Monday, August 26, 2013

The Power of Admiring : Ketika Kamu Mengagumi

Saya pernah singgung mengenai hal ini sebelumnya : Mengagumi seseorang.

Mungkin orang lain yang tidak pernah tahu rasanya letupan-letupan perasaan semacam itu akan berkata, "Oh...itu" atau "Yak elah lu..."
Tapi, menjalaninya tidak semudah mengatakan "Oh...itu" atau "Yak elah lu...". Butuh usaha ekstra dan kesabaran tingkat dewa untuk bisa menjalaninnya, ditambah...beberapa skill untuk bisa berhasil menjadi seorang pengagum yang berbudi luhur tentunya. Dan yang paling utama adalah mental sekuat baja untuk bisa menerima kenyataan (yang seringnya) pahit.

Ada plus minus dari kegiatan yang satu ini.

Sisi positifnya jadi pengagum itu :
- Melatih rasa keingintahuan kita. Kita akan selalu ingin tahu mengenai sesuatu (apalagi tentang orang yang kita kagumi itu), seperti saat kita begitu ingin tahu tentang kehidupan orang yang kita kagumi. Kita bisa mencari tahunya lewat akun social media yang ia punya. Hanya dengan mengetik namanya di Google, kita bisa langsung mendapatkan data-data yang kita inginkan lewat social media yang ia ikuti (dengan sortir data terlebih dulu tentunya)

- Dengan meningkatkan keingintahuan akan sesuatu, kita akan menjadi lebih jeli dalam hal menganalisa. Apa-apa yang kita temukan dari data-data tadi, kita bisa simpulkan satu persatu dan membuat catatan sendiri mengenai seseorang yang kita sukai. Dari tanggal lahir sampai ukuran sepatu pun mungkin bisa didapatkan lewat hasil menganalisa. Bahkan kita bisa membuat timeline sendiri tentang kejadian-kejadian yang di alami orang yang kita kagumi itu.

- Kalau sudah berhasil membuat catatan dari hasil menganalisa, kita akan mampu mengkritisisasi kejadian di sekitar kita dan tidak bertindak semena-mena tanpa pikir panjang. Kita bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi lewat analisa kita pada data-data sebelumnya. Kita pun tidak akan semena-mena jika terjadi kabar miring tentang orang yang kita kagumi.

- Selain ketiga kemampuan di atas, kita juga bisa mengasah kemampuan berakting kita. Jika orang yang kita kagumi adalah seorang yang dekat dengan kita, kita bisa berpura-pura tidak memiliki perasaan apa-apa, meski nyatanya setengah mati kita senang berada di dekatnya. Tapi sebisa mungkin, kita ingin terlihat cool di depan orang itu dengan bertindak senatural mungkin, seapa-adanya diri kita sendiri (seperti pada saat tidak memiliki perasaan apapun pada siapapun).

Namun dari hal positif di atas, menjadi seorang pengagum pun memiliki sisi negatifnya seperti :
- Karena terlalu fokus dengan 'riset', kita bisa lupa terhadap diri sendiri. Kita bisa menghabiskan banyak waktu untuk mencari kegemaran dan apapun yang berkaitan dengan orang yang kita kagumi, tapi di saat yang bersamaan kita mengabaikan diri sendiri untuk bahagia. Bahagia dalam arti kata benar-benar menyenangkan diri sendiri dengan membuat quality time atas diri sendiri. Sesekali kita bisa berhenti (bahkan butuh berhenti) demi menciptakan me-time dengan kualitas terbaik. Kita bisa menghargai diri sendiri atas usaha kita sejauh ini dengan sekotak besar es krim, mungkin?

- Karena terlalu banyak keingintahuan kita, kita bisa saja berkutat dalam jangka waktu yang lama dengan 'riset' tersebut. Ini sama saja dengan tidak produktif. Padahal, sebenarnya masih banyak hal di luaran sana yang butuh kita kerjakan dan kita perhatikan. Come on, kita punya dunia juga. Untuk apa menghabiskan waktu terlalu banyak untuk hal yang (bisa saja) sia-sia di lain waktu?

- Karena terlalu gigih dalam melakukan 'riset' kadang juga membuat impact yang sedikit 'ih' buat orang lain, (terutama) mungkin untuk mereka yang kita kagumi. Well, di sini kita harus pintar-pintar menempatkan diri. Kita memang pasti melakukan 'riset' secara terang-terangan tapi hormati ruang pribadi orang lain ya, guys. Sesuka apapun kita sama seseorang atau sekagum apapun itu, usahakan (sebisa mungkin) untuk menghormati ranah pribadi orang lain. Jangan sampai dicap psycho karena saking seriusnya melakukan 'riset'

Well, yeah...as you see. Selalu ada plus minus dari apa-apa yang kita kerjakan. Mungkin bagi kita hal itu sangat amat penting untuk dilakukan tapi mungkin tidak untuk orang lain. Lagi-lagi, kita harus pintar-pintar menempatkan diri. Mengagumi orang itu nggak salah kok, cuma kadang yang salah itu caranya. Sekali lagi, kita harus ingat-ingat bahwa orang lain pun butuh privasi. Jadi jangan terlalu ngudek-ngudek kalau orangnya tidak mengizinkan. Toh, informasi bisa kita dapatkan dari mana saja bukan?

Saya sendiri yakin, yang namanya pengagum itu pasti melakukan segala cara untuk meng-kepo-i orang yang ia kagumi. Selama masih dalam batas wajar, it's okay. Yang bahaya itu kalau sudah menganut paham 'menghalalkan segala cara'.

Jadi, kalau ada yang bertanya, "Lantas apa yang dimaksud dengan The Power of Admiring?"
Mungkin jawabannya ini :
Karena dengan mengagumi, kita bisa sampai melakukan hal-hal tersebut di atas. Tanpa kita sadari, sebenarnya kita bisa membuka potensi diri kita tersebut untuk hal-hal lain yang lebih positif, seperti menuntut ilmu, menjalani hobi dan lain-lain. Bahkan sampai lupa diri sendiri pun bisa terjadi pada siapa saja karena alasan mengagumi seseorang. Padahal kita bisa melakukan hal itu (melakukan riset tentang apa yang orang lain suka dan tidak suka), kenapa tidak kita implementasikan pada diri kita sendiri terlebih dahulu? See...kita bisa melakukan banyak hal baik dari mengagumi.
Perasaan campur aduk macam ini yang membuat saya merasa senang melakukannya :) Selain itu, saya juga bisa belajar menyayangi seseorang dari jauh. Hal apa lagi yang lebih menyenangkan dari menikmati perasaan sayang dan bersyukur atas keberadaan seseorang yang kita kasihi? Yep, The Power of Admiring.

Selamat Mengagumi lebih jauh lagi. Selamat Bersyukur lebih banyak lagi atas diri sendiri!!


Insan Kamalia R.
For those admirers out there. We share the same spirit in ourself :') Keep loving, keep admiring. XOXO.


No comments:

Post a Comment