Sunday, September 22, 2013

Tetesan Pembelah Langit


Ketika tetes membelah langit, semua kehidupan menepi, bersembunyi.
Kecuali mereka yang harus bertahan.
Ketika tetes membelah langit, saat itulah kutahu bahwa ada kesenduan
Mungkin ia di balik seloroh cabul para remaja, mungkin ia di balik gairah para pecinta, atau mungkin di balik imaji mereka yang memejam.
Ya, akan selalu ada kesenduan di sana.
Selalu ada tempat untuk kesenduan dan selalu ada waktu yang dipinjamkan ketika tetes membelah langit

Seperti kesenduan di balik pelupuk matamu-yang bertahan di tengah tetesan
Dan kau biarkan mengalir
Meski terdampar di sana sini, namun akan jatuh juga.
Kau biarkan deras, kuyup, gemuruh membasahi kakimu - seperti kesenduan yang membilas hatimu.
Tapi tetap, sebagaimana tetesan yang membelah langit - yang menyapu semua kering - seperti itulah kesenduanmu
Yang akan membasuh rindu dan luka dibalik pelupuk tipis itu
Kau nikmati, kau peluk suaranya lekat-lekat, bagaikan sapaan dari dirinya yang kau rindukan atau bahkan sang Lelaki Hujan yang kau puja.
Dan hingga tetesan itu berhenti dan berganti membentuk rona terindah di muka bumi, dan seperti itulah dirimu bangkit

Seperti tetesan membelah langit, aku ingin menjadi dia
Yang akan menghapus keringmu, menyamarkan tetesan airmatamu, dan mengalir bersamamu
Hingga kau yakin bahwa kau akan baik-baik saja :)

 2013
Untuk Insan Kamalia Rahman, sang Penikmat Hujan
"karena jatuh cinta lantas patah hati untuk kesekian kalinya, akan selalu mengingatkanku pada mu dan hujan sehingga kita bisa mengulang sebait lagu bersama-sama - hanya untuk kita kenang"

No comments:

Post a Comment