itu dan detik ini juga kau harus mengundurkan diri dari dewan lalu angkat kaki dari Markas.”
            “Hanya itu? Baik, aku terima” kataku.
            “Tuan Lucas harus keluar dari Markas kalau Nona Four yang menang!!!” kata seorang siswa lalu riuh siswa lainnya menyambut untuk mengiyakan.
            “Baik. Aku akan menerimanya”
            “Ah ya, satu lagi. Kau harus sujud minta maaf pada teman-teman didepanmu ini karena kau sudah membuang waktu mereka dengan bertindak kekanakan seperti ini”
            “Apapun itu, tak usah banyak bicara kau!! Bocah sampaaaahhhhh!!!!” laki-laki itu mengayunkan pedangnya.
            “NONA FOOUURR!!!!”

Next part:

[Rising Force] The Beginning to The New World part XIII

disclaimer:

CCR INC Soul and Spirit
LYTO


*berpartisipasi dalam "RF ONLINE" Competition “RF Online Indonesia”

No comments:

Post a Comment