Wednesday, August 21, 2013

Mengagumi Seseorang itu....

Entah harus dimulai dari mana.

Tapi perasaan macam ketemu bintang idola lagi-lagi memenuhi sisa malam saya. Bahagia? Sejenis itu.

Saya belajar dari masa lalu; kalau kagum sama seseorang, SAY IT.
Perasaan macam ini yang sebenarnya perlu dibebaskan. Kalau cuma dipendam, perasaan itu cuma bersarang di benak dan berdebu nantinya. Orang yang kita kagumi pun ngga akan tahu apa-apa. Kita pun sebagai pengagum nggak akan terlihat. Cuma mau jadi secret admirer doang? Oh please, ini udah 2013....sebentar lagi ada monorail di Jakarta (well, emang ga nyambung) tapi bisa dilihat positifnya jadi 'pengagum yang terlihat'; kita bisa secara lantang bilang kalau kita punya perasaan kagum pada orang tersebut (entah karena apapun itu). Dan orang itu pun tahu apa yang membuatnya dihargai di mata kita which is orang lain.

Rasa kagum juga bisa merubah seseorang yang bukan siapa-siapa jadi apa-apa.
Mungkin bisa lihat contohnya Nam di film A Little Things Called Love(2010) yang awalnya cuma seorang secret admirer dari seorang kakak kelas kece bernama Shone. Nam bukan siapa-siapa di sekolahnya, bahkan termasuk ke dalam jajaran anak kurang gaul. Tapi karena perasaan macam itu, dia berubah jadi Nam yang baru. Nam yang bisa dilihat Shone dengan sendirinya karena Nam yang seperti itu. Dan ia membuat langkah awal untuk dilihat sejak awal. Cuma karena ingin menyampaikan satu dua rasa yang mungkin ingin disampaikan.

Saya sendiri punya banyak pengalaman dalam hal mengagumi seseorang. Jadi seorang secret admirer pun pernah dilakoni (atau bahkan 'masih'? Haha~).
Dan jujur saja, memang ada kesenangan tersendiri dengan menjadi seorang secret admirer itu. Mengagumi seseorang tanpa diketahui. Tentu mereka yang sudah makan asam garam menjadi seorang secret admirer sudah kenal betul (bahkan bersahabat) dengan yang namanya 'Jarak'. Tapi lagi-lagi, tak terlihat. Dengan sangat menyesal saya harus ulangi kata-kata itu.



Kalau diputar lagi,  (mungkin) ada enam orang lelaki yang saya kagumi sepanjang sejarah hidup saya. Dari yang diam-diam sampai yang terang-terangan. Mari kita sepakati untuk tidak menyebutkan nama keenam orang ini di sini. Saya akan membiarkan mereka sadar dengan sendirinya kalau-kalau ada salah satu dari mereka membaca tulisan ini. Cukup saya, mereka dan Tuhan yang tahu saya pernah (dan atau masih) mengagumi mereka sampai saat ini.

Di mulai dari yang pertama. Tentu saja saya akan bilang Ayah saya. Ia akan selalu jadi laki-laki nomor satu di hidup saya. Semasa hidupnya saya mungkin tidak pernah mengutarakan langsung kekaguman saya padanya. Tapi saya melihat dari dekat apa-apa saja yang sudah ia capai hingga nafas terakhirnya. Ia mungkin bukan siapa-siapa untuk dunia. Tapi ia 'seseorang'di dunia saya. Ia laki-laki pertama yang saya analogikan sebagai Hujan. Iya, kita tahu hujan seperti apa bukan? Dingin, tapi bagi saya Hujan punya kehangatannya sendiri. Ayah pun begitu. Mungkin orang lain melihatnya sebagai sosok yang menakutkan, tapi nyatanya Ayah adalah seorang yang hangat dan penuh canda. Ayah bahkan senang melucu. Karena sifatnya yang seperti itulah yang membuat Ayah mudah dicintai. Iya, Ayah is so lovable for me :'D

Kedua, adalah kakak kelas saya semasa SMP. Seorang senior di klub basket. Pemain favorit saya kala itu. Kemampuannya itu yang membuat saya menjadi seorang pemain yang lebih handal lagi. Bahkan sempat saya hendak ditarik untuk jadi tim inti, namun kurang dapat persetujuan dari Ibu saya -_- Tapi bisa dilihat, karena keinginan yang kuat untuk bisa menyamainya, saya jadi bisa (hampir) masuk ke tim inti.
Anehnya, ia selalu ada di tempat-tempat yang saya jejaki. Banyak kebetulan yang saya temui padanya. Entah kesamaan diri atau kesamaan hal yang disukai. Dan semua kesamaan itu ada tanpa dibuat-buat. Saya sendiri heran waktu itu. Tapi saya percaya, ketika kita mengagumi seseorang atau memiliki suatu perasaan padanya, kita akan berada di gelombang yang sama dengan orang itu hingga membuat terjadi banyak kebetulan di diri kita dan orang itu. Setidaknya saya masih mempercayai hal ini sampai sekarang dengan orang-orang yang saya kagumi dan sayangi. Orang ini juga yang membuat saya sadar bahwa di dunia ini perasaan memiliki itu tidak harus dipuaskan. Karena jarak bisa jauh lebih baik ketimbang berada di dekatnya. <<<< pikiran macam ini yang waktu itu membuat saya membusuk jadi seorang secret admirer. Hanya mampu memendam dan memberi perhatian diam-diam.Padahal apalah artinya itu kalau orang itu pun tidak menyadari diri kita?
Dan....karena perasaan pada orang ini juga saya mampu membuat sebuah lagu :')
Ah, masa-masa itu.....menyadarkan saya bahwa saya tidak muda lagi.

Ketiga, lagi-lagi kakak kelas saya. Hanya saja tingkatannya sudah SMA. Iya, dia kakak kelas saya. Seorang gitaris band sekolah beraliran jazz. Petikan gitarnya itu menyihir sekali. Saya selalu suka permainan gitarnya. Saya selalu berusaha berdiri paling depan kalau sudah waktunya ia tampil di acara-acara sekolah yang menampilkan band-nya sebagai pengisi acara. Dan karena orang ini, saya ingin bisa bermusik lebih baik lagi. Saya jadi mulai sering menulis lagu. Dan lagu tentang secret admirer itu baru rampung ketika saya melihat kakak kelas yang satu ini bermain musik dengan apiknya. Terimakasih untuknya atas petikan gitar yang bisa memberikan semangat berkarya.

Oh iya, saya baru meyadari bahwa kesamaan dari keduanya adalah keduanya adalah lelaki berkacamata. Semenjak itu saya sadar, tipe kesukaan saya yang semacam apa. Hahaha ^^a

Keempat, kali ini adalah adik kelas semasa SMA. Anak ini mirip artis Korea yang waktu itu tengah saya gandrungi. Tapi.....tak ada yang terlalu istimewa dari anak ini. Yang saya ingat, karena anak inilah saya jadi sempat perang dingin dengan teman saya karena punya perasaan yang sama. Well,  kita bisa ambil contoh yang satu ini. Bahwa mengagumi diam-diam pun kerap kali ingin memiliki sendiri. Jadi, intinya.....tak ada yang benar-benar tidak ingin memiliki, bukan? Sudah menjadi fitrah manusia kok, kalau ia diinginkan dan menginginkan sesuatu.

Dan yang terakhir adalah seorang penulis berkacamata yang selalu sendu. Ia seorang laki-laki yang gagal move-on. Setidaknya itu yang ada di dalam benak saya. Ironisnya, kata-katanya itu bisa dinikmati ketika ia sedang patah hati. Jadi, setiap hari ia mencoba untuk jatuh cinta dipagi hari dan patah hati ketika malamnya. Dan begitu terus setiap hari. Iya, saya mengerti, ia hanya bisa menulis ketika ia patah hati.Makanya ia menjaga perasaan itu tetap ada supaya bisa terus menulis.
Yang saya kagumi darinya adalah, ia berhasil mengirimkan emosi pada pembacanya. Ia sukses menyisipkan emosi dan pikirannya dalam kata-kata yang ia tulis. Menurut saya, seorang penulis bisa dikatakan sukses adalah ketika pembacanya bisa merasakan dan ikut masuk ke dalam semestanya...ke dalam dunia yang ia ciptakan lewat kata-kata. Karenanya, saya punya semangat untuk bisa menulis lebih bagus lagi. Syukur-syukur bisa lebih baik darinya.
Dan kamu tahu, mendapatkan dukungan dan semangat dari orang yang kita kagumi itu punya warna bahagianya sendiri. Seperti malam ini :')

Dua orang terakhir inilah yang sangat istimewa. Kenapa? Karena saya memberanikan diri untuk 'terlihat'...Meski caranya sedikit silly dan bodoh. Entahlah apa yang ada di benak mereka. Tapi yang saya tahu, saya kagum. That's all. Saya bahkan tidak mengharapkan lebih dari itu meski nyatanya seseorang dari mereka bahkan lebih dari itu saat ini. Mungkin sampai nanti. Entahlah.

Dan itulah pelajaran tentang mengagumi seseorang yang saya dapatkan dari pengalaman pribadi. Memang bodoh kalau diingat-ingat lagi. Tapi, itu saya. Saya yang waktu itulah yang mendewasakan diri saya yang sekarang. Meski nyatanya kita selalu ingin memiliki satu sama lain. Tapi saya sadar, berteman dengan jarak itu memang diperlukan. Apalagi dengan dimensi, ruang dan waktu yang berbeda. Mengagumi dalam jarak itu tidak mudah. Jauh lebih sulit dari mengungkapkanya.

Meski nyatanya, sekarang, saya masih manusia pengecut yang malu-malu untuk terlihat. Tapi saya sedang belajar bagaimana mengutarakan maksud hati saya dengan lantang dan lebih jelas lagi pada seseorang. Saya tidak ingin mengagumi dengan cara yang sulit lagi. Kalau kagum ; lari...hadapi...lalu nyatakan diri. Lalu kita akan terlihat. Kalau sudah setengah mati nyatakan diri tapi masih tak terlihat juga? Jangan salahkan diri sendiri, mungkin ada hal-hal dari orang itu yang tidak ingin atau tidak berkenan untuk dikagumi.

Jadi, sudah sampai mana rasa kagummu? Apakah berjarak? Lalu sepanjang apa rasa rindu yang disemai dari kagum itu? Well,  cuma kamu yang tahu.


Jangan berhenti mengagumi. Jangan berhenti mencintai dalam jarak yang membagi.




Insan Kamalia R
Terimakasih untuk RebelAssault atas semangatnya :')

6 comments:

  1. Suka bgt sama blog ini. Terimakasih untuk membuat saya menjadi ingin "terlihat" :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih. Semoga bermanfaat. Dan selamat menjadi terlihat ya ^^

      Delete
  2. gua kagum sama ade kelas gue di sekolah , yaaa gua termasuk cewe tomboy satu2nya yang ada di sekolah gua , bahkan kalo bukan karna gua make rok mereka gada yang tau kalo gua cwe , tapi kenapa aneh nya yang gua kagumin itu cewe -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. well, saya juga pernah :3 tapi toh rasa kagum warna warni...tiap orang beda rasa. tiap orang rasa kagumnya karena hal yang beda-beda, dan ga selalu berarti jatuh cinta bukan?

      Yang penting rasa kagumnya bisa ber-impact positif untuk kehidupan :D

      Delete
  3. mengagumi seseorang ??? bener banget ada kenikmatan tersendiri. aku bahkan pernah menjalaninya hingga 7 tahun hehehe benar-benar kisah tersendiri dalam sejarah hidup

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah sama dong (^^)/\(^^) *tos
      Selamat mengagumi diam-diam ya~

      Delete