Sunday, September 8, 2013

Cinta Segiempat

Mungkin ini cinta segiempat. antara aku, hujan, eskrim dan bintang.

Mereka tidak pernah membuat patah hati sesiapa yang menikmatinya.
Hm...tunggu, mungkin tidak dengan hujan.

Mari aku ceritakan tentang mereka bertiga di dalam artian cinta yang aku punya.



HUJAN

Satu kata sederhana yang meneduhkan, meski nyatanya ia tak pernah sesenyap perasaan ketika ia datang. Ia bergemericik terkadang. Menderu diikuti angin di lain waktu.

Kata orang, hujan itu pembawa sial. Ia yang seringkali menggagalkan rencana seseorang untuk pergi menikmati hari di luar ruangan. Ia yang seringkali membuat susah mereka yang mencuci sedari malam dan untuk kemudian mencuci lagi karena baju-baju mereka basah lagi karena hujan. Ia yang kadang membuat udara begitu dingin menusuk dan menguatkan suara-suara kesedihan yang mendera sesiapa yang mendura.
Mereka selalu pupus ketika melihat mendung pertanda kedatangannya.

Kenapa tak lantas melihat sisi baik dari kedatangannya?
Hujan itu sebentuk lain anugrah Ilahi untuk bumi, kenapa kedatangannya disesali? Hujan pula penghilang dahaga atas matahari, mengganti kerontang dan panas membakar dengan sejuk mengiringi di antara udara bumi. Alih-alih disyukuri, seringnya malah dikutuki.

Untukku, hujan adalah cinta pertama. Tangisan langit, entah ia sedang senang atau sedih. Tergantung seberapa derasnya. Tapi aku yakin, entah di belahan bumi mana, ada yang sedang bersedih dan langit ikut mengiringi kesedihannya. Langit ikut menangis untuk menyamarkan air mata mereka yang mendura duka.

Untukku, hujan punya kehangatannya sendiri. Kulitku mungkin indera perasa yang paling baik di antara semua indera. Tapi kehangatan hujan tak bisa dirasa-rasa lewat kulit semata, ada indera lain yang pasti bsia merasakan kehangatannya ini. Iya, hati. Kehangatannya sama seperti teduh di hari-hari cerah di bawah pohon. Menyejukkan.

Untukku, hujan adalah pertanda baik akan datang setelah hal-hala menyedihkan datang. Aku tak ingin mengamini hal menyedihkannya. Tapi seperti yang kita tahu, tentang janji akan pelangi setelah hujan mengamini. Sama seperti hal-hal baik setelah hal-hal buruk datang. Selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dari kedatangan suatu yang kita panggil 'masalah' itu.

Mungkin hanya beberapa orang saja yang bisa menikmati kesenangan bermain di tengah hujan.
Hanya beberapa orang saja yang bisa mencintai dan meyakini hujan sebagaimana mereka percaya akan Tuhan yang selalu ada untukku mereka.




ES KRIM

Tak ada yang lebih menyenangkan dari menikmati es krim. Membiarkannya meleleh begitu saja di dalam mulut. Dingin yang manis. Dan tidak ada yang sebaik es krim dalam menghibur hati yang berduka.

Untukku, es krim tidak pernah mengecewakan. Meski rasanya sepedas lada pun, aku tetap suka. Malah es krim yang aneh rasanya seperti itu malah yang memiliki kejutannya tersendiri. Tidak melulu manis campur asam seperti es krim pada umumnya. Es krim juga lantas bisa dinikmati saat mengambang di atas cairan Moccha yang sarat aroma kopi. Ah, aku suka menikmatinya di hari hujan~

Jadi, bagaimanapun rasanya, es krim selalu bisa dinikmati. Menghibur diri saat duka, dan melengkapi kebahagiaan saat suka. Senangnya bisa mengenal es krim. Terima kasih untuk Tuhan yang sudah menciptakan sapi sebagai penghasil susu yang jadi cikal bakal dari keberadaan es krim. Tuhan selalu punya cara untuk menurunkan anugerah-anugerahnya. Dalam berbagai bentuk, berbagai tempat dan rasa. Tentu, es krim.


BINTANG


Tak perlu dihitung pun, bintang jelas ada banyak. Bahkan kalau semesta tidak bergerak melebar, mungkin semesta akan padat dengan bintang. Mereka anak-anak langit yang tersesat dengan cahayanya masing-masing, namun para makhluk mortal yang tinggal di bumi seringkali terpaku pada mereka. Seperti terperangkap oleh lukisan malam di mana ada bintang-bintang itu bertebaran, bermain di langit mereka. Syukur jika ada bulan bersama mereka untuk melengkapi, dengan senyum sabitnya seperti biasa.

Bintang memang hidupnya tak sesulit hujan yang kadang dikutuki kedatangannya, melainkan ditunggu-tunggu. Namun bintang bisa begitu saja mati. Saat usianya kian senja lantas ia meledakkan diri. Ironis? Tentu. Dan ketika ia hilang, ia hilang begitu saja. Tak ada yang mengingatnya, karena begitu  banyak yang serupa dengannya.

Kalau aku analogikan seperti seorang lelaki, mungkin ia adalah seseorang yang disukai banyak orang. Tapi tak ada yang benar-benar mengenali dirinya yang sebenarnya. Di sisi lain malam, ia membagi hanya pada sesiapa yang yakin bahwa keberadaannya ada. Lelaki yang menyinari sekitarnya tanpa sekitarnya tahu siapa yang menyinari. Ia bisa dilihat namun tak terlihat. Kalau ia di sini, mungkin aku kecupi dahinya lantas berkata,"Aku akan mengingatmu, meski nanti kau tiada"

Dan kala mentari menyapa, bintang selalu ada di sana. Terkalahkan sinarnya oleh matahari, sayangnya. Tapi ia selalu di sana. Memperhatikan dari tempat berada. Tak pergi. Tapi dilupakan.
Bintang yang menyadarkanku tentang arti sebuah keberadaan. Tak perlu cemerlang untuk terlihat, yang penting memiliki cahaya sendiri untuk dibagi. Tak perlu memaksa orang lain untuk mencintai diri kita, setidaknya kita masih punya cinta untuk dibagi kepada sesama. Terus saja mencintai, meski tidak selalu terlihat. Tapi kita nyata, senyata cinta yang kita punya.


Lantas aku merasa beruntung memiliki ketiganya, dan bisa mengenal ketiganya di dunia yang sekarang aku tinggali. Mereka semua sebagian tangan-tangan tak terlihat Tuhan yang mengajarkan sesuatu bagiku. Mereka tak sama, tapi selalu punya pecintanya sendiri yang mengagumi mereka. Yang menghargai keberadaan mereka yang kadang tak terlalu disadari esensi keberadaannya. Hujan punya pedihnya sendiri untuk dibagi meski nyatanya juga ia memiliki banyak harap untuk dimiliki sesiapa yang mengamini. Eskrim juga begitu, kadang buat ngilu karena teralu dingin, tapi ia memberikan kebahagiaan untuk hati yang mungkin berduka. Dan bintang, yang selalu ada mengamati dari tempatnya--sebuah pengagum yang tak pernah henti menggumi, yang lantas tetap setia meski tak terlihat.

Jadi, salahkah aku jatuh cinta pada ketiganya? Atau...mereka saling cinta satu sama lain?
Saat membagi cinta, tak harus melihat jenis, waktu dan bentuk, maka hiduplah mereka senyata-nyatanya cinta yang mereka punya untuk semesta.



Insan Kamalia R.
-yang akan selalu jatuh cinta pada hujan, eskrim, dan bintang.

No comments:

Post a Comment